31 - Aparádektos

13 4 0
                                    

Malam kembali menjelma menjadi pagi ketika matahari perlahan memancarkan sinarnya jauh di ufuk timur. Dan ketika mereka semua menyadari hari telah berganti, tentara Treaston telah dipanggil mundur. Korrona memenangkan peperangannya melawan Treaston.

Tentu saja, banyak korban jiwa yang berjatuhan di sepanjang peperangan berlangsung dari kedua belah pihak. Mayat dan genangan berwarna merah yang kental menjadi pemandangan yang sukar untuk dipercaya, tetapi itu semua terhampar bebas di depan semua pasang mata yang selamat dari pertempuran semalam itu. Banyak yang berduka, namun banyak pula yang bersuka cita.

Ketika situasinya sudah dirasa aman, pihak Korrona mulai mengirim pasukan untuk mengambil kembali tubuh para mayat yang tergeletak di medan perang. Dan karena jumlahnya yang banyak, hampir semua bantuan yang dapat dikerahkan dikirim ke sana.

Sebaliknya, kemenangan ini dirayakan dengan bahagia oleh pihak Korrona. Kemenangan ini jelas menumbuhkan semangat bagi semua rakyat di dalam kerajaan, dan terlebih bagi Ordvar dan Valddhor.

"Bagaimana, ada kabar mengenai Ernkar?" tanya Elsa pada Igvir yang masih berada di tengah-tengah sisa medan pertempuran. Elsa menemaninya karena khawatir dengan Igvir yang belum istirahat sejak perang usai. Kesatria itu masih mencari-cari Ernkar di antara tumpukan-tumpukan mayat, berharap tidak akan menemukannya di sana.

"Pangeran Ernkar sudah tidak terlihat di bagian pemerintahan sejak pagi kemarin," ungkap Igvir. "Dia bersikeras untuk ikut berperang tanpa sepengetahuan Valddhor. Dan sekarang aku tidak tahu di mana dia berada."

Elsa mengernyit dan menghentikan pencariannya di antara mayat-mayat yang masih terlihat tiada habisnya. "Dan kau tidak menghentikannya?" bentak Elsa.

Igvir langsung terdiam di tempatnya berdiri, tatapannya masih tidak lepas dari mayat yang berjarak tidak jauh darinya. "Aku tidak mampu menghentikannya," ujar Igvir dengan nada yang begitu menyesal. Ada banyak hal yang Elsa tidak ketahui dari kejadian beberapa waktu lalu dan Igvir tidak ingin mengungkapkannya pada Elsa. Itu hanya... terasa tidak benar baginya.

Hela napas dibuat oleh Elsa dengan cukup berat. Ia lelah, dan tahu pasti bahwa Igvir lebih lelah. Ia ingin bertanya mengapa pada Igvir, tetapi hatinya tidak bisa demikian. "Lalu apa yang akan kita lakukan dengan itu?" tanyanya sembari melangkah dengan hati-hati.

Kesatria itu mengangkat bahu dengan berat hati. "Cepat atau lambat, Valddhor akan mengetahuinya. Dan aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan itu pada Valddhor. Apa pun kondisinya, aku harus menemukan Pangeran Ernkar."

Rasanya berat, sungguh. Beban yang dipikul oleh Igvir terasa semakin berat seiring detik berlalu. Ia tidak tahu apa reaksi dari Valddhor nantinya ketika ia memberitahu tentang apa yang terjadi pada Ernkar. Yang jelas, ia harus menemukan Ernkar terlebih dahulu, hidup atau tidak.

~ á s k i o s ~

Rasa frustrasi tidak dapat dihindari oleh Magnus. Isi dari tendanya sudah berantakan karena kemarahan yang terjadi semalam. Ia masih tidak dapat menerima kenyataan bahwa dirinya kalah dalam peperangan kali ini. Ini tidak dapat diterima. Satu-satunya cara hanyalah menunggu batalion bantuan untuk melakukan penyerangan kedua. Dan satu ide muncul darinya.

"Tugas kalian hanya satu," kata Magnus yang memulai. Lima Elite Thirteen kini ada di hadapannya, beserta Jenderal Selena, Penasihat Rhazien, dan beberapa orang penting lainnya. Pagi ini adalah waktunya untuk melampiaskan amarahnya pada Elite Thirteen yang gagal dalam menjalani tugas mereka untuk menjebol Benteng Dunsword, dan Magnus tahu betul siapa yang harus dihukum untuk memberi pelajaran pada mereka semua. "Dan kalian tahu apa itu?"

Tidak ada yang menjawab pertanyaan dari Magnus. Semuanya tahu bahwa ini akan menjadi bencana dan hanya tinggal menunggu waktu. Sebuah jawaban tidak akan membantu mereka untuk meringankan hukuman yang akan mereka terima.

The King's MoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang