47. Kehancuran Gressia

562 45 1
                                    

Dengan putus asa Raja Napollion beserta pasukannya mengangkat senjata mereka, hal yang sangat dihindari oleh mereka malah terjadi karena sikap ceroboh salah satu pasukannya.

Raja Napollion membagi tugas kepada semua pasukannya, sementara semua prajurit menahan serangan musuh para pelayan diperintahkan untuk membawa seluruh keluarga kerajaan keluar dari Kerajaan.

Pagi itu suara desingan dari benda tajam bergema diseluruh wilayah Gressia, waktu demi waktu banyak prajurit dari pihak Gressia berjatuhan dari ribuan berkurang hingga ratusan. Kebanyakan korban berasal dari golongan bangsawan, bahkan bisa dibilang tidak ada satupun korban yang jatuh dari rakyat biasa.

Deindra, Hugo beserta Lovis masih berdiri dengan tenang ditempat mereka, disisi Deindra ia hanya berusaha untuk tetap tegar agar tidak goyah. Ia sudah berjanji dengan Albara untuk membiasakan diri dengan pembunuhan, Deindra masih ingat dengan jelas perkataan dari Albara mengenai dunia beladiri yang merupakan pedang bermata dua bagi pendekar.

Jika mereka tidak membunuh maka mereka sendirilah yang akan terbunuh. Perkataan dari Albara masih tertanam jelas diingatan milik Deindra. Ia juga ingat dengan kejadian preman di desa sebelumnya yang ingin membawa kak Becka Becky bersama mereka.

Hal itu jugalah yang membuat dirinya untuk terus berlatih dengan giat agar dapat melawan tindakan serupa jika terjadi pada dirinya.

Disisi lain Albara masih diam dengan mengamati jalannya pertempuran, ia yakin hanya dalam beberapa menit lagi kerajaan Gressia akan jatuh tepat berada di tangannya.

Berbagai laporan telah diterima oleh Albara mengenai berhasilnya pasukan bayangan dalam menginvasi setiap daerah kekuasan Gressia.

Sudah hampir 30% daerah telah jatuh ke tangan Albara, walaupun begitu Albara sendiri belum merasa puas dengan hasil tersebut. Matanya masih tertuju kearah raja Napollion, setiap gerakan yang ditunjukkan olehnya terlihat sangat rapi, bahkan setiap tusukan dari pedangnya tepat mengenai titik vital dari pasukan bayangan.

Sayangnya yang ia hadapi bukanlah mahluk hidup yang bernyawa, melainkan mayat yang telah dibangkitkan kembali.

Albara menjadi tak habis pikir, jika yang dihadapi oleh Raja Napollion adalah manusia sama sepertinya mungkin sudah banyak korban berjatuhan dari pihak Albara.

"Jurus pertama, Pedang Iblis Mormo!"

Raja Napollion mengamuk dengan sejadi-jadinya, setiap sayatan yang ia ciptakan menyebabkan efek damage yang lumayan besar, namun sayangnya terlihat dengan jelas bahwa setiap gerakan dari Raja Napollion terasa seperti ia belum menguasai dengan penuh kekuatannya tersebut.

Beberapa serangan dari Raja Napollion bahkan mampu memutuskan anggota tubuh dari pasukan bayangan, walaupun sekilas tapi terlihat jelas kalau Raja Napollion sedang tersenyum.

"Jurus keempat, Pedang Iblis Azazel!"

Lonjaka energi terpancar dari Raja Napollion, pergerakannya menjadi sangat cepat begitu juga dengan serangannya yang menjadi semakin berat setiap ayunan pedangnya.

Sekilas orang akan melihat bahwa Raja Napollion menghilang, namun dengan tingkat Albara sekarang ia mampu melihat dengan jelas setiap pergerakan Raja Napollion.

"Ugh." Raja Napollion terbatuk saat tengah membantai pasukan bayangan yang berada disisinya, melihat hal tersebut orang awam juga pasti tau kalau jurus yang digunakan oleh Raja Napollion sekarang sangat memberati tubuhnya, dengan konsumsi mana yang sangat besar Raja Napollion sudah dipastikan akan terbunuh diperang kali ini.

Kekalahan Raja Napollion semakin jelas terlihat saat sebuah tombak mampu menembus dada kiri dari raja tersebut. Darah mengalir dari lubang yang tercipta dari tusukan tombak tersebut.

Nyawa Raja Napollion semakin berada diujung tanduk, saat salah satu pasukan bayangan mampu menusuk perut raja tersebut dengan sebuah belati beracun.

Raja Napollion tersungkur dari posisi berdirinya, bukan keringat lagi yang membasahi tubuhnya. Darah merembes keluar dari luka yang tercipta, kehilangan banyak darah bukanlah keadaan yang menguntungkan mengingat jumlah musuh yang masih sangat banyak.

Mata Raja Napollion terbuka dengan lebar setelah melihat musuh yang telah ia belah menjadi beberapa bagian berdiri dengan sangat gagah didepannya.

Wajah yang pucat menjadi semakin pucat, ia baru menyadari keadaan musuhnya sesaat sebelum kematian menjemputnya.

Dengan posisi mata menghadap kearah berlawanan, ia tidak sempat mengetahui kalau sebuah kapak besar tengah berayun mengarah ke kepalanya.

Bhukk

Pandangan Raja Napollion menjadi gelap, ia tidak sempat mengetahui apa penyebab kematiannya. Kepalanya sudah jatuh bergulir diatas tanah.

Bertepatan dengan lepasnya kepala Raja Napollion, seluruh wilayah kerajaan Gressia telah jatuh ditangan Albara seuntuhnya, dengan banyaknya jumlah tahanan dari rakyat jelata.

Albara menutup matanya sebelum menghembuskan nafas dengan kasar, selama pertempuran berlangsung notifikasi dari sistem telah membanjiri dirinya.

Level pasukan bayangan telah meningkat drastis dengan diikuti kenaikan dari levelnya sendiri.

Albara melangkahkan kaki kearah mayat Raja Napollion, ia ingin mengambil dan mempelajari ilmu berpedang yang dimiliki oleh raja tersebut.

"Kitab pedang 11 Iblis." sebuah bacaan tertulis dengan jelas disampul kitab tersebut, Albara mengambilnya lalu memasukan kedalam ruang penyimpanan miliknya. Tak lupa ia juga mengambil cincin ruang yang dimiliki oleh raja tersebut.

Perang telah berlangsung, namun tidak ada satupun bantuan yang datang dari pihak luar, karena Filix telah membatasi seluruh daerah Gressia dengan dunia luar.

Yang dilihat seseorang yang lalu lalang bukanlah perang, melainkan sebuah kedamaian dan kekeluargaan yang mereka lihat.

Baru saja Albara ingin beristirahat dengan tenang didalam mansion milik Raja Napollion. Namun, langkahnya dihentikan oleh pria sepuh yang melayang diatas langit.

Pria yang nampak sudah berumur tersebut, menatap dengan pandangan yang sangat dingin. Dari sorot matanya terpancar dengan jelas kebencian dan kemarahan yang mendalam.

"Beraninya kalian datang dan menghancurkan kerajaan anakku! Apa kalian sudah bosan hidup!" teriak pria sepuh dengan suara yang dialiri banyak mana. Suaranya terasa menggelegar seperti letusan dari gunung berapi.

"Apa yang bisa kau lakukan dengan seorang diri pak tua? Dengan kultivasi milikmu, bahkan anakmu saja telah mati dengan kultivasi yang berada jauh diatasmu."

"Pergilah pak tua, aku tidak mau membunuh lebih banyak orang hari ini." sambung Albara.

"Kau sangat sombong!" pria sepuh itu malah berniat menyerang kelompok Albara dengan jurus yang ia miliki. Walaupun ia sadar perbuatannya sia-sia setidaknya ia bisa membunuh beberapa dari musuh anaknya.

"Element es, Badas es berkabut!"

"Tombak es menghujani bumi!"

"Prajurit es, Golem es!"

Baru memulai pertarungan pria sepuh tersebut telah mengeluarkan beberapa jurus yang sangat memakan mana. Ia benar-benar sangat putus asa sekarang, Albara menghembuskan nafas dengan pasrah sebelum ia bergerak menuju pria sepuh tersebut.

Swuuus

Bhumm

Sebuah gelombang energi tercipta saat tangan Albara tepat berada dileher pria sepuh tersebut, pergerakan dari Albara sangat cepat bahkan tidak ada satupun diantara mereka yang melihat dengan jelas.

Bahkan mereka belum sempat melakukan satu tarikan nafas, Albara sudah berada di depan pria sepuh tersebut dengan mencekam erat leher pria tersebut.

"Aku sudah memberimu pilihan, namun kau malah memilih untuk menyerangku. Apa perkataanku tidak dapat diterima dengan jelas oleh telinga kecilmu itu?! ." ucap Albara, perasaan takut akan kematian kini menghampiri pria sepuh tersebut tubuhnya bergemetar hebat ia meronta-ronta melepaskan genggaman Albara namun genggaman Albara seolah melekat dilehernya. "Matilah dengan tenang."

Perkataan barusan menjadi perkataan terakhir yang pria sepuh itu dengan sebelum mati tak bernyawa di tangan Albara.

Perjalanan Menjadi DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang