43. Bertemu Kembali

616 47 1
                                    

Acara lelang telah berakhir dengan terjualnya dua budak dari ras elf seharga 4jt keping emas.

Pembicaraan hangat dengan mudah menyebar keseluruh sudut kerajaan, bahwa ada sosok misterius yang mampu mengeluarkan uang jutaan keping emas dan memiliki aura yang sangat mencekam.

Kebanyakan dari mereka bertanya-tanya motif apa yang membuat sosok tersebut datang kedaerah mereka.

Sementara itu wajah dari kedua ras elf semakin memburuk, tidak ada kesenangan yang terpancar dari wajahnya.

"Kemari tuan, ini semua adalah barang yang telah tuan beli." ucap Anderesen kepada Albara dan Filix, sikap Anderesen semakin sopan setelah merasakan sendiri betapa kuatnya aura yang dilepas oleh Filix.

"Harga keseluruhan barang yang tuan pesan senilai 9.2jt. Untuk harga dari dua pusaka yang tuan jual senilai 3.8jt dari 10% pajak, ditambah 4 pusaka tingkat Langka dan 1 ditingkat Spesial."

"Dan untuk pesanan tuan sebelumnya, mengenai kitab skil memanah, kami menemukan satu yang cocok dengan permintaan tuan muda." sambung Anderesen sambil mengeluarkan sebuah kitab dari cincin ruangnya.

"Kitab ini kami temukan dua hari yang lalu, disalah satu situs bersejarah. Nama kitab ini adalah Kitab Taybugha, didalamnya ada 18 bagian setiap bagian termasuk dalam skil tingkat tinggi." jelas Anderesen kembali.

"Untuk harganya 900.000 keping emas."

"Begitulah?" tanya Albara dengan mengambil kitab tersebut dari Anderesen dan mulai mengeceknya. Satu persatu halaman ia periksa, dan benar saja yang dikatakan oleh Anderesen mengenai setiap bagian dari kitab skil tersebut. "Didalam cincin ini ada 10jt keping emas, kau bisa mengambil sisanya dari uang yang aku dapatkan." ucap Albara dengan senang hati.

Anderesen benar-benar tidak menyangka kalau cincin yang ia pegang sekarang berisi 10jt emas. Ingin rasanya ia berteriak dengan sangat kencang, namun hal itu di tahannya karna takut sosok didepannya malah merasa tidak nyaman.

"Ugh, tuan ini." ucap Anderesen yang kala itu sedang menanggung malu, ia lupa untuk menyerahkan surat budak yang menandakan sekaligus segel agar para budak tidak mengkhianati tuan mereka.

Albara hanya tersenyum kepada dua elf yang sedang dikurung didalam geruji besi saat dia menerima surat dari Anderesen. Namun, senyuman manisnya hanya dibalas dengan wajah marah dan kesal oleh mereka.

Dari data sistem yang dia dapat, sosok elf pria yang berambut putih pendek bernama Hugo dan dia jugalah yang memiliki kultivasi di ranah Epik 3. Sedangkan yang satunya elf pria berambut putih sebahu yang memiliki muka seperti wanita bernama Lovis.

Albara dan Filix segera meninggalkan rumah lelang ketika sudah memastikan kalau tidak ada satupun orang yang sedang mengintai atau berada disekitar rumah lelang.

Mereka bergerak dengan sangat cepat, bahkan Hugo dan Lovis sangat terkejut ketika melihat kecepatan dari Albara yang melebihi mereka yang berada di ranah Epik. Pertanyaan datang menghampiri mereka tentang siapa identitas mereka berdua, dan hubungan seperti apa yang mereka miliki.

Kerena mereka dapat melihat kalau pria muda yang berada disamping anak kecil ini sangat menghormatinya, bahkan tidak berani berbicara yang tidak-tidak di depan anak kecil tersebut.

"Hugo, Lovis sepertinya pertemuan kita kali ini merupakan takdir dari langit." ucap Albara sambil bergerak dengan cepat kearah penginapan.

"Siapa kalian!" Hugo dan Lovis segera menghentikan langkah mereka, mereka sangat bingung bagaimana bisa anak kecil tersebut mengetahui nama mereka.

"Hei, tenanglah sedikit. Aku mengenal seseorang yang mungkin kalian juga mengenalnya." ucap Albara sambil melihat dengan lembut kearah Hugo dan Lovis.

Sedangkan Hugo dan Lovis hanya berdiam tak bersuara mereka sudah bersiap memasang telinga mereka untuk mengetahui siapa sosok yang mereka kenal itu.

"Namanya Miya Alavonte."

Jantung Hugo dan Lovis berdetak sangat kencang, kaki mereka mulai lemas ketika mendengar nama tersebut.

Brugh

Mereka berdua seketika terjatuh dalam posisi bersujud, air mata mulai membasahi pipi mereka. Albara menjadi yakin setelah melihat reaksi mereka, dan tindakannya tidak salah untuk menebus mereka berdua.

"Dimana..

"Dimana kau mengetahui nama tuan putri!" teriak Hugo.

"Jelaskan kepada kami!" sambung Lovis.

Keadaan mental mereka kini jelas terganggu setelah mendengar nama tuan putri mereka yang diucapkan oleh seorang anak manusia.

"Tenanglah, aku menyelamatkan tuan putri kalian." ucap Albara dengan lembut, kali ini ia bercakap dengan sedikit berhati-hati agar mereka tidak mengalami penurunan mental.

"Saat itu, aku sedang berburu di dalam hutan bersama kelompokku. Aku tidak sengaja mendengar teriakan...

Albara mulai menjelaskan satu persatu kejadian yang ia alami bersama Miya, dari awal hingga sekarang. Butuh waktu yang lumayan lama saat Albara menjelaskan kepada mereka berdua walaupun yang dia jelaskan hanya inti dari setiap kejadiannya.

"Terimakasih tuan, telah menyelamatkan dan melindungi beserta merawat tuan putri kami." ucap Hugo yang hampir bersamaan dengan Lovis. Keadaan mereka berdua sudah lumayan tenang setelah mendengar penjelasan dari Albara.

Mereka menjadi sangat bersemangat sekarang setiap langkahnya jelas terlihat ketenangan bahkan mereka berdua tidak henti-hentinya tersenyum. Sangat berbeda dengan sikap mereka waktu pertama kali bertemu.

[Filix, coba kau hubungi Yamah dan tanya apakah Deindra sudah tidak atau belum jika belum suruh dia tunggu kedatanganku.] ucap Albara melalui telepati.

[Baik tuan.]

[Tuan, pesan sudah saya sampaikan dan saya baru saja mendapat kabar dari Yamah kalau mereka baru saja selesai berlatih. Dan saat ini Deindra sedang membersihkan diri ia akan menyampaikan pesan tuan saat Deindra selesai membersihkan dirinya.] sambung Filix.

Albara hanya mempercepat langkah kakinya, dia sudah tidak sabar melihat ekspresi Deindra ketika bertemu kembali dengan pengawalnya.

"Aku pulang." ucap Albara sambil memasuki ruangan yang diikuti oleh Filix beserta Hugo dan Lovis.

"Hei, Albara kau sangat lama dan kenapa kau-

Perkataan Deindra seketika itu juga terhenti, wajahnya yang awalnya menandakan sedang marah menjadi sedih yang diikuti dengan Isak tangisan.

Dia benar-benar tidak menyangka kalau ia akan diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan salah satu pengawalnya dulu.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang