Aku tidak tahu jika sebelumnya tertidur dapat membuatku berpindah tempat. Ini aneh, tiba-tiba aku merasakan sebuah kehangatan pada salah satu ruangan yang bahkan pendingin nya tidak berjalan dengan baik. Salah satu tanganku terasa begitu berat, ada sesuatu yang sedang aku genggam.
Seperti kotak yang menggantung di salah satu jariku. Kotak berwarna merah muda dengan kartu nama yang membuatku terkejut. Nama itu tertulis dengan namaku, dengan lekukan setiap kata yang sangat cantik. Aku hanya mampu terdiam dan membeku, menatap sekitar tanpa tahu aku berada dimana.
Hingga salah satu celah membuat silau yang menyorot tajam mengenai atensi ku. Lalu ternyata aku baru saja mengetahui, jika aku berada di sebuah ruangan seperti kamar tidur? Ah entahlah, ini membuatku gila.
Pada sekon kemudian, aku menemukan kertas putih yang menggelinding mengenai ujung kakiku yang kosong tanpa sehelai alas pun. Aku meraihnya, membukanya perlahan karena kertas tersebut terikat bersama pergelangan tanganku, astaga ini aneh sekali.
Aku bisa melihat halaman dengan susunan huruf yang bahkan berantakan. Aku tidak mengerti apa ini? Kenapa semuanya tidak begitu jelas untukku. Namun, tidak berselang lama huruf-huruf itu menyusun dirinya sendiri hingga membentuk sebuah paragraf dengan kalimat yang menjelaskan..
"Letakkan kotak itu di sebuah jendela kamar tidur yang sedang kau pijaki. Jangan biarkan kartu nama itu tetap berada di atas kotak. Jangan biarkan ia mengenal namamu. Lepaskan disaat kau meletakkannya. Pada detik ke sepuluh, jika kau tidak melakukannya, seseorang yang berada di kamar tersebut akan mati. Selamatkan atau biarkan."
Aku merasakan sebuah jantung di dalam sana benar-benar berdetak dengan irama yang bahkan membuat ku sesak nafas. Aku sangat terkejut pada kalimat tersebut. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku. Ini gila, ini sangat membuatku gila.
Aku melihat halaman tersebut menjadi sebuah angka dan itu berjalan mundur. Sembilan, delapan, astaga apa yang harus aku lakukan? Aku melirik cepat pada seseorang yang tertidur lelap di atas tempat tidurnya, bahkan aku bisa melihat wajahnya yang- mungkin sangat tampan? Atau sebenarnya tidak juga.
Enam, lima, astaga aku melupakan angka itu!
Aku bergerak mendekati sebuah jendela. Meletakkan kotak tersebut, menggantungnya di salah satu besi yang memenuhi ruang kosong jendela tersebut. Besi-besi itu bahkan membentuk dirinya seperti sebuah sayap kupu-kupu. Memang dasar sialan, aku tidak mengerti.
Tiga, dua, aku berusaha melepaskan kartu nama itu. Namun, entah mengapa kartu nama tersebut tidak mau melepaskan diri dari tempatnya, layaknya sebuah magnet. Membuatku kalang kabut karena detik berikutnya adalah satu. Aku mencoba menariknya untuk membuatnya terlepas. Namun, ternyata itu tidak berfungsi sama sekali. Memang sialan.
Satu!
Aku memutar kepalaku kembali menghadap si empu yang tertidur. Entah bagaimana bisa, pisau yang berdiri melayang di sisi kanannya kini menghadapkan ujungnya. Hingga aku memutuskan untuk tidak memperdulikan sebuah kotak dan memilih mendekati seseorang itu agar aku bisa melindunginya.
Aku berlari, menjatuhkan tubuhku di dekatnya dan memutuskan untuk mendorong tubuhnya menjauh dari pisau tersebut. Aku mendorongnya sampai-sampai presensi tersebut terjatuh dari tempat tidur dan secara tiba-tiba aku merasakan tubuhku menjadi nyeri.
Aku berhasil menyelamatkannya, tapi kemudian aku tidak terselamatkan. Aku mati? Payah.
Jamais Vu
Aku gatau ini bakalan rame atau kagak. Tapi ya apa salahnya nuangin ide kamar mandi, ya kan? 🌚 jujur, prolog ini itu adalah kisah nyata, maksudnya aku mimpi kek begitu juga 🌚 jadi ya udah aku bikin cerita deh. Muehehehe..Boleh votenya💜 Makasih💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Jamais Vu || Jeon Jungkook Fanfiction ✔
Fanfic(END) Sempoyong hembusan angin sejuk, dimana sahutan perkenalan akan sebuah nama terlontar, menjadi pemicu pertama sebuah rasa yang tiba-tiba muncul di dalam benak kecilnya. Sederhana, "Aku mulai menyukainya." Lalu kemudian, perasaan itu semakin mem...