Selagi ketegangan di Korrona semakin hari semakin meningkat, pasukan bala bantuan pertama dari aliansi datang dari arah Allandor. Pemerintah Korrona dengan segera menempatkan pasukan pertama yang kebetulan dari Kerajaan Allandor ke Padang Rumput Calware, sedikit ke timur dari Hutan Hulmar. Dari sana, mereka mulai membangun tenda-tenda dan menata alat berat yang mereka bawa di antara pepohonan yang memberi mereka penyamaran sempurna dengan alam.
Sekitar beberapa hari selanjutnya, pasukan bala bantuan lainnya berdatangan dari arah yang sama; Allandor. Dimulai dari Kerajaan Juvis, kemudian Baviel, lalu Everal. Masing-masing dari mereka ditempatkan di tiga benteng terdepan yang masing-masing adalah: bantuan dari Juvis di Dunsword (sisi barat laut), Baviel di Splinterspine (sisi utara), dan Everal di Felcrest (sisi timur laut). Dunsword adalah benteng yang kemungkinannya paling kecil untuk tidak terjadi peperangan atau tempat Treaston akan menyerang, karena benteng itu berbatasan langsung dengan wilayah Qionh—yang mana adalah pihak netral dan dihindari oleh Treaston, sama halnya dengan Arx—dan hanya dibatasi oleh Sungai Baroog. Dan jelas, ada jalur khusus yang diciptakan untuk warga Qionh agar dapat memasuki Korrona, namun Treaston tidak akan berani untuk menggunakan itu. Namun satu hal yang tidak dapat diabaikan adalah daerah perbukitan di utara kerajaan regional Qionh, dari sana ada akses ke Dunsword. Ini bisa menjadi jalan mereka menyeberang sungai, ditambah dengan diameter sungai di lokasi itu cukup sempit dibanding jalur sungai lainnya.
Tidak lama setelah semua pasukan bala bantuan tiba, sebuah penyerangan kecil dilakukan oleh beberapa anggota Elite Thirteen di Benteng Splinterspine. Penyerangan itu tidak terlihat serius karena mereka tidak benar-benar mencoba untuk membunuh siapa pun, dan kelihatannya pun hanya sekadar untuk mengintai benteng dari jarak dekat.
Berita 'penyerangan' itu tentu saja langsung sampai ke telinga Ordvar, raja Korrona, dan Ernkar, pangeran Xosova. Mereka berdua lantas bergegas ke Splinterspine untuk mengecek keadaan secara langsung.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Ordvar ketika turun dari kereta prioritas, ia disambut oleh beberapa jenderalnya.
Beruntungnya, kereta prioritas yang dikendarai oleh Ernkar juga baru saja tiba. Dan selagi menunggu Ernkar yang ditemani oleh Igvir turun dari keretanya, salah satu jendral mulai berbicara untuk menjawab satu pertanyaan dari sang raja yang baru saja diajukan.
"Aman," jawabnya, dengan nada yang tidak yakin dan ekspresi yang tak kalah serupa. "Mereka terlihat hanya bermain-main dan tidak menyerang pasukan kita," lanjutnya.
Mereka kemudian mulai berjalan dengan serempak.
Satu hal yang terpikirkan oleh si jenderal adalah, bahwa ini merupakan jebakan. Namun ia tidak bisa yakin secara pasti.
"Mereka?" tanya Igvir, langkahnya dipercepat.
"Ya, mereka hanya beberapa saja," kata si jenderal yang masih tidak diketahui namanya, "mereka hanya mengacau di sana-sini."
Lalu seperti yang dipikirkan oleh si jenderal, Igvir menoleh ke arah Ordvar dan Ernkar. "Rasanya seperti sebuah jebakan," celetuknya.
Dengan cepat, si jenderal tadi menanggapi. "Saya pikir juga demikian," katanya. "Tetapi mereka terlihat bukan sembarang orang jika dilihat dari apa yang mereka kenakan."
Igvir mengernyit, lalu dengan cepat memberhentikan Ernkar dan Ordvar.
"Ada apa, jenderal?" tanya Ordvar yang sesegera mungkin berhenti. Igvir membungkuk sejenak sebelum mengutarakan alasannya.
"Maaf, namun saya rasa akan ada baiknya jika raja dan pangeran untuk tidak melihat secara langsung—setidaknya jangan dulu."
"Apa yang coba kau usulkan?" tanya Ordvar lagi, sedikit mendongakkan kepala. Bulu-bulu putihnya bercahaya seolah bukan pantulan dari panas matahari yang menyinarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Move
Fantasy[Book Two: The Chosen Saga] [á s k i o s] [proses revisi] [Complete] [harap membaca The Runaway Chosen terlebih dahulu] . ::.. Perjalanan Para Terpilih tidak mudah. Penyerangan yang terjadi di akademi hanyalah awal dari sebuah bencana besar yang aka...