6. Sebuah Tantangan

1.3K 114 1
                                    

8 bulan sudah berlalu sejak insiden pertemuan antara Gusion dengan Barok, Ivar dan yang lainya. Kini gusion sudah menjadi lebih kuat dari sebelumnya, jurus jurusnya yang dia latih juga sudah berkembang pesat.

Hari ini Gusion mimilih untuk tidak latihan, karena hari ini sedang diadakan pameran di kerajaannya, tentu event event seperti inilah yang ia tidak boleh lewatkan. Dia bergegas menuju ke pasar, dengan melewati lorong lorong sempit yang berada di kerajaan, karena jika dia memilih untuk melewati jalan utama, tentu saja ayahnya tidak membolehkan pergi sendirian dan harus membawa pengawal kemana mana.

Menurutnya perkataan ayahnya itu sangat merepotkan, dan tentu saja membuatnya tidak bebas karena selalu diperhatikan para pengawal suruhan ayahnya. Ia lebih suka di kawal oleh mahluk panggilannya sendiri, alasanya bukan saja karna mahluk panggilan nya itu kuat, tetapi makhluk panggilannya tidak pernah melarang apa yang akan ia lakukan.

Seperti halnya pasar biasanya, banyak orang yang berada di sana, bukan hanya untuk berbelanja juga ada yang memilih untuk melihat lihat apa saja yang dijual di sana.
Jika kebanyakan orang datang dengan tujuan mencari jurus dan senjata beserta pil, beda halnya dengan Gusion, ia lebih memilih untuk menikmati makanan yang dijual oleh para pedagang di sana.

Saat rombongan Gusion lewat, mereka langsung menjadi pusat perhatian dengan pakaian serba hitam dan menggunakan penutup kepala. Kejadian itu membuat semua orang merasa aneh dan seram.

Setelah lama berkeliling mencari makanan, seketika itu pula mata Gusion tertuju kepada salah satu kedai makanan yang memiliki antrian paling panjang. Hal itu sontak membuat Gusion membayangkan makanan seperti apa yang dijual mereka disana?

Pertanyaan pertanyaan muncul di hatinya yang semakin membuat ia makin penasaran sekaligus heran dengan apa yang terjadi disana, apakah cipta rasa makanan di sana sangat enak? atau ada orang penting yang sedang makan di sana?
.
.
.
Gusion langsung saja ikut berbaris mengantri di sana untuk menghilangkan rasa penasarannya.

"Hah, ini antrian belanja atau antrian pembagian sembako sih dari tadi tidak habis habis." kesal Gusion, kenapa tidak? sudah bermenit menit ia menunggu tetapi masih saja banyak orang berada di depannya.

Ia menjadi kepikiran apakah ia bisa mendapatkan makanan yang di jual kedai ini sebelum orang orang di depan sana menghabiskan semuanya?

Sudah sangat lama Gusion menunggu dengan hati yang sangat tidak enak, bukan hanya lelah tapi disini juga lumayan panas. Sudah penat menunggu malah ada saja orang yang membuat kekacauan dibarisan belakangnya.

"Minggir! Minggir! Minggir!" teriak para perusuh di belakang, membuat hati Gusion semakin kesal. Sudah gerah bodi malah ditambah dengan gerah hati.

"Hei pak tua! Kau tidak punya telinga hah? Aku bilang minggir ya minggir!"

Hal itu membuat salah satu diantara mereka kembali angkat bicara.

"Kau mau di hajar ha?"

"Kau tidak tau kami? Kami dari Akademi Bulan Salju!" sambil membanggakan statusnya dan mekihat lihatkan pakaian Akademi Bulan Salju yang sedang mereka gunakan.

Mendengar perkataan dari salah satu murid disana membuat semua orang langsung memandang pakaian yang mereka gunakan, dan benar saja di pakaian mereka ada lambang khusus yang dimiliki oleh Akademi Bulan Salju.

Dengan keadaan terkejut satu persatu dari mereka mulai menjauh dari kerumunan antrian, karena mereka takut akan terkena imbasnya. Mereka semua tau akan kekuatan yang dimiliki oleh Akademi Bulan Salju adalah salah satu akademi yang terkenal akan murid muridnya yang sangat berbakat, banyak pendekar kuat yang berasal dari sana. Bahkan raja mereka sendiri Raja Creep Dixon yang memimpin Kerajaan Kawachi saja berasal dari Akademi Bulan Salju.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang