52. Serangan

496 32 1
                                    

"Saya ingin melapor kalau ada sekelompok besar dari hewan buas sedang bergerak kemari. Mungkin akan tiba dalam beberapa menit lagi, tuan."

"Sudah kuduga, kalian bertiga segera laporkan berita ini kepada Deindra, Hugo dan juga Lovis. Perintahkan mereka untuk segera menemuiku." Jelas Albara.

Albara bangun dari atas tempat tidurnya, dia segera mengganti pakaian yang sebelumnya dia kenakan.

'Sepertinya kami akan sedikit lebih lama berada disini.' ucap Albara pelan, dia sedikit gelisah dengan keadaannya sekarang yang terus menerus diberi misi yang kemungkinan besar merupakan misi berantai.

"Albara!" Teriak Deindra seraya membuka pintu kamar yang tengah Albara tempati. "Apa benar yang dikatakan oleh prajurit mu?" Sambungnya.

Raut wajah dari Deindra sedikit pucat, begitu juga dengan dua pengawalnya. "Tenanglah sedikit, kita memang akan diserang sekumpulan hewan buas tapi yang menyerang hanyalah hewan buas tingkat satu hingga tingkat tiga."

"Kita berenam masih sangat bisa mengatasinya." Sambung Albara.

"Maksud mu apa berenam? Apakah paman Yamah dan Filix akan ikut dengan kita?" Tanya Deindra. "Tidak mereka tidak akan ikut berperang kali ini." Ucap Albara santai. Wajah Deindra beserta dua pengawalnya berubah menjadi bingung, kening mereka terlihat sedikit berkerut memikirkan siapa yang dimaksud Albara.

"Tentu saja, Asuka dan Olaf. Ini merupakan kesempatan yang langka untuk mereka maupun kamu, dengan begini kalian berdua bisa meningkatkan kerja sama maupun gaya bertarung kalian." Jelas Albara kepada Deindra, wajah Deindra berubah ceria ketika dia paham dengan maksud perkataan Albara.

Perasaan semangat menjadi menggebu-gebu di hati Deindra seolah dia sangat mencintai perang. "Bersiaplah, paman Hugo pergilah bersama Deindra kearah Barat desa, untuk paman Lovis kearah Timur biarkan aku mengurus keadaan di selatan desa, untuk bagian Utara kita serahkan saja pada penjaga disana." Jelas Albara mengenai rencananya.

Mereka segera bergerak setiap sisi desa yang merupakan bagian dari tugas mereka, disisi Barat Deindra tengah duduk dengan anggunnya diatas kuda berwarna putih miliknya yang tidak lain adalah Olaf. "Ayo Olaf kita berantas semua hewan buas itu!"

"Heighhhh

"Paman aku akan mengambil sisi sebelah kiri, sebelah kanan akan aku serahkan kepada paman." Perintah Deindra, raut wajahnya tidak henti-hentinya menunjukan kalau dia sedang semangat.

"Clone Techniques!" Dua buah bayangan yang menyerupai Albara tercipta seketika asap putih yang keluar begitu saja menghilang dari pandangan.

Albara kini tengah membagi tubuhnya, untuk mengatasi sisi Utara dan Selatan desa. Dia berencana ingin berperang dengan Asuka dan Agra kali ini, selain ingin memberi Asuka makan Albara juga ingin meningkatkan level dari Agra.

Disisi Utara desa, bocah kecil dengan burung besarnya sudah siap untuk menghadang serangan hewan buas kali ini. " Yosh."

"Kali ini kau akan makan dengan puas Asuka!"

"Kieeek

Sedangkan disisi Selatan desa, bocah kecil yang sama tengah menunggangi seekor macan dengan gagahnya. Albara dan Agra sudah siap diposisinya.

Lolongan dari berbagai hewan, mulai jelas terdengar. Begitu juga dengan suara langkah kaki mereka yang mampu menggetarkan tanah.

Satu per satu hewan buas mulai bermunculan hingga tak terhingga, seluruh daerah didepan benteng desa sudah dipenuhi oleh berbagai jenis hewan buas.

Dengan Agra Albara mulai menghabisi semua hewan buas yang menyerang bagian Selatan desa, dengan lihainya dia mengayunkan pedangnya seolah sedang menari. "Tarian Ikan Koi!"

Satu tebasan untuk satu nyawa, tidak ada hewan buas yang bisa menahan lebih dari dua tebasan pedang Albara.

Begitu juga di bagian Utara desa, sebuah burung besar sedang mengamuk ditengah kerumunan hewan buas. Petir menyambar disekitar tubuhnya namun tidak ada yang mengenai dirinya maupun menggores bulunya.

Tidak ada hewan buas yang bisa terlepas dari cengkraman kakinya, sedangkan pemiliknya masih terus mengayunkan pedang dengan mudahnya sambil sesekali melihat kearah benteng desa.

Berharap mereka bisa mengatasi hewan buas yang mengarah ke mereka. Keadaan disisi Barat maupun disisi Timur tidak jauh berbeda, Deindra masih menunggangi Olaf sambil terus memanah dengan sesekali mengeluarkan sihir miliknya.

Walaupun sedikit kesulitan ketika menghadapi hewan buas tingkat dua maupun tingkat tiga, dengan adanya Hugo disana tidak ada yang berarti dari keberadaan mereka.

Begitu juga dengan Lovis, tidak ada sedikitpun terlihat letih diwajahnya yang manis. Dia masih saja terus menghunuskan pedang panjangnya kepada kumpulan hewan buas yang menyerangnya.

Berbeda dengan pertempuran sebelumnya, Desa Luci terbilang sunyi dalam pertempuran kali ini. Semua penjaga desa dan warganya hanya bersiap didepan pintu masuk desa dengan menggenggam erat senjata mereka sambil terus menatap penolong mereka.

Hanya dalam beberapa jam serangan hewan buas sudah dapat diatasi oleh kelompok Albara walaupun dengan nafas yang terenggah-enggah bagi Deindra.

Banyak bangkai hewan buas tertimbun dimana-mana, tapi berbeda dengan bagian sisi Utara desa yang terlihat sedikit rapi dengan sedikitnya bangkai hewan buas yang rata-rata telah dimakan habis oleh Asuka.

Bayangan dari tubuh Albara dan Agra telah menghilang usai pertempuran, aura yang dipancarkan oleh Agra sedikit berbeda dengan sebelumnya Agra yang sekarang jauh terlihat lebih kuat dari sebelumnya begitu juga dengan Asuka.

Semua penduduk desa sedang ramai membicarakan kelompok Albara atas perbuatan mereka, tanpa sedikitpun mereka ketahui.

"Bagaimana? Apakah semuanya aman?" Tanya Albara kepada Deindra dan dua pengawalnya yang baru saja sampai di penginapan.

"Disisi Timur aman tuan muda, warga sekitar hanya terkena luka-luka ringan atas pertempuran kali ini." Ucap Lovis.

"Begitu juga disisi Barat desa, tidak ada yang terluka parah ataupun meninggal dari pertempuran tadi." Ucap Hugo.

"Benar, aku sama Olaf sangat letih sekali tetapi kami sangat beruntung karna kerjasama kami semakin baik setelah pertempuran tadi."

"Kami bahkan sempat mendapatkan formasi serangan kami berdua." Jelas Deindra.

Albara tersenyum puas dengan ungkapan Deindra, setidaknya jika dia sudah tidak bersamanya lagi dia bisa melindungi dirinya ataupun orang yang disayanginya. Albara hanya menyuruh Deindra untuk segera mandi ataupun beristirahat dikamarnya, sebelum jam makan malam tiba.

Sedangkan Hugo dan Lovis masih duduk diam didalam kamar Albara. "Apa! Ini tidak bisa dibiarkan." Ucap Hugo sangat marah setelah mendengar penjelasan dari Albara.

"Benar, kita harus segera bertindak cepat tuan muda. Jadi langkah seperti apa yang akan tuan muda ambil?" Ucap Lovis yang diikuti wajah tanda tanya untuk Hugo.

"Dari yang kita ketahui, kalau kepala desa disini sudah melakukan korupsi atas dana yang kerajaan kirim untuk desa ini. Di rumah kepala desa juga tersebar banyak penjaga disana."

"Kelompokku mencurigai kalau mereka merupakan prajurit bayaran yang disewa oleh kepala desa. Ranah kultivasi mereka juga tidak terlalu berbahaya, selain pria tua yang sudah mencapai Grandmaster Tiga Menengah yang kami curigai sebagai ketua kelompok disana."

"Sayangnya kami tidak menemukan informasi seberapa kuat ketua dari kelompok tersebut, selain serangga beracun." Jelas Albara.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang