56. Menuju Hutan Arbenia

467 29 1
                                    

Albara dengan Hugo beserta Lovis bergerak dengan sangat cepat kearah penginapan. Tugas mereka disini telah usai, saatnya mereka melanjutkan tugas berikutnya untuk mengantar Deindra alis Putri Miya Lawnscara.

Bunyi desingan senjata tajam terdengar jelas disekitar halaman belakang penginapan, sepertinya Deindra masih berlatih dengan Yamah.

Swuss

"Baru pulang?" ucap Deindra ketika matanya melihat Albara baru saja datang.

"Iya tugas kita sudah selesai, sebaiknya besok ketika mentari mau terbit kita segera bergegas keluar dari desa ini." ucap Albara.

Deindra dan Yamah hanya mengangguk mengerti, mereka berdua segera menghentikan kegiatan mereka untuk istirahat.

Besok akan menjadi perjalanan yang sangat panjang untuk mereka semua. Perjalanan menuju pemukiman para elf, bahkan ada mitos jikalau berhasil menemukan dan bermukim untuk sementara waktu disana akan membawa keuntungan untuk diri kita sendiri.

Senja mulai beralih perlahan, bintang-bintang tidak melihatkan wujud mereka malam ini. Hanya ada awan hitam dengan angin dingin yang menghiasi suasana malam. Mungkin hujan akan segera turun.

Malam ini seperti biasanya mereka makan bersama dengan lauk pauk daging hewan buas, hanya saja malam ini daging yang dimasak ialah daging rusa tanduk lipat yang dibakar dengan di olesi saus pedas manis dengan lalapan sambal matha membuat mulut panas bergelora.

•••

Tik Tik Tik

Langit masih dihiasi dengan air hujan yang masih turun walau hanya sekedar rintikan, seluruh bagian belahan dunia dibasahi dengan air hujan yang turun.

Hujan yang berlangsung hampir satu malam penuh, membuat suasana pagi mendung menjadi sangat dingin.

"Apa sudah siap semua?" Albara berucap kepada Deindra, mereka akan tetap melanjutkan perjalanan walaupun langit masih merintikan tetesan air hujan.

"Sudah, ayo kita pergi. Aku dan Olaf sudah tidak sabar ingin segera meninggalkan desa ini."

Semuanya segera menaiki kuda mereka yang telah disediakan oleh Albara, Hugo dan Lovis menaiki kuda hitam yang sangat gagah setelah diekstrak menjadi pasukan mayat atau pasukan bayangan.

Sedangkan Deindra tetap bersikeras hanya ingin menunggangi kudanya putih kesayangannya, Olaf.

"Kami pergi, terimakasih atas tempat dan makanan yang telah anda sediakan pak." ucap Albara.

"Dada tuan penginapan, masakannya enak." Deindra memuji.

"Benar, kami pergi dulu selamat tinggal paman. Terimakasih atas semuanya kami juga sudah menyediakan hadiah didalam kamar untuk paman dan keluarga." Lovis kini menjelaskan.

"Aku juga sangat suka dengan masakannya, terimakasih paman." Hugo.

"Iya sama-sama, aku juga sangat senang dengan kedatangan kalian. Kami semua malah sangat berterimakasih atas bantuan yang kalian berikan. Makan dengan teratur jangan sampai kalian jatuh sakit, selamat jalan pahlawan desa." ucap pria yang punya penginapan.

Selama beberapa hari mereka tinggal disini, keadaan membuat mereka menjadi sangat akrab dengan yang punya penginapan. Hal ini juga yang membuat penyelidikan atas kecurangan kepala desa menjadi sangat lancar.

Kelompok Albara segera memacu kuda mereka keluar desa, tepukan, sambutan dan juga ucapan terimakasih tak lepas terucap dari setiap warga yang mereka lewati. Senyuman dari warga bermekaran bak bunga yang indah.

Jasa dari kelompok Albara tidak akan mungkin untuk mereka lupakan. Bahkan komandan dan prajurit kerajaan juga melakukan hal yang sama kepada kelompok Albara. Sangat banyak bekal yang mereka terima untuk perjalanan kali ini.

Selama perjalanan menuju hutan ataupun biasanya disebut pegunungan Arbenia sangat aman, hanya ada sekelompok kecil monster-monster dengan tingkat rendah yang menghadang mereka.

Selama perjalanan Albara juga mendengarkan cerita mengenai Hutan Arbenia oleh Deindra dan juga Hugo Lovis.

Mereka menyebutkan, kalau hutan ataupun pegunungan yang akan mereka tuju terkenal akan sangat berbahaya, dan juga sangat angker.

Di hutan tersebut juga dikenal dengan sebutan Tiga Penguasa. Yakni Laba-Laba Bertanduk Ganda, Singa Bayangan Kepala Tiga, dan juga Elang Mata Satu Berbulu Perak. Ketiga monster tersebut berada ditingkatan yang sama yakni tingkat sembilan.

Bukan hanya ketiga monster tersebut, tetapi di Hutan Arbenia juga dikenal ditinggali oleh beberapa ras, diantaranya Snow Elf, Dark Elf, Orc dan juga Dwarf.

Hutan yang sangat luas dengan ukuran hampir seperempat dunia, gelap dan berbahaya sangat sesuai dengan habitat keempat suku tersebut.

Membuat satupun dari Ras Manusia tidak ada yang berani menginjakkan kaki disana.

"Kalau seperti itu, apakah kehadiran aku disana bisa diterima dengan baik oleh suku kalian?" ucap Albara yang tengah duduk seraya menyantap daging yang baru saja dipanggang diatas perapian.

Saat ini kelompok Albara tepat berada dipinggiran luar hutan, mereka sedang beristirahat dengan membahas tempat yang akan mereka tuju saat ini.

"Untuk itu, aku juga tidak yakin. Tetapi berbeda jika tuan putri sendirilah yang berbicara." ucap Hugo sambil mengunyah makanannya.

"Kau dengar itu Al? Kau harusnya beruntung karena ada tuan putri ini disini." ucap Deindra dengan membusungkan dada.

"Tapi apa kalian yakin kalau mereka akan percaya tuan putri diselamatkan oleh anak kecil yang bahkan seumuran dengan tuan putri sendiri?" ucap Lovis mencoba mencari titik aman.

"Benar, tapikan Albara ada Paman Yamah dan Paman Filix disisinya." ucap Deindra yang diikuti anggukan dari Hugo dan Lovis mereka tidak perlu lagi untuk pusing jikalau ditanya oleh raja mereka.

Semuanya kembali menikmati makanan mereka dengan tenang sambil berbincang kecil, sebelum sesuatu dari semak belukar mengejutkan mereka.

Sreek Sreeek

Kedamaian yang sedang mereka rasakan seketika terusik oleh sesuatu dibalik semak, semua anggota kelompok Albara memasang posisi bersiap untuk menyerang.

"Siapa?!" teriak Hugo sebagai perwakilan.

"Ma-maaf, jangan apa-apakan aku. Aku datang kemari hanya karena menyium wangi makanan." ucap seorang gadis kecil yang keluar dari balik semak, tubuhnya gemetaran takut terjadi sesuatu pada dirinya.

"Maafkan aku jika menggangu waktu tuan-tuan semua yang sedang menikmati jamuan makan kalian, tapi bolehkah aku sedikit meminta makanan kalian? Aku belum sempat makan apapun sejak aku terpisah dari kelompokku." ucap gadis kecil tersebut dengan panjang lebar.

Jika diperhatikan, gadis kecil tersebut mungkin seumuran dengan Albara ataupun Deindra. Kulitnya kencang dan mulus menandakan dia berasal dari keluarga maupun kelompok yang sangat berada.

Lovis memandang kearah Albara sejenak, sebelum Albara mengangguk pelan tanda setuju.

"Kemarilah, kami tidak terganggu dengan kedatangan mu gadis kecil. Duduklah disini sambil menunggu kelompok datang menjemput, sambil menunggu bermainlah dengan tuan muda dan nona muda kami.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang