25 - Peproméno

18 4 0
                                    

Sienna dibawa oleh Sang Roh untuk memperkenalkannya dengan hal-hal yang harus ia ketahui mengenai nasib Nazrrog. Dua lokasi pengekang energi sihir gelap fundamental sudah diketahui oleh Sienna sebelumnya, dan salah satunya telah hancur.

Sang Roh melanjutkan dengan memperkenalkan komponen penyegel lainnya yang berada di tingkat bawah. Berbeda dengan dua pengekang fundamental yang sempat dijelaskan sebelumnya, penyegel dari energi-energi ini berupa altar. Altar tersebut tersebar di berbagai belahan Nazrrog. Setiap altar memiliki relik-relik berbeda yang berisi kekuatan-kekuatan yang berbeda. Hal ini sudah diketahui oleh Sienna, setidaknya mengenai satu relik yang dibawa oleh Igvir. Itu salah satunya.

Ada delapan relik, dan semuanya memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Sienna mengunjungi berbagai tempat misterius yang belum ia ketahui. Dimulai dari dunia yang berubah menjadi air, ia mendapati dirinya berenang di dalam air yang terasa sangat dingin. Rasanya menusuk tulang dan semua organ di dalam tubuh Sienna. Dingin ini sangat tidak wajar. Namun anehnya, ia dapat bernapas seperti biasa seolah kini dirinya memiliki insan untuk bernapas di dalam air. Berbagai hewan air dapat ia lihat seolah beterbangan di sekitar tubuhnya, beberapa mendekat seolah ingin menyapa. Namun tatapannya tidak dapat ia elakkan dari sebuah altar yang terlihat sangat kontras di antara hal-hal lain yang ada di sekitarnya. Itu adalah altar pertama yang ia ketahui.

Kemudian dunianya berubah kembali seiring Roh itu selesai menjelaskan. Sienna kini berada di antara tebing-tebing tinggi dengan pemandangan yang sangat jauh—berbeda dari sebelumnya yang sangat terbatas. Jantung Sienna terpacu kencang ketika ia menyadari di mana keberadaannya, kakinya berpijak pada sebuah batu raksasa yang sepertinya ditempel di ujung tanah. Ketika Sienna menyadari keberadaannya, pakaian yang tadinya basah kini sudah kering seolah ia tak pernah berada di dalam air. Pegunungan memenuhi pandangannya, Sienna berada di depan salah satu gua yang terdapat di pegunungan raksasa yang menjulang dari satu sudut bumi ke sudut lainnya. Tubuhnya ia gerakkan ke dalam gua sesuai petunjuk dari Roh selagi ia menjelaskan beberapa hal pada Sienna. Di dalam, ada sebuah altar lain terlihat. Bentuknya sama, namun menyegel kekuatan yang berbeda dari sebelumnya. Meski ada cahaya yang dapat menembus dari luar gua, tetapi isi dari gua ini sangat gelap untuk dapat dilihat.

Dengan gerakan lain, pemandangan berubah. Warna hitam gelap kini berubah menjadi sangat cerah. Sienna spontan menghalau sinar matahari yang menerjang penglihatannya dengan ganas. Ia berada tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Bedanya, ia tidak berada di sebuah gunung raksasa. Ini dataran tinggi yang menyerupai bukit, namun lebih besar dalam skala. Angin berembus dengan kencang seolah ingin menamparnya ke berbagai sudut, untungnya pijakan Sienna cukup kuat untuk tidak membuat tubuhnya terbang. Hanya goyah, namun tetap berdiri tegak. Sang Roh menuntun Sienna untuk menaiki dataran tinggi itu. Di puncak, sebuah altar dapat dilihat dari kejauhan. Lagi, altar yang bentuknya sama namun menyegel kekuatan yang berbeda.

Satu jentikan, dan satu kedipan kemudian Sienna sudah berada di tempat yang berbeda. Hawa sejuk menerpa tubuhnya. Panas terik yang menerpanya menghilang. Pepohonan terjajar rapi, ukurannya tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil. Hewan-hewan berlarian dengan riang seolah mereka berada di surga. Sinar matahari dapat menembus tempat tersebut, namun kebanyakan tidak lolos dari rimbunnya dedaunan dari berbagai macam pohon yang berada di sekitar Sienna, sehingga menciptakan efek teduh dan perasaan nyaman. Tatapannya ia alihkan, senyum merekah di bibirnya. Sungai kecil dengan air yang jernih ia temukan. Ikan-ikan saling melompat dari seolah mereka sedang melakukan kontes. Sesekali, seekor beruang yang sedang berjaga di tengah sungai menangkap ikan yang melompat dengan mulutnya. Gigi-gigi tajam menerjang. Di tengah-tengah keberadaannya yang sangat sesak dari berbagai kumpulan jenis hewan, ada altar yang terlihat.

Perhatian Sienna kembali berubah ketika pijakannya tiba-tiba mengenyal. Kakinya tenggelam ke dalam sesuatu yang lembut dan bersuara deras. Tanah keras berubah menjadi pasir yang menggelinding di sepanjang turunan. Sienna menggapai batang pohon kering yang berada di dekatnya agar tidak terseret pasir itu. Ia mengedarkan pandang dan sekali lagi, ia mendapati dirinya berada di antara dua gunung raksasa. Sepanjang matanya memandang, gunung ini tidak memiliki vegetasi yang bagus. Bahkan, ia ragu bahwa tempat ini mendukung adanya kehidupan. Pohon pun enggan menumbuhkan daunnya, warna hijau seolah mustahil untuk dapat disaksikan di sini. Hanya warna cokelat tua dan cokelat muda yang sangat sayu. Tanahnya kering, retakan besar dapat dilihat di sepanjang garis pijakan, pasir menyelimuti tanpa ada habisnya. Sang Roh kembali menuntun Sienna untuk naik menuju pusat di mana pasir itu muncul. Semakin jauh mendaki, intensitas pasirnya semakin banyak dan deras menerjang. Namun dari semua itu, Sienna merasa bahwa perjalanannya sangat enteng daripada yang sedang terlihat. Tiba di sebuah lekukan kecil, ada sebuah altar dapat dilihat oleh Sienna. Altarnya sedikit berbeda, dan Sienna tidak begitu yakin, namun di sekeliling altar tersebut mengeluarkan pasir seolah tidak habisnya seperti sebuah mata air yang isinya berupa pasir.

Belum lepas tatapannya pada pasir-pasir yang memenuhi sela-sela di kakinya, kini Sienna mendapati dirinya berada di tempat lain. Rawa-rawa mengelilingi dirinya. Tumbuhan yang ia lihat kini memiliki daun dan—jauh—lebih subur ketimbang sebelumnya, namun warnanya sangat gelap. Rawa ini menutupi seluruh titik dari sinar matahari. Warna lumpur yang gelap melumuri seluruh pijakan Sienna. Ia angkat kakinya, namun terasa sedikit berat. Di langit, petir menyambar-nyambar seperti sedang kesetanan. Hanya kilatan dari petir tersebut yang dapat masuk dan menerangi rawa untuk sesaat waktu. Suasananya sedikit ngeri. Hujan rintik-rintik membasahi kepala dan tubuhnya, namun sebagian besar dapat ditangkap oleh tumbuhan dan pepohonan besar di sekitar Sienna. Dari kejauhan, di antara pepohonan rawa tersebut, ada sebuah altar. Altarnya sama, namun pemandangan sekitarnya terlihat berbeda dari sebelum-sebelumnya. Altarnya seolah dijadikan tempat sakral bagi sebuah kaum yang tinggal di sekitarnya. Dan untuk terakhir kali Sienna mengedip, satu kilatan petir menyambar altar tersebut, namun tidak hancur. Bahkan terlihat tetap utuh.

Kedipan berikutnya membuat Sienna merasa terbakar. Kini ia berada di puncak sebuah gunung yang berbeda dari dua sebelumnya. Panas benar-benar menyambutnya dengan gembira. Tubuhnya serasa ingin mengeluarkan api dan panasnya seolah ingin membakar semua kulit dan daging yang ia miliki. Gunung ini sangat tinggi. Bahkan lebih tinggi dari yang dapat dibayangkan oleh Sienna. Untuk sejenak ia merasa familier dengan tempat ini, namun dengan cepat ia urungkan niatnya untuk mengingat-ingat lebih jauh. Sebuah altar terpampang jelas di hadapan Sienna. Dengan ini Sienna menyadari, bahwa sumber panas yang ia rasakan dengan tidak wajar bukan berasal dari matahari yang berada di atas kepalanya, namun dari altar tersebut.

Sang Roh membawa Sienna ke tempat terakhir. Di tempatnya berdiri sekarang, Sienna menatap akar-akar raksasa yang menyelimuti pemandangan. Rumput liar ada di mana-mana. Cabang-cabang dari akar acap kali menutupi jalan yang harus dilalui oleh Sienna, ia merasa bahwa dirinya seperti seekor semut di hadapan akar-akar raksasa tersebut. Sienna tiba-tiba mengecil di hadapan dunia yang ukurannya seperti berkali-kali lipat lebih besar. Langit sore memberi perasaan yang hangat. Sang Roh menuntun Sienna kembali. Tak lama kemudian, ia melihat sebuah altar di balik pohon-pohon dan di antara akar-akar yang terlihat seolah menggenggamnya dengan erat. Seperti sebuah rumah.

Lalu Roh itu menarik Sienna kembali ke tempat terawal ia berada. Bedanya, kini Roh itu menemaninya. Gelap. Cerita Roh itu terhadap relik sudah selesai. Kini, giliran Sienna yang mengatakan sesuatu, atau lebih tepatnya bertanya.

"Apa hubungannya semua ini dengan Nazrrog? Denganku?" tanya Sienna. Setelah perjalanan yang ia rasa cukup panjang, ia masih tidak dapat menemukan sebuah jawaban yang terselip di sepanjang cerita itu.

"Seperti yang sudah kuberitahu kepadamu. Tempat-tempat tersebut mewakili lokasi fundamental yang menyegel sihir gelap untuk kembali menyelimuti Nazrrog. Dan ketika tempat-tempat tersebut pada akhirnya dihancurkan, kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing relik itu akan menjadi sangat besar karena energi gelap yang mengikatnya telah hancur. Dan di saat itulah, relik-relik tersebut dapat digabungkan. Hal itulah yang harus dihindari karena akan menjadi sebuah petaka bagi segalanya—bukan hanya Nazrrog saja." Wujud Roh itu akhirnya berubah kembali menjadi bola bercahaya. "Inilah tugasmu sebagai Penyelamat Nazrrog, untuk mencegah semua hal itu terjadi. Dan itulah mengapa, aku memilih dan memanggilmu."

Ada jeda panjang yang membuat Roh tersebut berubah wujud lagi, dan tidak lain adalah menjadi sebuah cincin yang cukup familier bagi Sienna. Pada saat itu pula, Sienna menyadari bahwa cincin yang seharusnya tersemat di jarinya tidak ada. Roh tersebut menjelma menjadi cincin yang sama yang Sienna tahu dan kemudian masuk ke jari yang sama di mana cincin itu berada sebelumnya.

"Kekuatanku kuberikan padamu, gunakan sebaik-baiknya."

Di akhir, Sienna menyadari bahwa Roh tersebut adalah Lazarus, seperti yang ia sulit ingat.

The King's MoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang