55. Kambing Hitam

450 30 1
                                    

Komandan tersebut segera memerintahkan seperempat pasukannya untuk memeriksa bagian gudang yang dimiliki oleh kepala desa dan juga rerumahan warga sesuai instruksi Lovis.

Komandan prajurit hanya menampilkan raut wajah yang tidak bersahabat yang diibaratkan siap menerkam kelompok Albara jika saja yang mereka katakan hanya membuang-buang waktu yang mereka miliki. Sedangkan diposisi kepala desa, walaupun terlihat biasa saja namun jantungnya tidak bisa dibohongi kalau dia tengah gugup akan rahasianya yang akan terbongkar.

Butuh beberapa menit untuk prajurit yang diutus memeriksa gudang kembali kekelompoknya dan butuh hampir setengah jam untuk prajurit yang diutus memeriksa rerumahan warga kembali kedalam kelompoknya.

"Tuan komandan, tuan komandan mohon dengarkan saya sebentar." Ucap Lucian

"Apa yang akan kau jelaskan? Harta dan senjata yang berlimpah ruah di dalam gudangmu?"

"Atau para warga yang makan mayat dari hewan buas karena tidak tersedianya pasokan makanan?"

Keadaan setelah komandan mengucapkan pernyataannya menjadi hening, tidak ada bantahan ataupun perlawanan dari Kepala Desa Lucian.

Kepalanya tertunduk kebawah, malu dan marah tengah dia rasakan disaat bersamaan.

Lucian menghembuskan nafas pasrah dengan panjang. "Sebenarnya aku tidak ingin memberitahukan ini, tetapi keadaan sudah berada jauh diluar kendali."

Semua orang menjadi bengong, mendengar pengakuan yang secara tiba-tiba terlontar dari mulut Lucian. "Semua ini sebenarnya bukanlah ideku, melainkan..."

Belum selesai Lucian menyelesaikan kata-katanya, seorang pria paruh baya dengan dandanan serta pakaian yang sangat bagus keluar dari dalam Mansion Lucian dengan pengawalan super ketat.

"Melainkan adalah idenya dia! Pria busuk yang hanya tau kesenangan serta wanita disetiap saatnya!" Sambung Lucian dengan nada yang teramat tinggi.

Sontak seluruh mata mengarah kepada pria yang baru saja keluar dengan diikuti oleh pengawalnya.

"Bukan sampai disitu saja, bahkan dia mengancam padaku akan membunuhku jika rencananya terbongkar oleh publik."

"Dia tidak hanya mengancam akan membunuh diriku, tetapi juga akan membunuh seluruh keluargaku!"

"Aku yang hari itu tidak berdaya, hanya mampu mengiyakan kata-katanya dengan terpaksa aku melakukan perbuatan keji ini! Semua ini karena dia! Dialah dalan dibalik semua rencana busuk ini!"

Jelas komandan prajurit terlihat sangat marah, apalagi setelah mendengar kalau ada yang berani mengancam serta membunuh seseorang jika tidak mengikuti rencananya.

"Kau adalah duri didalam kerajaan, kau pantasnya dihukum mati didepan umum!"

"Tangkap dia, dan seret ke alun-alun desa!" Perintah kepala komandan pimpinan.

"Tunggu sebentar komandan, apa kau ingin main tangkap langsung? Tanpa ada proses penyelidikan terlebih dahulu?" Ucap Lovis

"Cobalah kau lihat kondisi tubuh pria tersebut. Kondisinya sangat berbanding terbalik terhadap pakaian yang dia kenakan."

Komandan tersebut segera mengalihkan pandangannya kepada pria tersebut, dia mulai meneliti seluruh kondisi pria tersebut dengan sangat teliti.

"Benar, komandan apa iya seorang dengan pakaian mewah akan memiliki kondisi tubuh yang sangat buruk?" Hugo menambahkan.

"Bukankah dia adalah kepala desa yang lama?" Ungkapan dari salah seorang prajurit yang terlihat sedikit tua memecahkan keheningan.

"Apa maksudmu?" Tanya komandan, dia tidak mengerti dengan keadaan yang sedang terjadi.

"Maafkan saya komandan jika perkataan saya nanti akan menyinggung komandan."

"Menurut saya komandan sangat wajar tidak mengetahuinya, tetapi saya yang sudah berpijak sangat lama dalam tugas mengirimkan suplai makanan maupun kebutuhan militer disetiap desa. Membuat saya sangat hapal dengan tata letak maupun tokoh terkenal disetiap daerah."

"Dan untuk pria disana saya sangat yakin kalau dia adalah orang yang menjabat sebagai kepala desa sebelumnya. Menurut kabarnya dia meninggal karena berkorban dalam melindungi kelompoknya saat berhadapan dengan bandit."

"Kabar tersebut datang dengan bersamaan dengan berita pengangkatan kepala desa baru, orang yang membawa berita tersebut adalah dia kepala desa yang sekarang. Begitulah kabar yang saya terima tuan." Jelas salah satu prajurit dalam kelompok tersebut.

Keadaan semakin rumit setelah mendengar pengakuan dari prajurit tersebut, lantas bagaimana bisa seorang yang telah dikabarkan meninggal malah hadir dalam kondisi yang sangat mengenaskan.

Badan yang lesuh, hanya tinggal tulang dengan kantung mata yang menggelap tercetak jelas dibawah pelipis matanya.

"Hei belatung! Apa maksudmu, apa kau mengira aku melakukan trik kotor agar bisa menjadi kepala desa ha?!" Teriak Lucian.

"Diam! Apa kau sudah puas mengomel ha!" Komandan yang semula diam menjadi naik pitam melihat tingkah laku Lucian.

"Sudahlah akui saja perbuatanmu, semua bukti mengarah kepadamu." Ucap salah satu prajurit yang berada tepat dibelakang Lucian.

Prajurit tersebut kemudian melepas topengnya, menampakan wajah seorang pemuda yang lumayan tampan. Pemuda tersebut ialah Filix yang sedang menyamar.

"Tunggu, apa maksudnya ini!" Lucian tidak mengerti dengan ucapan yang terlontar dari salah satu prajuritnya.

Yang membuatnya menjadi sangat terkejut adalah kalau dia bukanlah bawahannya melainkan seseorang yang sedang menyamar.

"Siapa kau sebenarnya? Dan apa yang kau lakukan terhadap bawahanku?!" Lanjutnya Lucian.

"Hoho, tenanglah pak kepala desa. Bawahan mu tengah berada ditempat yang aman. Mengenai dia, dia adalah salah satu orang kami." Jelas Lovis.

Kepala desa beserta Imp dan bawahannya, terkejut bukan main apalagi Imp dialah yang merasa paling kuat didalam kelompok tersebut malah tidak bisa merasakan perbedaan dari salah satu bawahannya.

"Oh, iya komandan. Apakah kau tidak mencurigai bagaimana bisa seorang kepala desa dari desa kecil mampu memiliki seorang ahli seperti dia?" Tanya Hugo sambil menunjuk kearah Imp yang tengah terkejut.

"Tentu saja dia memakai semua peralatan dan juga uang yang dikirim oleh kerajaan untuk menyewa mereka." Sambung Hugo.

Komandan yang tengah malu terhadap sikapnya yang terburu-buru, dia hampir saja menangkap dan memenjarakan seseorang yang tidak bersalah. Dia segera memerintahkan beberapa prajurit untuk menangkap kepala desa beserta para pengikutnya. Sedangkan kepala desa sebelumnya diamankan agar segera pulih dari cidera ataupun trauma yang dia alami selama ini.

Tidak ada celah untuk para pengikutnya kabur selama masih ada kelompoknya Albara disini.

"Emm, terimakasih atas bantuan kalian. Aku tidak menyangka kalau dia akan melakukan hal keji ini terhadap rakyat dan rekannya."

"Sama-sama komandan, sudah menjadi kewajiban kami untuk menolong sesama yang membutuhkan." Jelas Lovis.

"Kalau boleh tau, kemana tujuan tuan-tuan sekalian?" Ucap komandan dengan tersenyum kepada Lovis, Hugo dan juga Filix.

"Kami hanya ingin ke Utara, ada yang menunggu kami disana." Ucap Hugo.

"Baiklah kalau seperti itu, terimakasih atas bantuan tuan sekalian. Kami semua berhutang budi kepada tuan semua, mampirlah kemari jika tuan sekalian memiliki waktu." Ucap komandan pamitan.

Semua anggota kelompok Albara juga melakukan hal yang sama terhadap kelompok prajurit kerajaan. Mereka segera pergi dari sana untuk menemui Yamah dan Deindra yang tengah berlatih.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang