37. Tetua

741 50 0
                                    

"Akhirnya kita sampai..." ucap Deindra sambil mengedarkan pandangan kearah seluruh bagian ibukota Gress.

"Harus ingat ya dengan janjinya." ucap Albara sambil memandang Deindra lalu mengedarkan pandangannya kearah sudut kota yang lain.

"Lyan, tolong carikan penginapan dan pesan sebuah kamar VIP selama sebelas malam." ucap Albara kembali sambil memberikan sekantung emas kepada Lyan.

"Oh, kalau kau mau berbelanja silahkan dan Petra tolong kawal Deindra bersama Becka Becky." sambung Albara.

"Wah, kau sangat baik Albara. Karna kau yang menyuruh aku akan berbelanja sepuasnya kali ini." ucap Deindra dengan sedikit menggoda Albara lalu dia beranjak pergi bersama Becka Becky dan disusul oleh Petra.

Ketika rombongan Deindra sudah pergi jauh hingga tidak terlihat bayangan tubuhnya barulah Albara memulai pembicaraan pribadi antara ia dengan pasukannya.

Dimulai dari Agra yang Albara perintahkan untuk mencari dimana tempat pastinya pegunungan beast, lalu diikuti dengan Lyan yang Albara perintahkan untuk memberitahukan pada Petra ketika sudah mendapatkan penginapan yang sesuai.

Albara mulai melangkahkan kaki, sambil melihat kesudut ibukota, ramai penduduk yang sedang berlalu lalang maupun berbelanja. Suasana ramai namun damai, diiringi dengan kicauan burung-burung kecil membuat hati saya tentram.

Sudah sangat lama Albara tidak merasakan ketenangan seperti ini, walaupun sesaat namun Albara sangat merindukan suasana tenang seperti dikehidupan pertamanya.

Semenjak Albara dipindahkan kedunia ini, ia selalu memikirkan berbagai cara agar dirinya menjadi yang terkuat dan paling berkuasa disini.

[Tuan, aku sudah menemukan dimana tempat pegunungan beast yang tuan cari.] ucap Agra kepada Albara, Albara menghela nafas sebelum ia mulai malangkahkan kaki kearah lokasi yang sudah diberitahu Agra.

"Jadi ini pegunungan beast? Aku jadi penasaran ada rahasia apa yang dimiliki kerajaan ini." ucap Albara sambil menelusuri kearah dalam pegunungan.

Semenjak masuk kedalam pegunungan beast, belum ada satupun beast yang Albara lihat. Walaupun Albara dapat merasakan kehadiran para beast namun matanya belum kunjung menangkap satu beast pun.

[Tuan, aku menemukan ada satu orang pria tua yang sedang bergerak dengan cepat kearah sini.] ucap Agra kepada Albara, membuat hatinya semakin penasaran.

Apa yang membuat pria itu bergerak kearahnya dengan cepat kesini, apa ada yang mengejarnya tapi Agra tidak ada memberitahukan bahwa ada yang mengikutinya.

[Biarkan saja, aku mau melihat apa tujuannya kemari dan lebih baik saya menunggunya disini.] batin Albara.

"Kita lihat apa tujuannya kemari, dan jangan kendorkan penjagaan kalian kalau dia ingin merancanakan sesuatu kepada kita." ucap Albara kepada seluruh pasukannya.

"Baik tuan."

"Siapa kalian?" ucap pria tua kepadaku, keriputan terlihat jelas diwajahnya umurnya terlihat seperti 50 tahunan. Namun, dalam dunia kultivasi umur bisa disembunyikan dengan mana dengan begitu seorang pendekar yang berumur 100 akan terlihat seperti umur 70 tahunan.

"Seharusnya junior yang bertanya seperti itu kepada senior. Apa tujuan senior kemari?" ucap Albara sambil melihat kearah pria tua itu.

"Sepertinya kalian orang luar, hingga tidak tau siapa diriku." ucap pria tua.

"Aku adalah tetua yang menjaga pegunungan ini, Aku adalah Lock Van Der." ucap Lock memperkenalkan dirinya. "Pergi kalian dari sini." sambung Lock sambil mengeluarkan auranya dengan tujuan ingin menekanku.

Namun sayang, aura dari Lock bahkan tidak mampu membuat Albara bergeming, karena dibanding aura Lock Battle Aura milikku dan Aura Membunuhku jauh lebih kuat dari milik Lock.

"Hanya di tingkat Epik V bahkan kau berani mengancam tuanku!" ucap Barok dengan amarah yang menggelegar melihat ancaman untuk tuannya.

"Kau sudah bosan hidup, kemarilah akan aku cabut nyawamu hari ini!" ucap Yamah dengan mengeluarkan Aura Membunuhnya yang sangat pekat, bagaimanapun juga Yamah merupakan salah satu jendral iblis tentu saja memiliki aura Membunuh yang pekat.

Disisi lain Lock nampak tertekan dengan aura dari Yamah, seteguk darah keluar dari mulutnya kesadaran miliknya mulai terombang-ambing.

"Tahan dia hanya berada di Epik V, biarkan aku melawannya sendiri." ucap Albara kepada Yamah agar ia segera menghentikan aura membunuhnya.

Dengan status miliknya bahkan pendekar di Tingkat Legend pun dia berani melawannya, tingkat kultivasi bukanlah halangan.

"Ugh, Kau cukup berani bocah." ucap Lock kepada Albara, keadaanya cukup buruk dengan batuk berdarah yang keluar dari mulutnya.

[Pasukan yang berada disisinya benar-benar diluar nalar, bahkan dengan satu jarinya pun aku bisa mati. Namun, bocah itu dia sangat menarik.] batin Lock.

"Bagaimana aku bisa yakin bahwa pasukan yang berada dibelakangmu tidak ikut campur dalam pertarungan kita?" ucap Lock mencoba memastikan keadaan.

"Aku akan pastikan itu." ucap Albara dengan bersiap memasang kuda-kuda ingin menyerang.

[Dasar anak kecil, bahkan dia tidak betapa tingginya langit yang sedang ia lawan.] batin Lock, sambil memandang rendah Albara.

Lock mulai bergerak maju dengan kecepatan penuhnya, Lock benar-benar tidak memandang remeh Albara karena dia sangat khawatir dengan pasukan yang berada di belakang Albara.

Kedua lengan Lock sudah dialiri dengan energi mana pukulan pertama sudah siap ia lancarkan kepada Albara, dia sudah mengira kalau Albara akan terluka parah dengan pukulannya.

Bhumm

Dua gelombang energi beradu angin disekitar Albara dan Lock berhembus dengan sedikit kencang.

"Anak ini..." Lock sangat terkejut dengan pemandangan didepannya. Dia tidak mengira bahwa bocah didepannya dapat menahan seranganya bahkan kondisi masih sangat baik tanpa ada kesusahan waktu menahan pukulannya.

Albara sedikit tersenyum saat melihat wajah tetua Lock yang sangat keheranan, dengan kesempatan yang tercipta dia segera melancarkan dua tendangan cepat kearah tetua Lock.

Ugh

[Bahkan serangan biasanya sangat berat, siapa mereka?]

Dengan perhatian yang terpecah banyak celah yang ditunjukan oleh tetua Lock membuat Albara sangat mudah dalam menyerangnya.

"Element Logam, sarung tangan logam." ucap Albara, dua buah sarung tangan dari emas terpasang rapi ditangannya.

Albara melanjutkan serangannha kepada tetua Lock, setiap serangan yang Albara lancarkan sangat cepat dan kuat membuat tetua Lock sedikit tertekan.

Tetua Lock segera mengeluarkan sebuah pedang dari cincin penyimpanannya, keadaan yang tak menguntungkan memaksa tetua Lock untuk melancarkan serangan penghabisan.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang