Aaru memacu kecepatan mobilnya di atas rata-rata. Ergi, Laras, dan Diki sampai menahan napas dibuatnya.
Saat mereka tengah makan malam di sebuah restoran, Aaru mendapat telepon dari Nanda bahwa terjadi insiden di kedai lama miliknya. Tanpa pikir panjang, Aaru langsung mengajak ketiganya pergi dari sana.
"Sa, gue masih sayang nyawa," pekik Ergi.
"Hati-hati, Sasa," tambah Laras.
"Gila ini cewek." Kali ini Diki yang menimpali.
Aaru tak peduli dengan ocehan mereka. Pikirannya sudah penuh dengan kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi.
Sampai di kedai, Aaru memarkirkan mobilnya sembarang di pinggir jalan. Ia keluar dari mobilnya dan berlari ke arah kerumunan tanpa memedulikan orang yang sedari tadi bersamanya.
Napas Aaru memburu saat menghampiri Nanda dan beberapa karyawannya yang sudah terduduk lemas di trotoar depan kedai.
"Apa yang terjadi, Nan?" tanya Aaru pada Nanda yang sudah berurai air mata."Mbak. Semuanya habis, Mbak," lirih Nanda.
"Kita nggak tau, Aar. Tiba-tiba api udah membesar dan semuanya habis tanpa sisa," timpal Kamil.
"Terjadi lagi?" gumam Aaru. Ia menghela napas panjang, tetapi belum menunjukkan ekspresi berarti.
"Yang sabar, ya, Sa." Laras berkata.
Bangunan kedai yang selama ini digunakannya untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah sudah hangus terbakar. Masih ada beberapa mobil pemadam kebakaran di sana. Api baru berhasil dipadamkan beberapa menit lalu. Ia tak terlalu memikirkan kerugiannya, tetapi karyawannya."Tidak apa-apa, Nanda. Jangan nangis."
Ergi, Laras, dan Diki sudah berada di samping Aaru. Mereka menatap perempuan itu iba di samping mengingat trauma itu kembali.
Aaru mengedarkan pandangan ke sekeliling kedai. Matanya menyipit saat melihat ke satu titik. Mobil Caraka ada di parkiran kedai."Kamil. Di mana Ayesha, Meli, dan Caraka? Mereka selamat, kan?" Dari semua karyawannya, hanya Ayesha dan Meli yang tidak ada di sana. Caraka, lelaki itu pasti datang ke sana tadi.
"Ayesha sama Meli dibawa ke rumah sakit. Mereka kena luka bakar, meskipun nggak parah."
"Aku nggak tau di mana Caraka. Tapi yang pasti, dia selamat. Justru dia yang tadi nyelametin Ayesha dan Meli."
Nanda menyusut hidungnya yang memerah. "Mbak, tadi aku sempet lihat Mas Raka setelah nyelamatin Mbak Ayesha. Dia lari ke sana." Nanda menunjuk ke satu arah. "Mas Raka kayak ... ngejar seseorang."
Kedua alis Aaru menyatu. Ia berpikir apa kira-kira yang dilakukan lelaki itu dan siapa yang dikejarnya.
"Kalian tidak usah khawatir perihal pekerjaan. Kedai yang baru cuma perlu beberapa hari lagi untuk beroperasi. Untuk seminggu ini, kalian bisa istirahat," ucap Aaru disertai senyum menenangkan miliknya. Mau tak mau, semua karyawannya mengangguk.
"Sa, mau cari Raka? I have a bad feeling for that," tanya Ergi.
"Bantu aku," tukas Aaru.
Ting!
Sebuah pesan masuk ke ponsel Aaru. Dari Rendra. Aaru membacanya sekilas.
"Ergi. Maaf, tapi sepertinya, aku akan melibatkanmu lagi kali ini." Aaru bergantian memandang Laras dan Diki. "Kalian berdua ikut Kamil dulu, ya?"
Aaru berganti memandang Kamil. "Aku minta tolong. Antar mereka ke rumahku. Alamatnya akan aku kirim."
Laki-laki itu mengangguk. Aaru langsung menyerahkan sebuah kunci rumah dan dompetnya kepada Kamil dan disambut lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Foregone
General FictionGeneral Fiction Cerita ini bukan hanya tentang Aarunya, perempuan berpenampilan tomboi yang memiliki cacat batin dengan segala pesonanya. Cerita ini juga tentang tiga lelaki dengan ambisinya masing-masing dalam menjadikan perempuan itu pendamping h...