44. Wyvern Sang Penguasa Langit

610 48 1
                                    

Isak tangis memenuhi ruangan, suara mereka seperti saling beradu. Cukup lama sebelum mereka akhirnya berhenti dan mulai tersenyum kembali.

Albara hanya mendengarkan apa yang mereka bertiga ceritakan, malam ini ia seolah menjadi sosok figuran dari ketiga orang didepannya.

Bhukk

"Terimakasih tuan muda Albara, kami berdua berjanji akan setia dan patuh dalam melayani tuan." ucap Hugo yang tiba-tiba memberi hormat kepada Albara yang diikuti oleh Lovis.

Albara hanya mengerutkan dahi, dia tak mengerti dengan perkataan mereka tentang sumpah setia. Bukankah mereka telah berjumpa dengan tuan putri mereka?

"Aku tidak mengerti maksud dari perkataan mu Hugo." ucap Albara yang masih dalam kebingungan.

"Kami berdua telah lalai dalam menjalankan tugas yang diembankan kepada kami."

"Kami tidak memiliki muka untuk kembali. Namun, sebagai gantinya kami akan setia kepada penolong tuan putri." ucap Hugo menjelaskan.

Albara mulai paham dengan keadaan yang menimpanya sekarang, dia memalingkan wajahnya kearah Deindra sebelum memutuskan untuk memberikan penjelasan kepada Hugo dan Lovis.

"Yah, untuk sekarang menurutku lebih baik kalian melayani tuan putri kalian sampa ia kembali ke kerajaan. Untuk selanjutnya aku tidak akan mempermasalahkan apa keputusan kalian." ucap Albara.

Sudah sangat jelas perkataan dari Albara, ia sungguh tak berniat memiliki pengawal yang bukan mahluk panggilan, apalagi ranah kultivasinya masih berada di Epik.

Walaupun sudah berkata sedemikian rupa, Albara tidak berharap terlalu banyak kalau mereka akan mengubah pilihannya.

Yang Albara ketahui bahwa Hugo dan Lovis adalah pengawal pribadi dari Deindra sejak dia kecil sebab itu mereka sangat akrab.

Mengenai asal muasalnya, Hugo dan Lovis awalnya adalah seorang yatim piatu mereka berdua berasal dari yayasan yang sama sebelum yayasan tempat mereka terbakar.

Mereka sangat beruntung saat itu bertemu dengan ayahnya Deindra, sehingga mereka dirawat dan dibesarkan di kerajaan sebagai prajurit.

Sejak saat itu mereka telah berjanji untuk membalas kebaikannya ayahnya Deindra, namun mimpi itu kini harus mereka pendam dalam lubuk hati setelah gagal dalam melindungi dan menjaga tuan putri anak dari penyelamat mereka. Sedangkan Deindra sendiri sudah menganggap mereka berdua sebagai kakaknya sendiri.

Mereka berbicara sangat panjang malam ini, Albara tidak manyangka kalau Hugo dan Lovis akan berbagi kisah mereka ketika berpisah dengan Putri Miya.

Awalnya ia berniat untuk meninggalkan mereka tidur, namun ia malah dicegat oleh Deindra yang memaksanya untuk tetap diam dan mendengarkan cerita.

Albara akhirnya terbangun saat sinar matahari mulai meninggalkan langit siang, dia benar-benar tertidur dengan sangat lelap bahkan ia baru terbangun saat matahari terbenam.

"Aku harus memesan kamar lagi!" ucap Albara yang masih kesal dengan kejadian malam tadi, ia baru bisa tertidur saat tinggal beberapa jam hingga matahari kembali terbit.

[Lyan pesankan dua kamar VIP lagi untuk beberapa hari.] ucap Albara melalui telepati.

Dia segera bergegas kearah kamar mandi untuk segera bersiap-siap makan malam.

***

"Ini ambillah." Albara menyodorkan dua buah topeng kearah Hugo dan Lovis. "Penampilan kalian sangat mencolok dengan wajah seperti itu, pakailah topeng ini Deindra akan menjelaskan seperti apa kegunaannya." sambung Albara sambil memerintahkan Deindra agar segera memberitahukan kepada dua pengawalnya mengenai topeng yang ia berikan.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang