53. Rencana

468 26 1
                                    

Lovis dan Hugo hampir di waktu bersamaan mengerutkan kening mereka. "Dark Mage!" Ucap mereka di waktu yang hampir bersamaan pula.

"Dark Mage?" Albara sedikit kebingungan dengan perkataan dari Hugo dan Lovis.

"Jika yang dikatakan oleh tim tuan muda benar, maka seharusnya ketua kelompok tersebut adalah seorang Dark Mage tipe pengendali serangga beracun." Jelas Lovis.

"Benar tuan muda, kami sangat yakin itu. Karena di dalam kerajaan kami kami memiliki dua orang ketua sebagai Dark Mage, Salah satu diantara mereka sangat ahli dalam kutukan sedangkan satunya sangat ahli dalam mengendalikan serangga beracun sama seperti ketua kelompok tersebut." Sambung Hugo.

Albara mengerutkan keningnya, dia baru saja tahu mengenai hal tersebut.

Note* Mage atau penyihir dibagi menjadi dua jenis diantaranya Mage dan Dark Mage. Jika kebanyakan Mage berasal dari aliran putih, sedangkan Dark Mage kebanyakan berasal dari aliran hitam (atupun menyimpang dari ajaran aliran putih). Walaupun ada juga beberapa Dark Mage yang berasal dari aliran putih.
Sebenarnya Mage dan Dark Mage tidak jauh berbeda hanya saja cara dan kekuatan mereka sedikit berbeda. Para Dark Mage kebanyakan menggunakan tumbal agar kekuatan mereka mengalami kenaikan pesat, beberapa dari mereka juga mendapatkan Berkah Iblis. Sehingga mereka memiliki kekuatan mengendalikan serangga beracun, racun, kutukan, Necromancer, pemanggilan dll. Sedangkan si MC kita, dia termasuk dalam Dark Mage karena mencakup atas tiga skil yakni, kutukan, racun dan Necromancer.

"Kalau memang begitu, kita harus punya rencana yang mendalam." Ucap Albara dia sangat senang mendengar kalau ketua kelompok tersebut dapat mengendalikan serangga beracun.

Tujuan Albara sekarang adalah ketua tersebut, dia sudah sangat tidak sabar untuk menjadikannya pasukan bayangan.

Sedangkan disisi lain desa, di kediaman Kepala Desa Luci. Beberapa prajurit sedang berkumpul dalam ruangan yang sama, dengan posisi yang sama menghadap kepada pria tua didepan mereka.

"Baik, ketua." Ucap salah satu prajurit.

"Mereka terlalu baik, bahkan sangking baiknya mereka membawakan aku dua beast tingkat sepuluh dan satu beast suci."

"Aku akan segera menjadi penguasa beberapa desa disekitar, bahkan aku bisa menguasai kota kecil sebagai markas." Ucap pria tua tersebut dengan liciknya, dia berencana merebut Asuka, Agra dan Olaf dari kelompok Albara. Tanpa mengetahui resiko apa yang akan terjadi padanya.

"Permisi tuan, makan malam sudah siap." Ucap pemilik penginapan memberitahu kelompok Albara yang tengah beristirahat didalam kamar.

Albara bersama Hugo dan Lovis segera keluar dari dalam kamar. Saat membuka pintu mereka dikejutkan dengan pemandangan bahwa pelayan beserta pemilik penginapan sedang menyambut mereka.

Wajah kebingungan jelas terukir dimuka mereka. "Berita tentang kelompok tuan yang membantu kami dalam mempertahankan desa sudah tersebar luas didalam desa. Kami sangat berterimakasih atas bantuan anda sekalian tuan-tuan."

"Sebagai tanda terimakasih kami, kami sudah menyiapkan suguhan makanan untuk tuan sekalian nikmati malam ini." Jelas pemilik penginapan.

Pemilik penginapan berniat mengetuk kembali pintu kamar Deindra namun tindakannya dihentikan oleh Albara. Albara hanya menjelaskan kalau adiknya Deindra butuh istirahat untuk saat ini, pemilik penginapan hanya mengangguk paham dengan senyuman diwajahnya jelas dia sangat mengerti rasa lelah setelah bertarung dengan ratusan hewan buas belum lagi dengan kondisi tubuhnya yang masih anak-anak.

Warga Desa Luci jelas merupakan orang baik, karena ini jelas terpampang dari sikap sang pemilik penginapan yang menyediakan berbagai makanan dan minuman di ruang makan mereka.

"Jadi apa rencana kita kedepan tuan muda?" Tanya Hugo sambil menyuapkan paha daging kedalam mulutnya.

"Apa kita perlu menangkap salah satu dari mereka lalu kita jadikan sandera?" Ucap Lovis menambahkan.

"Hentahlah, aku juga masih memikirkannya. Dari yang kita ketahui kalau kepala desa sangat licik hingga rela membayar prajurit bayaran." Ucap Albara memberikan pendapat.

"Tetapi, saran dari paman Lovis bisa dipertimbangkan. Mungkin kita akan mengurus salah satu dari mereka dimulai dari yang paling berbahaya dulu." Sambung Albara.

"Oh! Aku punya rencana!" Ucap Albara antusias.

***
Sinar mentari mulai menyelinap masuk melewati celah-celah penginapan. Angin pagi tengah berhembus kencangnya membuat suasana di pagi hari menjadi lebih dingin.

Sunyi mendekam seluruh bagian desa, sepertinya semua warga masih terlelap dalam tidurnya. Bahkan nyamuk pun akan sangat malas untuk keluar di pagi dingin saat ini.

Albara melompat keluar dari jendela kamar penginapan, dengan pakaian kain biasa dia mulai melompati satu persatu atap rumah.

Tidak ada satupun manusia yang dia lihat selama berkeliling desa, suasana sunyi nan menyejukkan adalah waktu yang sangat pas jika digunakan untuk tidur.

'Sepertinya tidak ada serangan hewan buas untuk hari ini.'

'Harum ini?!'

Albara segera melompat ke atap yang lainnya, dengan tubuhnya yang kecil membuatnya menjadi lebih mudah untuk bergerak. Tanpa adanya gumpalan lemak, hanya ada gumpalan otot kecil ditubuhnya akankah dia menjadi sosok yang tampan suatu saat nanti?

"Apa sudah ada roti yang jadi?" Tanya Albara

"Emm, sudah ada walaupun tidak banyak berapa banyak yang adik ingin beli?"

"Aku ingin pesan sepuluh buah, dengan rasa yang berbeda." Ucap Albara, dia tengah berada disalah satu kedai kecil yang sangat terkenal di desa ini.

Biasanya sangat ramai pengunjung yang berjejer didepan kedainya, karena itu dia berniat datang di pagi hari agar tidak perlu mengantri.

"Apa bibi, selalu buka sepagi ini?" Tanyanya

"Benar dik, tetapi kami selalu menyiapkan beberapa roti sebelum membuka kedainya."

"Untung saja ada suami dan anakku, sehingga tidak terlalu repot untukku membuka kedai sepagi ini. Rezeki tidak datang dengan sendirinya, kita harus berusaha mencarinya."

Albara hanya berdiam diri menyimak semua perkataan dari pemilik kedai roti, walaupun mempunyai pelanggan yang banyak tetapi mereka tidak pernah berubah bahkan berusaha lebih keras.

"Ini dik rotinya."

Albara bangun dari duduknya berjalan menuju wanita tua pemilik kedai. 'Akhirnya dapat juga.' Albara tersenyum puas, setelah menunggu semalaman akhirnya dia mendapatkan apa yang dia inginkan.

Popularitas dari roti ini sudah menyebar luas di dalam desa, bahkan ada beberapa turis yang datang kesini hanya untuk membeli roti Ny.Mirna.

Albara segera meninggalkan kedai setelah meletakan satu buah keping perak diatas meja pesanan.

Sepertinya pagi ini Albara tidak sendiri baru saja dia ingin melangkahkan kaki keluar kedai, mata mungilnya telah mendapatkan dua pasang pria yang ingin memesan roti sepertinya.

Roti kering dengan cipta rasa yang khas, isi roti sangat lumer sehingga mampu membanjiri mulutmu. Kau akan merasakan rasa manis masam serta sangat dingin dimulut jika kau memesan rasa strawberry.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang