🌦Hold Me Tight
Sampai darahnya benar-benar habis, Jungkook tidak akan pernah berhenti untuk berlari mengejar impiannya yang sedang terluka disana. Jungkook pasti menemukan Luna dengan keadaan baik-baik saja. Jika Hoseok ingin bermain kasar, maka yang harus dihadapinya adalah Jungkook, bukan Luna.
Setelah Jimin memberitahu dimana Hoseok menyembunyikan Luna, Jungkook segera berlari sekuat yang ia mampu. Mengitari lorong gelap yang berada di lingkungan kumuh, dimana bangunan ruko tua berjejer dengan suasana yang gelap. Tidak mengurungi niat Jungkook untuk menemukan Luna, bahkan ia melupakan rasa sakit pada kepalanya yang masih dibanjiri oleh darah segar. Jungkook hanya menginginkan Luna, hanya itu.
Jungkook mencoba mendobrak setiap pintu bangunan tersebut, namun semuanya terkunci rapat, membuat Jungkook harus terus mencari. Jungkook kebingungan, entah sudah berapa banyak pintu yang ia lukai dengan kakinya, namun tidak lekas menemukan hasil. Jungkook melambatkan langkahnya, kepalanya berdenyut nyeri, sekaligus memutar kembali kenangan lucu tentang betapa manisnya senyum Luna. Jungkook berteriak, menggumamkan nama Luna. Luna, Luna, Luna, dimana gadis itu.
Jungkook tidak patah arah, ia yakin akan menemukan Luna dimana pun gadis itu berada. Jungkook percaya bahwa ia bisa merasakan keberadaan Luna. Mungkin saja gadis itu sedang menggumamkan namanya juga. Jungkook akan mendengar itu, selalu.
"Luna!" Jungkook berteriak, sembari menendang setiap pintu bangunan seperti ruko itu. Tetap nol, tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Hingga Jungkook merasa lelah dan berhenti di sudut. Menyandarkan tubuhnya sejenak hanya untuk berpikir. Ia memejamkan kedua matanya, menghadirkan wajah itu yang tersenyum bagai tanpa beban. Bisa-bisanya Luna masih menyeringai senang disaat ia terluka, Jungkook merasa bersalah telah meninggalkan Luna sebelumnya.
"Aku akan menemukan mu, Luna. Kau bertahan untukku, kumohon."
Jungkook kembali melangkah, namun salah satu kakinya menginjak sesuatu yang tidak biasa. Ia segera merunduk untuk meraih benda tersebut, dan Jungkook menemukan sebatang lolipop.
Tidak menyia-nyiakan waktu, Jungkook begitu cepat menyadari bangunan di sampingnya dan mendorong pintu itu menggunakan kakinya. Terbuka. Jungkook berlari, ditemani lolipop yang berada di genggaman tangannya.
"Luna!"
Jungkook berteriak menyeru Luna, mengitari seluruh ruangan bangunan tua sembari berlari tanpa henti.
Jamais Vu
"Percuma kau menangis, aku tidak akan berubah pikiran untuk tetap melukai mu, Luna."
Dendam, itulah yang ia pilih setelah sekian lama ia berseteru dengan pikirannya yang gila. Hoseok menyeringai senang, menatap Luna dibawah sana yang memalingkan wajah enggan menatap Hoseok.
"Maaf Hoseok, aku tidak bermaksud membunuh ayah dan ibumu." Lirih gadis itu tanpa menatap lawan bicaranya.
Namun, bagai kesetanan Hoseok terkekeh, lalu melukai Luna dengan pisau yang berada di genggamannya sedari tadi. Hoseok menggoreskan tekanan pada ujung pisau di atas kulit kedua lengan Luna, membuat Luna meringis tertahan.
"Sakit? Kau hanya baru merasakan sebuah goresan dan kau meringis." Hoseok menurunkan tubuhnya untuk menyentuh rambut-rambut Luna dan menyingkirkan helaian itu dari wajah Luna. Hoseok setengah berteriak, "Lalu bagaimana dengan ibuku yang kau bunuh dengan cara yang tidak wajar?!" Hoseok kembali menggoreskan ujung pisau itu pada kedua kaki Luna. Sedangkan sang empu menahan rasa sakit itu dengan membungkamkan mulutnya rapat. Luna menangis.
"Tolong, kumohon jangan membuatku tersiksa seperti ini. Jika kau ingin membunuhku, maka kau harus membunuhku sekarang, Hoseok." Lirih Luna, menatap Hoseok sendu. Sayangnya, Hoseok bagai batu, tidak ada hati yang nyata untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jamais Vu || Jeon Jungkook Fanfiction ✔
Fanfiction(END) Sempoyong hembusan angin sejuk, dimana sahutan perkenalan akan sebuah nama terlontar, menjadi pemicu pertama sebuah rasa yang tiba-tiba muncul di dalam benak kecilnya. Sederhana, "Aku mulai menyukainya." Lalu kemudian, perasaan itu semakin mem...