3. Kerajaan Kawachi

1.8K 124 7
                                    

Di depan pintu gerbang menuju ke dalam kerajaan, aku malihat ada beberapa pria paruh baya yang sedang menjalankan tugasnya yang tak lain tak bukan adalah para prajurit, untuk memeriksa setiap orang yang ingin masuk kedalam kerajaan. Hal ini dilakukan agar ketika ada yang berniat buruk ke pada kerajaan dapat dicegah dari luar.

Saat melihat orang yang akan diperiksa adalah aku, prajurit itu langsung saja membungkukkan badannya memberi hormat kepadaku pangeran Gusion.

"Salam hormat pangeran ke tiga." ucap prajurit yang sedang berjaga di depan gerbang.

Mendengar penghormatan dari prajurit prajurit aku hanya melontarkan senyuman terbaik yang kupunya ke pada para prajurit, sebagai balasan dari perkataan mereka.

Dari kejauhan aku melihat satu prajurit yang sedang bergegas menuju kerajaan untuk melaporkan apa yang dia lihat ke ayahanda, dia terlihat sangat  tergesa gesa.
Apa yang membuat ia seperti itu aku sudah tau, itu wajar saja kelompok kami yang semulanya lebih dari 10, kini hanya tinggal kami berlima dengan pakaian compang camping.

Aku hanya mencoba tidak tau dengan apa yang terjadi, karena itu sudah menjadi salah satu rencanaku. Aku lebih memilih untuk pergi ke pasar dulu, karena selama di dalam hutan yang kumakan hanya buahan dan daging hewan. aku sudah sangat rindu dengan makanan khas kerajaan. Seperti, bakwan goreng, es campur, empek empek palembang dan banyak lagi. Hanya memikirkannya saja air liurku sudah keluar dari mulutku.
.
.
.

Ketika aku sedang menikmati makanan yang aku pesan dengan lahap, tiba tiba suara sepatu kuda berdengun keras di sekitar pasar tempatku berada. Sekelompok prajurit kerajaan dengan pakaian lengkap, datang menghadap kepada ku, yah aku sudah tau itu pasti perintah dari ayahku.

"Pangeran, yang mulia memerintahkan hamba dan rekan rekan hamba untuk menjemput pangeran." tegas prajurit itu.

"Baiklah, tolong bantu aku memegang makanan yang aku beli ini, lalu masukan kedalam keretaku."

"Baik pangeran."

Aku bergegas masuk kedalam kereta kuda yang sudah disiapkan para prajurit kerajaan. Ketika di dalam kereta aku merasa seperti sudah sangat lama aku tidak merasakan kenyaman seperti ini. Karena selama dihutan aku hanya tidur di atas rerumputan tanpa ada alas tidur maupun bantal.

Setalah memastikan aku masuk kedalam kereta kuda. Kami pun langsung menuju ke kerajaan dimana ayahku sudah menunggu kedatangan kami disana.

Di kediaman raja.

Kami semua tengah menghadap raja dari kerajaan kami, tanpa ada perintah pun kami langsung membungkukkan badan memberi hormat, termasuk aku dan para prajurit yang baru saja menjemputku menundukkan kepala dan memberi hormat ke pada sang raja yang mana tidak bukan adalah ayahku sendiri.

"Terima hormat kami yang mulia."

"Bangunlah."

"Gusion, apa yang terjadi dengan kalian, kenapa hanya tinggal kalian berlima, kemana yang lainnya?"

"Lapor yang mulia! Saat kami sedang beristirahat di dalam hutan, kami didatangi dan diserang oleh hewan buas tingkat 5 puncak yang mulia."

Betapa terkejutnya sang raja, saat mendengar penjelasanku tentang kami bertemu hewan buas tingka 5 puncak. Bagaimanapun juga hewan buas ini memiliki kekuatan yang setara dengan pendekar tingkat Grandmaster lapisan 4 puncak. Sedangkan kelompok kami, hanya terdiri dari pendekar lapisan Master dan Elite.

"Lalu, bagaimana bisa kalian selamat dari serangan hewan buas tingkat 5?" tanya raja lagi dengan penasaran.

"Jawabanya cukup mudah yang mulia. Awalnya aku perintahkan para pendekar bertipe Figter untuk mengulur waktu agar para Mage bisa membuat mantra, aku menyuruh para mage membuat lubang di dalam tanah dan beberapa jebakan di dalamnya. Selanjutnya ketika para Mage selesai dengan tugasnya para Figter memancing macan kedalam jebakan yang telah kami sediakan. Ketika macan terperangkap kami mulai menyerang dari atas lubang agar membuat sedikit luka terhadap macan tersebut."

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang