36. Sebuah Kabar

751 46 1
                                    

"Stealt!" kabut berwarna putih mengelilingi keberadaan Deindra dengan sempurna, tidak ada celah yang bisa terlihat dari kabut milik Deindra. Selain menghilangkan keberadaan, kabut putih ini juga bisa membutakan Indra penglihatan dan pendengaran selama masih berada didalam kabut.

Dengan keadaannya yang tersamarkan oleh kabut, Deindra mencoba melancarkan serangan anak panah biasa kearah Yamah.

Dia terus bergerak sambil terus mengincar titik lemah dari Yamah. Bergerak berpindah sambil diikuti dengan terus menembakan anak panah, sudah menjadi kebiasaan dari Deindra. Pergerakannya semakin hari semakin halus, serangan yang dilancarkan juga semakin kuat dan cepat.

[Seranganku seolah tak berkesan, guru seolah bisa membaca semua seranganku.] batin Deindra.

"Ilusionary." ucap Deindra, ilusionary merupakan salah satu skil yang diajarkan Yamah kepadanya.

Skil yang dapat membuat sebuah bayangan atau lebih, dimana setiap bayangannya akan menggunakan salah satu senjata yang dipakai oleh pengguna.

Kali ini Deindra membuat tiga bayangan termasuk dirinya yang asli, satu diantaranya menggunakan panah sedangkan sisanya menggunakan belati. Bayangan tubuhnya yang menggunakan panah terus melancarkan serangan, sedangkan tubuh yang asli bergerak dalam kabut bersama bayangan yang tersisa.

Deindra ingin melancarkan sebuah serangan kejut, dimana dia ingin menipu Yamah bahwa dirinya yang asli masihlah berada diposisi yang sama yakni, memanah kearahnya.

Sambil terus mengamati keadaan dan posisi yang menguntungkan Deindra sudah sejak lama bersiap untuk menyerang.

"Turbo Stealt." bayangan tubuh Deindra yang lain mencoba menyerang dengan salah satu skil miliknya.

Disisi lain, Yamah masih dalam keadaan baik baik saja, ia masih bergerak dengan cepat sambil menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh Deindra.

Dengan niat menambah sensasi, Yamah mencoba berpura-pura tersandung dan terjatuh. Sambil terus mengamati tindakan seperti apa yang akan diambil muridnya Deindra.

Melihat adanya sebuah kesempatan, Deindra dan bayangannya yang lain mencoba menyerang Yamah dengan dua buah belatinya yang telah ia genggam dengan erat sejak tadi.

Deindra terus mengayunkan belatinya kearah Yamah, setiap gerakannya sangat halus dan terarah dengan tajam dan cepat.

Yamah sendiri sedikit kecewa dengan tindakannya, jika Deindra memiliki tingkat kultivasi yang sama dengannya mungkin kini hanya tinggal nama atas kelakuanya.

Yamah menghindari setiap serangan Deindra, walaupun sudah diserang dari tugas sisi namun tak ada sedikitpun ekspresi kelelahan di wajahnya.

Bushl

Dua buah bayangan milik Deindra berubah menjadi asap ketika terkena sebuah pukulan yang fatal dari Yamah. Beruntungnya yang terkena hanyalah bayangannya semata, senyuman terukir di wajah Deindra dia sudah dapat menebak wajah gurunya yang sudah salah mengira kalau dia sudah memukul dia dengan telak.

[Anak itu semakin ahli saja dalam bertarung.] batin Yamah dengan tersenyum, dia sangat bangga dengan pencapain yang diraih oleh muridnya.

Berbeda dengan Yamah yang bahagia, Deindra sedang menggerutu kesal didalam hatinya.

[Sial, waktuku skillku sudah mau habis.] batin Deindra yang mulai terpojok, sebuah serangan pun tak dapat ia sarangkan ditubuh gurunya namun waktu skilnya sudah mau habis.

"Aku menyerah..." ucap Deindra dengan pasrah, waktu yang diberikan oleh Yamah sudah habis, dimana ia disuruh menyerang Yamah selama periode Stealth.

"Haha, kau sudah cukup bagus. Semua seranganmu sudah sangat baik hanya saja tingkat kultivasi dan pengalamanku saja yang jauh berada diatasmu." ucap Yamah dengan tertawa. Dia sangat senang dengan hasil yang telah Deindra capai karna usahanya yang keras.

Hari masih pagi ketika Deindra selesai berlatih, semenjak insiden Baton dan kelompoknya Deindra yang kala itu hanya bisa menonton menyadari kelemahannya.

Dia tak habis pikir jika hal serupa terjadi padanya ketika Albara dan yang lainnya tak berada disisinya. Semenjak hari itu dia meningkatkan porsi latihannya.

***

"Akhirnya bisa makan-makanan enak lagi." ucap Deindra sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling kedai. Sudah cukup lama semenjak mereka beranjak pergi dari desa kemaren hingga sampai kedesa saat ini, jaraknya yang  cukup jauh membuat waktu sampainya menjadi cukup lama ditambah waktu istirahat yang sangat lama karena proses latihan Deindra.

"Yah, aku juga sudah tidak sabar untuk segera sampai di ibukota kerajaan agar bisa secepatnya menginap disana." ucap Albara, sambil memainkan jarinya diatas meja.

"Benar, aku sudah bosan tidur dialam liar." ucap Deindra sambil mengarahkan pandangannya kearah Albara.

Sebenarnya bisa saja mereka memilih menginap disetiap desa yang mereka kunjungi, namun Albara selalu saja memilih melanjutkan perjalanan dan beristirahat dialam liar.

"Aku dengan pegunungan beast akan segera dibuka."

"Wah, aku sudah tidak sabar melihat tuan muda dari keluarga mana yang akan me dapatkan beast tingkat tinggi sebagai peliharaanya."

Gosip-gosil mulai beredar didalam kedai, salah satu gosip paling hangat adalah gosip tentang pegunungan beast. Banyak dari mereka yang membicarakannya hanya sekedar penasaran ataupun ingin mengumpulkan informasi untuk anaknya ataupun saudaranya yang akan berpartisipasi dalam lomba kali ini.

Pegunungan beast adalah salah satu tempat yang sangat diminati dan paling banyak dikunjungi banyak orang di kerajaan ini.

Saat ini mereka sedang berada di Kerajaan Gressia, sebuah kerajaan berafiliasi tingkat tiga. Walaupun kerajaan tingkat tiga, namun memiliki harta yang sangat langka yakni pegunungan beast. Sangat jarang kerajaan tingkat kecil begini memiliki pegunungan beast.

Albara meyakini bahwa kerajaan ini memiliki rahasianya sendiri, dia berniat ingin segera mengunjungi pegunungan itu sendiri dan mencari rahasia apa yang ada didalamnya.

"Apakah kau sudah mengetahui, kapan waktu pastinya pegunungan beast dibuka?"

"Menurut informasi yang aku dapat, dalam sepuluh hari lagi pegunungan beast akan dibuka kembali."

"Bagitukah?"

Disisi lain Deindra masih setia makan dan menguping pembicaraan beberapa orang di sekitarnya.

"Albara, bisakah aku ikut berpartisipasi?" tanya Deindra, dia sedikit menundukan kepalanya dia sangat takut kalau permintaannya tidak disetujui oleh Albara.

"Kau boleh ikut, dengan syarat kau berlatih lebih keras dalam sepuluh hari terakhir dan aku ingin kau menghajar semua peserta yang ikut berpartisipasi nanti." ucap Albara dengan santai. Wajah ceria yang dihiasi dengan penuh senyuman terpancar diwajah Deindra.

Dia sangat senang dengan keputusan dari Albara. "Baik! Akan aku buktikan dalam sepuluh hari ini aku akan memiliki kemajuan yang pesat dan untuk para peserta lomba nanti akan kupastikan mereka tidak bisa pergi dari tempat tidurnya dalam sebulan." ucap Deindra dengan wajah penuh senyuman bahagia.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang