Keesokan paginya, Aaru tidak pergi ke kedai, bahkan sampai siang menjelang. Berulang kali Ayesha mencoba menghubungi Aaru, namun nihil. Padahal, perempuan itu ingin membahas kerja sama mereka dengan teman Ayesha.
Sejak selesai sidang skripsi, Ayesha memang lebih sering ke kedai hanya untuk berbincang dengan para karyawan. Hitung-hitung latihan sebelum memegang cabang baru, katanya.
“Aaru bener-bener nggak ada ngehubungin lo, Mel?”
“Nggak, Mbak. Tadi juga Nanda udah sempet coba nelpon buat bilang keperluan yang habis, tapi nomornya nggak aktif.”
“Ke mana kira-kira, ya?” Ayesha mengetukkan jarinya ke meja. “Dia sering ngilang kayak gini?”
Meli berusaha mengingat-ingat. “Ini yang kedua, Mbak.”
“Perasaan gue kok nggak enak, ya, Mel? Gue takut something wrong happened ke Aaru.”
“Mbak Sha jangan nakut-nakutin aku, dong.” Meli ikut khawatir di sana.
“Bukannya nakutin, cuma feeling gue sering bener, Mel.”
Seketika seseorang datang menghampiri Meli dan membuat dua perempuan itu terkejut.
“Hai, Mel,” sapanya.
“Eh, Mas. Mau cari Mbak Aaru, ya?” tanya Meli.
Ayesha memandang Meli penuh tanya.
“Oh iya, Mas. Ini Mbak Ayesha, staff freelancer sekaligus temennya Mbak Aaru.”
Ayesha mengulurkan tangannya dan disambut lelaki itu.
“Ayesha.”
“Caraka. Panggil saja Raka. Kamu yang dipercaya Aaru memegang cabang baru, ya? Sorry sebelumnya, aku belum pernah melihat kamu di sini.”
“Iya dan ya ... gue emang jarang ke sini. Sewaktu-waktu, sebisa gue.”
Raka mengangguk dan kembali beralih ke Meli.“Aaru?”
“Mbak Aaru nggak di sini, Mas. Kami juga nggak tau ke mana. Dari pagi, kami udah coba hubungin Mbak Aaru, tapi nggak aktif.” Meli menjelaskan dengan nadanya yang kembali khawatir.
“Lo ... bisa tolong cariin Aaru, nggak?” tanya Ayesha.
“Perasaan gue nggak enak,” lanjutnya.
Caraka diam. Ia mulai memikirkan tempat-tempat yang sekiranya didatangi Aaru.
“Kalian udah coba cek rumahnya Aaru?” Raka mengutak-atik ponselnya, mencoba menghubungi perempuan itu, tetapi sama, tidak aktif.
“Lo tau rumahnya Aaru?” Ayesha membulatkan matanya.
“Memangnya kenapa kalo aku tau?” Raka mulai penasaran.
“Nggak ada yang tau rumah Mbak Aaru selain Mas Rendra, Mas.” Kini giliran Raka yang terkejut.
“Kamu serius?”
Ayesha dan Meli mengangguk.
Ayesha yakin, laki-laki di hadapannya ini punya andil yang besar dalam hidup Aarunya. Tidak salah lagi. Aaru tidak pernah membiarkan seorang pun tahu kehidupan pribadinya, alamat rumah sekali pun. Sementara laki-laki ini ... sudah sejauh itu. Tentu saja Kalingga pengecualian.
“Oke. Itu nggak penting untuk sekarang. Ada yang mau ikut ke rumahnya?”
Meli dan Ayesha sama-sama menggeleng.
“Nanti ada supplier kopi datang, Mas. Itu tugas aku, nggak mungkin aku nyerahin tanggung jawab ke orang lain, meskipun ada barista yang lebih paham.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Foregone
General FictionGeneral Fiction Cerita ini bukan hanya tentang Aarunya, perempuan berpenampilan tomboi yang memiliki cacat batin dengan segala pesonanya. Cerita ini juga tentang tiga lelaki dengan ambisinya masing-masing dalam menjadikan perempuan itu pendamping h...