19 - Chaménos

13 3 0
                                    

Cuaca yang cerah di Arx berubah menjadi hujan ketika mereka berpindah tempat. Audr tidak tahu tempat pasti akademi, jadi ia hanya membawa Elsa, para penyihir dan Vann berteleportasi ke sekitar Bayset Peaks. Dari sana mereka harus berjalan ke akademi. Aesa yang pertama kali secara spontan menciptakan sihir pelindung yang berupa gelembung ke masing-masing mereka yang ikut, namun Audr melepas sihir itu dengan cepat karena menyadari sesuatu yang lain.

"Oh, maaf! Apakah sihirku mengganggumu?" tanya Aesa dengan nada yang sedikit menyesal seraya menautkan kedua telapak tangannya.

Audr berjongkok sembari mengambil tanah basah yang hampir saja menjadi lumpur dengan ujung jari telunjuknya, dan di saat yang sama melirik sejenak lalu menggeleng menanggapi pertanyaan Aesa. "Bukan. Bukan itu," katanya, lalu menambahkan, "ada sesuatu yang tidak beres." Kemudian ia berdiri lagi dan mendongakkan kepalanya ke langit untuk memastikan.

Semua makhluk di sana langsung berpaling menatap Audr dengan satu pertanyaan yang pasti. "Apanya yang tidak beres?" tanya mereka serentak.

"Awan dan hujan ini sepertinya menandakan sesuatu yang tidak beres." Audr ingat saat ia dan Igvir didatangi oleh Elite Thirteen, hari itu tiba-tiba saja mendung dan diikuti dengan hujan. Dan suasananya kurang lebih seperti sekarang ini.

"Tidak beres seperti apa?" Aesa melanjutkan. "Kelihatan normal untukku."

"Aku dan Igvir sempat didatangi oleh Elite Thirteen sebelum kami berangkat ke Arx. Ada mendung yang sangat mendadak dan disusul dengan hujan. Kalau boleh kukatakan... seperti melibatkan sesuatu yang tidak alami."

Elsa mendongak ke atas dan mulai mengamati bagaimana bentuk awan mendung di atas langit. Dan ya, bahkan Elsa yang bukan pengamat langit pun dapat menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan awan tersebut.

"Aku tidak bisa mengatakan bahwa bentuk dari awan itu terlihat sangat tidak natural," kata Elsa. "Bukankah itu awan yang sama ketika akademi diserang?" lanjutnya dengan kepala yang kembali ditarik dari tatapannya ke langit ke arah penyihir-penyihir itu.

Kalimat Elsa seolah menjadi sebuah klik untuk para penyihir itu. Aesa dan Aiwyn dengan spontan langsung berlari dengan cepat—yang membuat mereka terlihat seperti melayang, sedangkan Audr benar-benar langsung terbang ke udara untuk mencari tahu posisi pasti akademi. Untuk Elsa dan Vann, mereka saling menatap untuk sejenak sebelum benar-benar menyadari apa yang terjadi dan berlari dengan kecepatan penuh ke arah akademi. Sihir gelembung dari Aesa sepertinya benar-benar membantu mereka menerjang halang-rintang yang membentang sepanjang pepohonan yang menyelimuti lereng pegunungan ini.

Dan tentu saja, Audr yang pertama sampai di akademi, disusul oleh Aesa dan Aiwyn. Beberapa menit kemudian, Elsa dan Vann adalah yang terakhir tiba di sana.

Audr mencoba untuk menutupi apa yang sedang Aesa dan Aiwyn lihat ketika mereka berdua datang. Pemandangannya... sangat mengerikan untuk dilihat. Darah ada di sepanjang mata dapat memandang, dan tubuh-tubuh tergeletak di tanah.

"Tidak, jangan lihat," kata Audr. Kedua tangannya ia bentangkan selebar mungkin di depan kedua makhluk tersebut. Namun semua itu sudah terlambat, Aesa dan Aiwyn telah menyaksikan semua itu dengan mata mereka masing-masing.

Reaksi pertama mereka adalah terbelalak kaget dan tertegun. Tubuh mereka berdua tiba-tiba saja kaku dan napas mereka tercekat. Ini seperti mereka sedang mengalami sesak napas yang hebat. Setelah semua yang mereka lihat dapat diproses oleh otak, tubuh mereka jatuh dan berlutut dengan kedua tangan yang menahan tubuh mereka di tanah. Tetesan air mata bahkan tidak dapat mereka rasakan karena hujan yang menghantam mereka secara terus menerus. Dan yang terakhir, sebuah teriakan yang cukup kencang untuk menutupnya.

The King's MoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang