Saat itu, Ardhi menggandeng tangan Rinjani untuk berkeliling di Kota Tua, sekedar kulineran dan hanya duduk berdua berbincang, cukup romantis untuk mereka, tak perlu mewah untuk bahagia, toh sederhana juga bisa.
"Sini aku pegang" Ucap Ardhi memegang aromanis berwarna pink berbentuk love yang cukup lumayan besar, mereka tak ingin melewatkan kesempatan untuk berfoto.
Rinjani tengah tersenyum gembira melihat lihat foto mereka, namun tiba tiba saat menoleh bahwa Ardhi mencubit dan memakan aromanis itu.
"Hmm kakak, kok ngeselinnnnn! "
"Hahaa, manis sih"
Rinjani merebut kembali aromanis itu dari tangan Ardhi.
"Jangan cemberut dong sayang, manisnya kamu gak sebanding sama aromanis, kamuu lebih manis dari aromanis kok"
"Gombal"
"Ih, serius" Ucap Ardhi namun tiba tiba ia iseng dengan mencubit hidungnya Rinjani.
"Aw sakit"
Hahaha
Namun Ardhi malah ketawa, bikin kesel aja.
Saat itu Rinjani begitu bahagia ketika sudah bertemu seperti ini dengan kekasihnya yang begitu mencintai dan menyayangi nya. Hingga sore tiba, mereka memutuskan untuk pulang, saat tiba dirumah Rinjani, mereka berdua membawa beberapa kantong plastik berisi belanjaan yang mereka beli selama disana. Mungkin mampir dulu ke supermarket.Ardhi membawa kantong plastik itu ke dapur, sepertinya memang isi nya sayuran dan lainnya.
"Rin mamah kamu kemana?"
"Emm ada sihh" Sembari melirik lirik ruangan dapurnya dan ke lantai atas. "Nanti aku panggil ya, kakak tunggu aja di ruang tamu"
Ardhi mengangguk dan duduk di kursi sofa ruang tengah nya, namun dia nampaknya penasaran dengan sebuah bingkai berwarna putih ukuran besar itu, sebuah keluarga kecil namun nampak senyuman dalam sebuah foto tersebut menandakan kebahagiaan dan keharmonisan. Ardhi terlihat sangat terharu dan mengingat bahwa keluarga nya tak seharmonis keluarga Rinjani, namun ia tetap tegar menerima semua kenyataan pahit ini.
Dalam lamunan nya seseorang paruh baya memegang pundaknya Ardhi, sekilas seorang lelaki ini menghapus air mata nya yang berkaca kaca sedari tadi dan menampakkan senyuman itu pada ibunya Rinjani.
"Nak Ardhi? Kamu kenapa?"
"Eh, engga apa apa kok, tadi cuman natap bingkai foto ini aja, bagus dan terlihat keluarga harmonis"
Ibunya Ardhi menyuruh Ardhi untuk duduk disampingnya.
"Nak Ardhi? Mamah udah tau kok semuanya tentang kamu, pasti kamu sangat merindukan mamah kamu kan? Sabar ya sayang, mamah kamu pasti udah tenang disana, sering berdoa ya nak"
"Makasih, oh iya, Ardhi boleh panggil mamah kan sama tante?"
Rinjani membawa 3 gelas berisikan jus orange, dan mendengar permintaan Ardhi kepada ibunya.
"Boleh kok, mamah juga anggap kamu seperti anak mamah sendiri"
Ardhi seketika tersenyum senang dan terharu, karena baru kali ini keluarga Rinjani menganggapnya sebagian dari keluarganya.
"Makasih ya mah"
"Emm, kak, diminum dulu jus nya"
"Iya Rin, nanti aku minum kok"
Mereka tersenyum, tak lama mereka berbincang, Ardhi memutuskan untuk kembali pulang. Kini Rinjani dan Ardhi tengah berada di gerbang rumah.
Mereka seketika terdiam saja, pada akhirnya Rinjani pun angkat bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINJANI [ TAMAT✔ ]
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA Ini tentang Rinjani Alessandra. Seorang remaja cantik yang masih menduduki kelas menengah atas, si penyuka media lukisan. Rinjani dipertemukan dengan seorang lelaki tampan namun bersifat seperti kutub es, yang di cap oleh par...