60. Hutan Arbenia III

434 30 2
                                    

"Mereka terlihat menyebalkan, aku masih tidak terima kalau kami sebenarnya sepupu jauh." Ucap Miya, dia tak habis pikir dengan sikap Dark Elf.

Dia memang mengetahui kalau para elf memiliki ego yang tinggi, tapi dia tidak mengira akan setinggi itu.

'Mereka ingin memaksa Gusion untuk ikut dengan mereka, sayang sekali itu tidak akan pernah terjadi.'

'Bagaimana ya jika suatu saat salah satu dari kami berhasil menyinggung dia? Apa kami semua akan dimusnahkan seperti kejadian waktu itu?'

Awalnya Miya sangat bersemangat untuk membawa Gusion ke kampung halamannya, dan berharap salah satu ras yang berada di tempat tinggalnya menyinggungnya hingga terjadi peperangan.

Namun, setelah mendengar cerita dari Lovis Miya malah menjadi bersalah akan pemikirannya sebelumnya. Dan berharap agar tidak ada kejadian yang mampu membuat pria tersebut tidak enak hati.

"Iya sih, tapi ego mereka sesuai dengan kemampuan mereka. Keahlian mereka memang sangat patut untuk dibanggakan, bahkan menurutku jika dibandingkan dengan ras manusia."

"Jika terjadi pertempuran antara dua belah pihak, walaupun berada di tingkat yang sama aku yakin ras kalian yang akan keluar menjadi pemenang." Ucap Gusion.

"Memang benar, tapi jika memang terjadi peperangan walupun ras kami memiliki keahlian namun dibandingkan dengan jumlah populasi dan juga jumlah para ahli yang kalian miliki kami bukanlah tandingan kalian." Ucap Hugo.

"Bahkan untuk seorang bocah sepertimu saja bahkan dikawal oleh ribuan ahli." Ucap Lovis menyambuti perkataan Hugo.

"Tapi akan sangat berbeda, jika seluruh ras kami bersatu melawan ras kalian. Mungkin akan terjadi peperangan yang sangat lama." Ucap Lovis.

Gusion mengangguk kecil, mendengar perkataan Lovis. Dari dua belas suku, dia baru bertemu dengan dua suku yakni Snow Elf dan juga Dark Elf.

Bahkan Gusion sendiri tidak bisa membayangkan kekuatan dari Moon Elf yang merupakan leluhur dari bangsa para Elf.

Perjalanan kembali mereka lanjutkan setelah beristirahat untuk mengisi perut atau hanya untuk mengistirahatkan tubuh yang lelah.

Selama berada didalam Hutan Arbenia sangat menyenangkan menurut Gusion sendiri, mereka bahkan sempat bertemu dengan dua Ular Romantic yang sebelumnya dilawan kelompok Dark Elf.

Namun sayangnya keberuntungan kedua ular tersebut tidak sebagus sebelumnya, kini mereka terpaksa menyerahkan nyawa mereka kepada kelompok Gusion.

Selain dengan Ular Romantic, kelompok Gusion juga beberapa kali dihadapkan dengan berbagai monster lokal Hutan Arbenia.

Melakukan pertempuran sengit dengan Badak Perunggu Kembar Cula Tiga Tingkat Tujuh Puncak, hewan buas yang sangat terkenal karena hampir tidak memiliki kelemahan sedikitpun.

Melawan dua ekor badak tersebut sangat melelahkan dan menguras tenaga kelompok Gusion, bahkan mereka hampir saja kalah dan diseruduk oleh dua badak tersebut.

Untung saja dikelompok tersebut ada Gusion yang mampu memanggil banyak pasukan emas, kalau tidak mungkin mereka sudah menjadi samsak untuk kedua badak tersebut berlatih menanduk.

Tidak berhenti disitu belum satu jam kelompok Gusion beristirahat, pintu mereka kembali diketuk oleh segerombolan Kera Perunggu.

Walaupun mereka hanya berada ditingkat empat, namun dengan jumlah mereka yang mencapai puluhan ekor kera-kera sedikit menyusahkan bagi kelompok Gusion yang sedang tidak berada di kondisi primanya.

Seolah tidak dibolehkan untuk beristirahat, seusainya melawan gerombolan Kera Perunggu. Kelompok Gusion kembali kedatangan tamu, gerombolan Kera Perunggu yang dipimpin oleh Seekor Kera Bulu Perak.

Berkat pertempuran kali ini, baik Miya ataupun Gusion maupun Lovis dan Hugo. Mendapatkan banyak pencerahan, mengenai kekuatan mereka.

"Mereka tidak ada habisnya, malah semakin bertambah dan bertambah." Ucap Miya.

"Sepertinya kita sudah membuat kesalahan saat bertarung dengan badak sebelumnya." Ucap Lovis yang pertama kali menyadari hal tersebut.

"Setidaknya hari ini kita sedikit mendapatkan pelatihan dari kera-kera ini." Ucap Gusion, dibalik serangan para gerombolan kera ini Gusion sangat bersyukur mendapatkan banyak XP maupun poin untuk dirinya.

"Element Api, Explosion!"

Gusion mengarahkan sebuah skill sihir berupa bola api sebesar kepala manusia kearah gerombolan kera.

Bhooom

Suara ledakan terdengar hingga berpuluh-puluh meter, api dengan mudah menjalar ditubuh kera. Bau daging terbakar menyebar hampir di seluruh arena pertarungan.

"Para kera ini tidak takut melihat kematian rekan mereka, apa aku harus menunjukan hal yang sangat brutal agar mereka takut?" Ucap Gusion yang sambil melihat para kera yang semakin agresif.

"Tarian Ikan Koi!"

Gusion merubah posisinya, kedua tangannya mengangkat pedang tepat dihadapannya. Posisinya tengah berdiri diam bagaikan patung, hal ini malah ditanggapi dengan sangat baik oleh para kera.

Segerombolan kera serempak menyerang Gusion dari segala arah, tanpa mereka sadari mereka telah jatuh kedalam perangkat Gusion.

Gusion mulai mengayunkan pedangnya ketika merasa jarak antara dia dan para kera sudah sangat dekat, tangan Gusion bergerak dengan sangat lembutnya menebas para kera.

Gerakannya seakan hanya berputar tanpa arah ditempat, namun jika diperhatikan dengan teliti setiap ayunan ataupun tebasan darinya memiliki pola tersendiri.

Plup

Gusion mengibaskan pedangnya yang penuh darah sebelum kembali menyarungkannya.

Busss

Cipratan darah menyebar ke segala arah tanpa tujuan, hati, jantung usus maupun paru-paru seolah melompat keluar dari tubuh kera.

Semua kera yang maju menyerang Gusion mati seketika, dengan kondisi tubuh yang mengenaskan.

Tanpa kepala, terbelah menjadi beberapa bagian, ataupun organ dalam yang terkeluar seperti daging cincang.

"Dia selalu saja sadis jika membantai para musuhnya." Ucap Miya dengan menghela nafas, semangat bertarungnya menjadi menggelora. Rasa tidak ingin kalah membuat hati Miya menjadi menggebu-gebu.

"Element Api, Bola Api!"

Tujuh buah bola api seukuran dua kepalan tangan muncul seketika dibelakang Miya, dan mulai menembakan ke segala arah.

Suara ledakan menghiasi suasana keheningan didalam hutan.

"Fury!"

Panah Sihir yang tengah Miya kenakan mengeluarkan cahaya putih keemasan. Gerakan tangan Miya perlahan mulai menjadi lincah, busur yang dilepaskan mengeluarkan cahaya yang sama dengan panah Miya.

Satu anak panah yang ditembakkan mampu menembus dua hingga tiga kepala Kera Perunggu.

Berbeda dengan Gusion, Miya tidak sebrutal itu dalam membunuh lawannya. Dia lebih memilih untuk mengakhiri lawannya dalam sekali serangan, incarannya tidak lain adalah jantung, leher maupun kepala lawan.

Lovis dan juga Hugo tidak jauh berbeda, walaupun sedikit brutal mereka sudah membantai lebih dari puluhan ekor kera dalam hitungan menit.

Tidak ada yang tak dapat dibelah dengan pedang panjang yang digunakan kedua pemuda tersebut.

Keadaan yang semulanya di dominasi oleh pasukan kera perlahan mulai berubah, setiap detik yang terlewati kondisi pasukan kera semakin terancam. Hari ini para kera seolah melihat dewa kematian dihadapan mereka.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang