51. Desa Luci

515 34 1
                                    

"Hei, Deindra kau tidak mau menggunakan HBR? Olaf terlalu mencuri perhatian." Ucap Albara letih, pasalnya dia sudah memperingati berkali-kali agar kelompok mereka tidak terlalu mencolok karena Kuda Langit.

"Santai saja Albara, kita masih punya paman Yamah dan paman Filix, apa yang mau ditakutkan?" Ucapnya.

Albara sudah jengah dengan perkataan dari Deindra begitu juga dengan Deindra, dia juga sudah berjanji akan memasukan Olaf kedalam HBR jika berada di kota.

Sudah tiga bulan lebih semenjak insiden di kerajaan Gressia, kelompok Albara tengah bergerak ke Utara menuju Pegunungan Arbenia tempat tinggal Putri Miya Lachkara, alias Deindra.

Keributan yang terjadi didalam kelompok Albara seketika terhentikan oleh pemandangan desa yang sunyi, raut wajah mereka menjadi penasaran apakah mereka sudah tersasar?

Namun sebuah papan nama besar terukir jelas di atas gerbang Desa Luci, yang merupakan tujuan mereka.

Seingat mereka, tujuan dari perjalanan mereka kali ini untuk beristirahat di salah satu desa yang lumayan ramai didekat sini. Namun, pemandangan mereka sekarang berbeda sekali dengan informasi yang mereka dapatkan.

Bisa dibilang mereka adalah satu-satunya kelompok yang tengah mengantri untuk masuk kedalam desa tersebut.

Pakaian yang digunakan oleh penjaga desa bahkan terlihat lusuh, dengan senjata mereka yang menunggu hari untuk hancur.

Keadaan didalam desa tidak berbeda jauh dengan keadaan kedua penjaga gerbang, baru saja memasuki desa mata Albara dan lainnya ditujukan kepada beberapa bangunan yang mulai bobrok.

Bahkan ada beberapa rumah dan jalan yang masih memiliki bekas serangan yang belum ataupun tidak hilang setelah pembersihan.

"Sepertinya penyerangan hewan buas." Ucap Lovis melontarkan pendapatnya.

"Aku juga berpikir begitu, tetapi masalahnya kenapa keadaanya sangat kacau?" Lanjut Hugo.

Note* Penyerangan hewan buas merupakan penyerangan yang disebabkan oleh sekelompok hewan buas terhadap desa ataupun kota yang berdekatan dengan daerah mereka. Beberapa kejadian biasanya terjadi saat musim panen, ataupun diakhir tahun yang menyebabkan penyerangan hewan buas menjadi bencana tahunan bagi daerah yang diserang. Masa waktunya biasanya satu sampai tiga bulan lamanya dalam waktu normal.

"Mari ke penginapan dulu, aku memiliki firasat yang tidak enak saat ini." Ucap Albara.

Mereka segera beranjak pergi mencari penginapan, berbagai daerah mereka lalui seraya mencari penginapan. Albara sedikit hafal dengan tata letak desa, serta jalan yang harus diambil untuk melarikan diri jika terjadi hal mendesak.

Keadaan didalam penginapan sedikit lusuh, banyak barang yang harus segera diganti. Namun, sepertinya ekonomi disini sangat buruk bahkan pelanggan yang datang disini bisa dibilang sangat sepi selain kelompok Albara.

"Permisi tuan-tuan, ada yang bisa saya bantu?" Suara pria paruh baya pemilik penginapan melepaskan Albara dari lamunannya.

Penampilan dari pemilik penginapan terlihat sangat biasa saja, bahkan sedikit lusuh dari pemilik penginapan biasanya. Tubuh dari pria tersebut nampak sedikit kurus seperti kurang gizi.

"Pesan empat kamar untuk satu Minggu, beserta makanannya." Ucap Hugo mewakili kelompok mereka, hal ini sudah menjadi kebiasaan mereka kalau mereka memesan empat kamar disetiap penginapan yang mereka singgahi.

"Jadi apa yang kau lihat Agra?" Ucap Albara kepada sosok hitam yang sedang dalam posisi jongkok dengan salah satu kaki ditekuk, sosok tersebut adalah Agra.

"Dari pengamatanku, hampir seluruh daerah yang berada dipinggiran semua memiliki bekas pertempuran, berupa cakaran ataupun goresan."

"Anehnya keadaan dipusat desa malah terlihat baik-baik saja, begitu juga dengan keadaan penjaga disana."  Sambung Agra.

Tiding!

"Misi Tingkat C terdeteksi! Ungkap keadaan yang sebenarnya dialami Desa Luci!"

Hadiah : 750.000 XP, 750 BP, 75 PP
Hukuman : Hubungan dengan Desa Luci menjadi memburuk, begitu juga dengan hubungan disetiap desa kecil.
Waktu : 48 Jam 59 Menit 58 Detik

'Misi? Apakah memang ada yang tidak sesuai dengan desa ini?' bisik Albara, dia sangat yakin dengan firasatnya perihalnya sistem juga memberikan tanggapan yang sama.

"Raka, Riki dan Rekt keluarlah." Perintah Albara. "Kami siap menerima perintah tuan." Ucap mereka bertiga hampir bersamaan, dengan posisi jongkok dengan salah satu kaki ditekuk.

"Kalian bertiga segeralah berpencar amati seluruh keadaan desa termasuk setiap tempat tinggal warga jangan lewatkan satupun kejadian."

"Termasuk tempat tinggal kepala desa, selidiki dengan teliti, berhati-hatilah dan segera laporkan kepadaku jika kalian mendapatkan sesuatu yang aneh selama menjalankan tugas." Ucap Albara, ketiga sosok tersebut segera menghilang sesudah memberi hormat dan izin kepada Albara.

"Kalian bubarlah dulu, aku akan berkultivasi sebentar."

Albara segera mengambil sikap rilex kedua kakinya ia lipat segera dia memfokuskan pikirannya agar jernih. Belakangan ini basis kultivasi miliknya mengalami kemunduran yang signifikan sudah beberapa bulan dia mencoba untuk menembus ke ranah selanjutnya, namun selalu saja gagal seperti ada sebuah dinding yang sangat besar menghalanginya.

Jika saja ini mengenai monster ataupun skil mungkin dia bisa bertanya kepada sistem mengenai masalah yang dia hadapi sekarang, namun yang dia hadapi saat ini adalah masalah kultivasi yang mana harus diselesaikan oleh kultivator itu sendiri.

Dalam beberapa keadaan mungkin seorang kultivator bisa menerima bantuan dari luar, tetapi tidak bisa terus menerus mendapatkan bantuan. Kondisi dimana seorang kultivator yang berhasil memecahkan masalahnya dan naik keranah berikutnya berbeda dengan seorang kultivator yang dimana kenaikannya dibantu oleh pihak luar.

"Huhh..." Albara menghela nafasnya panjang, lagi-lagi dia tidak berhasil naik tingkat. Sudah berapa banyak percobaan yang dia sayangnya tidak ada satupun percobaan yang berhasil dari sekian banyaknya.

Tanaman herbal dan pil penguat energi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya yang dimakan oleh Albara, selain mendapatkan penguatan fisik maupun pelebaran kolam mana tidak terjadi efek apapun terhadap kultivasinya.

"Tuan!"

Suara Agra dan Riki yang hampir bersamaan berhasil mengejutkan Albara yang masih berada didalam lamunannya.

Kini empat buah sosok hitam misterius sedang menghadap kepada Albara. Tetapi bukan hanya suara dari Agra dan Riki yang berhasil mengejutkan Albara tetapi sebuah pemberitahuan dari sistem juga berhasil mengejutkannya.

"Misi terdeteksi lindungi Desa Luci dari serangan!"

Hadiah : 500.000 XP, 500 BP dan 50 PP
Hukuman : Menjadi musuh dari semua desa, bahkan hubungan dengan beberapa kota juga ikut memburuk.

"Sepertinya waktu kita tidak banyak, Riki apa yang ingin kau sampaikan kepadaku?" Ucap Albara.

"Saya ingin melapor mengenai pemantauan kami terhadap Desa Luci, tuan."

Albara mengangguk pelan, kalau saja sekarang tidak berada dikondisi yang menegangkan mungkin Albara sudah tersenyum bahagia dengan informasi yang didapatkan prajuritnya.

"Bagaimana denganmu Agra?"

"Saya ingin melapor kalau ada sekelompok besar dari hewan buas sedang bergerak kemari. Mungkin akan tiba dalam beberapa menit lagi, tuan."

"Sudah kuduga, kalian bertiga segera laporkan berita ini kepada Deindra, Hugo dan juga Lovis. Perintahkan mereka untuk segera menemuiku." Jelas Albara.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang