Pt.26 (The First Problem, End)

430 52 3
                                    

🌦Boy Meets Evil

Sial, itu terjadi lagi.

Luna membuka kedua matanya begitu cepat. Ia lantas bangkit dari posisinya yang tengah tertidur diatas bangku taman. Menelisik sekitar dengan perasaan cemas yang keterlaluan. Luna merasakan perutnya begitu sakit, seperti tertusuk oleh sebuah peluru.

Luna terdiam sejenak, mengamati apa yang baru saja terjadi dan mengingat tentang hal yang ia alami sebelum tertidur karena narkolepsi sialannya itu. Ah, Luna mengingatnya. Ponsel, pesan dan artikel sebuah kecelakaan dengan guru Kang sebagai korbannya. Dadanya kembali berdegup jika mengingat fakta itu.

Lekas, Luna merogoh saku seragamnya untuk mencari ponselnya. Ia berhasil menemukan waktu yang menunjukkan jam yang lambat bergerak-tunggu, atau sebenarnya ia hanya tertidur selama 10 menit? Namun, mengapa itu begitu lama?

Luna meringis lagi, perutnya yang sakit membuat Luna tiba-tiba mengingat akan mimpi tidurnya beberapa sekon yang lalu. Kejadiannya tidak begitu jelas, hanya ada seorang wanita dan-Jungkook?

Sekiranya jika itu pertanda, maka Jungkook sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Bagaimana pun Luna sangat khawatir kepada Jungkook, ia sepertinya harus menemui Jungkook untuk memastikan bahwa mimpi itu hanya hal yang biasa terjadi ketika tidur.

Luna bergegas menjauhi bangku taman itu. Menarik kedua kakinya untuk bergerak lebih cepat, bahkan Luna harus berlari untuk saat ini karena bisa saja kejadian itu akan menjadi kenyataan pada menit berikutnya. Luna tidak boleh terlambat. Jungkook membutuhkannya.

Jamais Vu

"Hyung, kau harus percaya padaku." Lirih Jungkook menatap Yoongi dengan harapan pemuda disana akan mempercayainya.

Yoongi membeku. Ketakutan yang Jungkook berikan padanya membuat Yoongi juga ikut merasakan hal tersebut. Namun, entah lah Yoongi hanya tidak bisa memikirkan apapun tentang kenyataannya. Sebenarnya siapa antagonis dalam peran ini?

Permainan seperti apa yang sedang mereka lakukan? Mengapa Yoongi hanya menjadi penonton yang tidak tahu menahu tentang apapun. Apalagi jika ternyata Jungkook adalah anak dari wanita yang di kencani oleh ayahnya. Bagaimana ia sendiri hanya menjadi patung yang selalu diam tanpa memikirkan mengapa sang ayah pergi begitu cepat meninggalkannya, ternyata itu adalah sebuah pembunuhan yang dilakukan oleh sang ibu. Hey, bukankah lucu? Bukankah hidupnya memiliki unsur komedi?

"Hyung, tolong percaya padaku. Aku tidak akan menyakiti ibu jika ibu tidak mencoba membunuhku."

Yoongi masih diam mematung. Kepalanya jadi terasa begitu banyak beban yang menumpuk. Bagai satu, lalu kemudian seribu, itu menyakitkan. Hingga, Yoongi memutar atensinya yang menemukan presensi wanita paruh baya dengan senyum yang tidak terlihat barang satu garis saja, berada disana-di belakang Jungkook.

"Hyung-"

"Ibu?"

Jungkook berbalik, mengikuti arah pandang Yoongi. Wanita dengan darah yang masih menggenangi sisi perutnya itu tersenyum menatap Jungkook. "Kau baru pulang, Jeon? Kenapa selarut ini?"

Jungkook menarik sudut bibirnya yang tersenyum miring, "Berhenti bersikap seolah-olah kau menyayangiku, nyonya Song. Aku seorang anak pelacur, bahkan kau tahu itu."

Sayangnya ibu Song tidak menghadiahi ucapan Jungkook dengan hal yang lebih manis. Pisau yang sedari tadi memang digenggam ibu Song dibalik Punggungnya, lantas berulah menyakiti pipi Jungkook walau segaris, membuat pemuda itu tersungkur lagi.

Jamais Vu || Jeon Jungkook Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang