Beberapa hari sudah Ergi dan Raina melukis dinding kedai Aaru. Hari ini adalah hari terakhir mereka, mengingat lukisan itu hanya membutuhkan polesan terakhir sebelum benar-benar selesai.
Kini mereka tengah berbincang berlima. Kebetulan Raka juga berada di sana. Berbincang kecil di waktu istirahat seperti ini sudah mereka lakukan beberapa hari terakhir ini.
“Jadi, lo kelas 1 SMA sekarang?” tanya Ayesha pada gadis 15 tahun itu.
Raina mengangguk. Penampilan gadis itu tak berbeda jauh dari Aaru. Mereka sama-sama tomboi. Hanya saja, Raina lebih ekspresif.
“Keponakan lo, kok, modelannya bisa kayak Aaru gini, Gi? Tomboi. Cantik padahal,” protes Ayesha.
“Mbak, gini-gini, tuh, yang naksir aku banyak, di sekolah,” gerutu Raina.
Ergi terkekeh mendengar ocehan keponakannya itu.
“Aaru juga banyak yang naksir. Nah, sama lagi, kan, kalian.”
Mata Aaru memicing, sementara Raka sudah melayangkan tatapan membunuh pada Ayesha.
“Beneran, Mbak? Wah, Kak Ergi banyak saingannya, dong,” ceplos Raina, dibalasi pelototan oleh Raka dan Ergi.
“Sembarangan aja lo kalo ngomong,” balas Ergi.
“Aku ke belakang sebentar.” Raka menimpali.
Baru saja berdiri. Tangan kanan Caraka menyenggol buku sketsa Ergi yang berada di atas meja. Buku itu terjatuh dalam keadaan terbuka. Aaru yang berada dekat dengan jatuhnya buku itu, mengambilnya tanpa beranjak dari tempat duduk.
“Aduh, sorry. Aku nggak sengaja,” ujar Raka tidak enak.
Ergi sendiri tak mempermasalahkan itu. Ia duduk dengan santai. Setelah mengambil buku sketsa milik Ergi, Aaru menemukan selembar kertas gambar yang sudah lusuh ikut terjatuh dari dalam buku. Ia membuka lipatan kertas itu. Sejenak, ia diam. Keningnya berkerut samar.
“Eh, kertas gue jatuh?” Ergi menyadari gelagat Aaru.
Perempuan itu menatap Ergi dengan tajam.
“Siapa kamu sebenarnya?” tanya Aaru dengan nada bergetar.
Caraka urung pergi dari sana. Lelaki itu kembali duduk. Ia menyadari ada yang tidak beres dari Aarunya. Sementara Ergi, lelaki itu masih tak paham dengan pertanyaan Aaru.
“Gue Ergi. Lo udah kenal, kan?” Ergi memastikan.
Keempat orang di sana terkejut mendapati Aaru menjatuhkan air matanya.
“Lo kenapa?” tanya Ayesha panik.
“Aar. What’s wrong?” Kali ini Raka yang bertanya.
Raina bingung, begitu juga dengan Ergi. Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
“Duh, gue salah? Jangan bikin bingung, dong.” Ergi semakin merasa bersalah.
Tangan Aaru tremor. Ia benar-benar terkejut dengan isi kertas tersebut.
“Kamu bukan Ergi.” Aaru berdiri dan hampir terhuyung.Raka refleks ikut berdiri dan menahan bahu perempuan itu.
“Are you ok?” Raka memandang Aaru yang seperti orang linglung untuk sejenak.
Perempuan itu kembali berdiri tegak dan meletakkan selembar kertas itu di atas meja hingga Ayesha dan Raina bisa ikut melihat gambar apa yang ada di sana.
“Kamu Ilham Ergian Baskara, kan?” Aaru memastikan.
“Lo tau nama lengkap gue?”
Semua yang ada di sana semakin dibuat bingung dengan situasi yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foregone
General FictionGeneral Fiction Cerita ini bukan hanya tentang Aarunya, perempuan berpenampilan tomboi yang memiliki cacat batin dengan segala pesonanya. Cerita ini juga tentang tiga lelaki dengan ambisinya masing-masing dalam menjadikan perempuan itu pendamping h...