PART - 54

294 7 0
                                    

"Ohiya kue nya kak" Ucap Rinjani yang meminta untuk Ferdi memilihkan sebuah kue.

"Oh yaudah yuk"

Ferdi dapat memperlihatkan beberapa kue cantik di sana. Rinjani senang mendengarnya, penjelasan untuk kecocokan kue saat acara.

"Jadi lo pilih yang mana? "

"Vanilla cake. Buat acara ulang tahun"

"Oh oke tunggu ya"

Rinjani tersenyum senang. Ia memasuki toko kue ini hanya untuk membelikan kue vanilla kesukaan papahnya Ardhi.

"Lo mau gue anter pulang? "

"Eh gausah. Gapapa kok kak"

"Gapapa yuk? "

"Gausah kak. Kak Ferdi kan jaga toko"

"Iya sih. Yaudah lo hati hati ya di jalan. Pacar lo gak jemput? "

"Dia gak tau kalo aku kesini"

"Kenapa? "

"Aku beli kue ini buat ulang tahun papahnya Ardhi"

"Ohh"

"Yaudah kak. Aku duluan ya"

"Ohh, oke"

Rinjani memasuki sebuah taxi dengan membawa kue vanilla itu di atas duduknya.

Lo gak mau gue anter, karena lebih ngehargai Ardhi sebagai cowok lo. Gue kagum, lo emang setia sama pasangan

Ferdi tersenyum tulus. Sebenarnya ia masih sangat menyayangi Rinjani. Namun tepatnya, saat ini wanita yang didamba nya telah dalam genggaman orang lain. Tak apa, ia masih bisa berteman baik dengan cewek itu.

•••

"Lo gak percaya sama gue dhi? " Tanya cewek itu dengan sedikit kesal.

"Sebuta ini lo sama dia. Diselingkuhin aja masih percaya. Gila"

Viola menatap Ardhi yang hanya terdiam, ia berusaha untuk memegang lengan Ardhi. Saat itu juga, Ardhi dengan cepat mencengkeram pergelangan tangan Viola. Wajah Viola meringis kesakitan.

"Aw. Ardhi lo apaan sih? Sakittt.. Lepasinn"

"Kalo lo macem macem sama Rinjani. Gue gak bakalan tinggal diem buat lo lebih sakit dari cengkeraman ini" Wajah Ardhi sedikit memerah karena ia sangat benci dengan sikap Viola.

"Ardhi lepasin tangann guee...sakitt"

Ardhi menatap tajam mata Viola yang masih kesakitan, matanya jelas menampakan rasa takut padanya. Ia menepis kasar tangan Viola, dan pergi meninggalkannya.

"Dasar cowok gila. Awas lo! "

Ardhi mengemudi setir mobilnya, Savira yang sedari tadi menatap Ardhi begitu gelisah.

"Kamu kenapa Ardhi? "

"Gapapa kok"

Savira dapat melihat wajah Ardhi penuh kekhawatiran didalamnya.

Malam hari tiba, Ardhi dan Andi baru saja selesai menata dan mendekor acara ulang tahun papahnya. Tenang saja, Savira baru saja mengamankan Zidan untuk pergi keluar sebentar.

"Ardhi, bantu gue pasang lampu. Biar gue yang rapiin meja"

Ardhi mengerjakan perintah Andi kakaknya. Ia jadi teringat dulu.

"Ardhi sini nak, bantu mamah pasang lampu ini di atas"

Ardhi menghampiri mamahnya, dan memasang lelampuan itu dengan rapi. Setelah selesai, ia turun dari tangga besi itu.

RINJANI [ TAMAT✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang