66. Kerajaan Mapsion II

455 37 1
                                    

Gusion sempat mendengar kalau Raja dan Ratu Elf memiliki ketampanan ataupun kecantikan yang sangat luar biasa. Walaupun Miya cantik tapi kecantikan Miya masih belum sebanding dengan ibunya.

"Oh, benar juga mari kita lanjutkan didalam istana. Tidak baik bukan untuk berbicara diluar begini?" Ucap Mira dengan sopan. Semua orang segera melangkahkan kaki mereka untuk memasuki gerbang istana.

Bagi Miya pemandangan ini sangat dirindukan olehnya, sudah setahun lamanya dirinya tak melihat semua pemandangan ini.

Kerinduan telah menghantuinya, semua tentang dirinya dan juga kampung halamannya tercetak jelas dihatinya.

Disetiap malamnya Miya selalu membayangkan segala sesuatu yang berada di kerajaannya untuk mengobati sedikit kerinduan yang mengarang dihatinya.

Kini perasaan tersebut dapat dia utarakan dengan senyuman penuh kerinduan.

Sedangkan untuk Gusion pemandangan tersebut sangat asing, namun ke asingan tersebut hanyalah kata belaka keindahan yang disajikan oleh alam benar-benar mempesona matanya.

Tanah para Elf sangat berkaitan dengan alam, begitu juga dengan kekuatan mereka. Mereka sejak lahir telah dianugerahi dengan kekuatan alam yang sangat murni, hal inilah yang membuat Ras Elf sangat kuat.

Dan inilah alasan utama dari Para Elf sangat sombong akan paras dan kekuatan yang mereka miliki.

"Berhenti!"

Suara lantang menghentikan puluhan langkah kaki seketika, penampakan seorang pria paruh baya yang sedikit lebih tua dari Leo ayahnya Miya tengah melayang diatas mereka.

Pria tersebut perlahan melayang menurun dengan kedua lengan dilipat di dada, wajahnya menampakan ekspresi garang.

Namun, wajahnya yang tengah garang tersebut tidak menutupi kulitnya yang masih kencang bahkan sulit untuk dikatakan pria tersebut tidak memiliki kerutan sama sekali.

Hanya jenggot yang berwarna putih tersebutlah yang menandakan kalau dia adalah pria tua.

"Ayah, apa yang sedang kau lakukan disini." Ucap Leo penasaran, pasalnya yang ia ketahui ayahnya tengah berkultivasi untuk kenaikan tingkatnya.

"Kakek!" Teriak Miya, sudah sangat lama gadis kecil tersebut tidak bertemu kakeknya. Kakek yang sangat dia sayangi, yang telah menemaninya selama lebih sembilan tahun.

"Aku merasakan hawa berbahaya dari kedua orang tersebut, siapa mereka?!" Tanya Kakeknya Miya. Nada bicaranya terdengar sangat tidak menyukai kelompok Gusion, terutama Filix dan Yamah.

"Kenapa kalian membiarkan anak manusia memasuki tanah kita?!" Ucap Kakek Miya melanjutkan, nadanya semakin terdengar membenci kelompok Gusion.

"Ayah, dengan penjelasan dari anakmu ini terlebih dahulu." Ucap Leo dan berharap kalau ayahnya akan mau menerima penjelasannya.

Leo memandang ayahnya dengan seksama, ayah Leo hanya berdiam tanpa melakukan apapun.

Ayah Leo menghela nafasnya pasrah, setidaknya dia harus mendengarkan penjelasan anaknya terlebih dahulu. Dia tak dapat bertindak sembarangan ketika berada didepan cucunya, dan mungkin saja hal tersebut ada hubungannya dengan kedatangan cucunya.

"Baiklah, apa itu?" Tanya Ayah Leo dengan melembutkan suaranya.

"Ayah tentu dapat melihat bahwa Miya cucu kesayangan ayah telah kembali, dan mereka tidak lain adalah penyelamat dari anakku dan juga cucumu, ayah."

"Mengenai hawa membunuh barusan, itu hanyalah ketidaksengajaan. Aku secara tidak langsung merendahkan tuan muda mereka, tanpa memeriksa keadaan terlebih dahulu. Maafkan kebodohan anakmu ini ayah." Ucap Leo, diakhir katanya jelas terdengar dengan makna yang begitu menyesali perbuatannya.

Leo menundukkan kepalanya, kesalahan kali ini murni diperbuat olehnya. Setelah kehilangan Putri semata wayangnya, setiap tindakan Leo semakin asal-asalan.

Hatinya tak bisa untuk berfikir positif atas kehilangan putrinya tersebut, rasa tidak tenang akan keamanan dan keselamatan putrinya terus menghantuinya selama setahun terakhir.

Berbagai usaha telah dia lakukan untuk mencari keberadaan putrinya, namun semua yang dia lakukan hanya akan menuntunnya kedalam jurang yang tak berujung.

Leo sendiri bahkan pernah mengutus beberapa Elf terkuat miliknya untuk mencari anaknya didalam daerah Ras Manusia ataupun beberapa ras lainnya, namun usaha tersebut juga sama hasilnya.

Hingga akhirnya Leo hanya bisa menanti akan kedatangan kembali putrinya, disetiap malamnya Leo tak luput mengirimkan doa agar putrinya selalu dalam lindungan Tuhannya.

Tak jauh berbeda dengan Leo, keadaan Mira jauh lebih buruk dalam setahun terakhir. Bahkan setelah mendengar kabar kehilangan putrinya, Mira jatuh sakit perasaannya seolah mati terhadap semua lara.

Sebelum beberapa bulan terakhir mereka mendapatkan sebuah kabar dari Lovis dan juga Hugo mengenai putrinya.

Kabar tersebut membuat mereka sangat senang, Leo dan Mira segera memerintahkan mereka untuk kembali namun sayangnya perintah tersebut terpaksa ditolak secara halus oleh Lovis dan juga Hugo karena beberapa alasan.

Lovis dan Hugo akhirnya hanya bisa memberi tahu kalau mereka harus mengikuti seseorang terlebih dahulu, mereka juga menambahkan kalau mereka tidak bisa bertindak sesuka hati mereka.

Dengan identitas Miya sebagai putri Ras Snow Elf, tentu saja mereka akan menjadi incaran dari berbagai kalangan.

Penjelasan singkat tersebut ternyata tak dapat ditolak oleh Leo dan Mira, mereka kembali harus menunggu kedatangan putri mereka yang hentah sampai kapan.

Namun, kabar tersebut malah dianggap mereka juga sebagai kabar buruk mereka menjadi sangat takut jikalau kedua penjaga dan putrinya akan dimanfaatkan oleh orang yang dimaksud tersebut.

Hal inilah yang merupakan alasan dibalik sikap Leo yang semakin tidak karuan, kini dihadapan Ayahnya Leo tengah menunduk malu sikapnya sudah menggambarkan kalau dia sudah tidak pantas menjabat sebagai raja dari Snow Elf, begitulah menurutnya.

"Begitukah?" Tanya Ayah Leo, wajah yang semulanya ditekuk kini terlihat normal seolah kejadian barusan tak pernah terjadi.

Leo mengangguk kecil, saat ini dia tidak memiliki wewenang untuk memutuskan apa yang akan terjadi selanjutnya. Jikalau memang ada, Leo merasa dia tak pantas untuk itu.

"Baguslah, kalau seperti itu. Karena sudah begini, bagaimana kalau aku melihat bagaimana kemampuan dari tuan muda disana."

"Apa kau mau menerima beberapa saran dari pria tua ini?" Tanya Ayah Leo, sambil memandang kearah Gusion.

"Tentu saja, aku tidak berani untuk menolak permintaan tersebut." Ucap Gusion dengan sopan sambil memberikan hormat kepada pria tua yang disebut sebagai Ayahnya Leo.

Ayah Leo, tersenyum mendengar jawaban yang keluar dari Gusion, menurutnya Gusion sangat menarik.
"Leo, segera siapkan tempat untuk kami berdua." Perintah Ayah Leo.

Walaupun senyuman terukir jelas diwajah pria tua tersebut, namun jauh didalam lubuk hatinya dia masih tidak dapat menerima begitu saja kelompok Gusion yang menurutnya memiliki ancaman tersendiri.

Setelah dia sendiri merasakan kepekatan dari aura membunuh yang dimiliki oleh kedua penjaga milik Gusion.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang