PART - 44

274 9 0
                                    

Malam hari tiba, dalam benak Ardhi semakin tertekan untuk bisa menyelesaikan permasalahan ini, tentunya bahwa ia merasa bersalah pada Rinjani, dan kini kedua orang tuanya sangat membencinya. Apa dia harus tinggal diam begitu saja? Malam ini nampaknya Ardhi turun dari tangga kamarnya, memakai celana jeans hitam dan kaos pendek berwarna kuning itu, mengambil sebuah kunci motor dan mengendarainya.

Sepanjang jalan, menembus dinginnya angin malam. Ardhi terus saja memikirkan kekasihnya saat ini, hingga pada akhirnya Ardhi menempatkan motornya di parkiran, sebuah Rumah Sakit. Ardhi berjalan menelusuri lorong Rumah Sakit yang cukup lumayan sepi, ia perlahan mencoba untuk tidak terlihat orang lain, dan kini ia membuka pintu Ruang Rawat tersebut. Air matanya yang hendak kian menetes namun ia berusaha menahan sekuat kuatnya, melihat seorang wanita yang tak berdaya, kini terbaring kaku di ranjang, karena ia tau, beberapa hari ini wanita itu tidak kunjung siuman dari pingsannya.

Saat kini ia tengah di hadapan kekasihnya, ia menghirup udara dalam dalam

"Rin..aku minta maaf.." Ucap getir Ardhi dan mencoba untuk meraih tangan Rinjani yang diinfus.

"Rin..apa aku emang bener bener udah gak pantes buat jagain kamu lagi? Kalo emang bener, sejujurnya bahwa aku gak pernah ada niat sekalipun buat bikin kamu kayak gini Rin"

Ardhi yang sedang terduduk di kursi, sesekali Ardhi mengusap kepala, pipinya, dan mencium tangannya, bahwa Ardhi begitu sangat merindukan Rinjani, dan ingin seperti dulu yang baik baik saja, hingga pada akhirnya Ardhi meneteskan air mata nya itu, penuh kerinduan namun penuh penyesalan.

"Aku minta maaf, aku sayang sama kamu Rin, aku mohon kamu bangun, aku kangen sama kamu Rin, aku mohon bangun sayangg, hikss.."

Seorang wanita bernama Rinjani, yang kini terbaring kaku di ranjang Rumah Sakit itu, ia memang sedang merasa tidak sadar ketika kini berada di dunia. Namun seketika ia mendengar suara tak asing baginya.

Apakah Rinjani mendengar Ardhi yang tengah kini memanggilnya?

Ardhi nampaknya tidak bisa terlalu lama, mungkin beberapa menit juga cukup baginya untuk menebus rasa salah dan juga rasa rindunya terhadap kekasihnya. Saat hendak pulang, Ardhi mencium lembut keningnya Rinjani.

"Rin? Aku pulang yah, aku tunggu kamu bangun"

Ardhi tersenyum, ia menyimpan setangkai bunga mawar merah di samping tempat tidur Rinjani, tepatnya di atas meja kecil itu, dan perlahan ia keluar dari ruang rawat inap itu menjauh dari sana.

•••

Keesokan paginya, Ardhi bersiap turun dari tangga kamarnya menuju ruang makan, namun nampaknya ia tidak bermaksud untuk sarapan melainkan berpamitan pada ayahnya.

"Pah, Ardhi ke cafe dulu ya"

Papahnya mengerutkan keningnya, melirik jam tangannya.

"Ini baru jam 7, tumben"

"Gapapa pah, sekalian bantu anak anak di sana juga, Ardhi berangkat ya pah"

Ardhi berjalan menuju pintu rumah, namun tiba tiba..

"Ardhi, papah sudah tau semuanya, pacar kamu sedang kritis kan sekarang"

Seketika Ardhi mematung, ketika papahnya mengetahui hal itu. Ardhi nampaknya memang sangat terpukul hatinya, papahnya menghampiri ia di depan rumah. Dan pada akhirnya mereka berdua duduk bersama, mungkin ini hal yang sangat tak biasa mereka lakukan, papahnya yang terlalu sibuk, dan Ardhi yang sangat membenci papahnya. Namun saat ini, terlihat canggung.

"Ardhi.." Papahnya menghela nafas. "Maafkan papah"

"Papah tidak bermaksud buat kamu seperti ini"

RINJANI [ TAMAT✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang