Pt.23

310 54 4
                                    

🌦Yesterday

Sebenarnya Jeon Jungkook hanya sedang bermain-main dengan sebuah ayunan tidak terlalu tua di sebuah taman sederhana. Ia berjanji pada dirinya sendiri hanya membolos satu mata pelajaran, setelah itu ia akan kembali ke sekolah, tenang saja. Ia sedang menunggu seseorang yang akan menemuinya beberapa menit lagi.

Sembari menunggu, Jungkook mengulum senang lolipop yang selalu Luna berikan dengan paksa ketika mereka bertemu. Namun, kedua matanya juga sibuk membaca kembali bait-bait paragraf beruntun dengan tulisan yang tidak terlalu indah itu menyusun diatas kertas usang.

"Jungkook!"

Mendengar namanya di seru, pemuda itu lantas memasukkan kertas tersebut dengan cepat ke dalam saku hoodienya. Lalu, beralih mengadah pada si empu yang menyapanya tadi. Itu Yoongi, yang sudah berjanji akan menemuinya.

"Ada apa?" Ucap Jungkook tetap dengan nada dinginnya. Bahkan saat ia berbicara, menatap pun tidak pada lawannya. Entahlah, Jungkook hanya benar-benar terluka untuk menanggapi kenyataan.

Yoongi ikut terduduk di sebuah ayunan disamping Jungkook. Mereka terdiam sesaat, menikmati waktu bergulir dengan cepat. Yoongi sebenarnya ingin menanyakan sesuatu, namun itu juga ia ragu untuk mengatakannya. Hingga ia menarik nafas perlahan dan menghembuskannya.

"Kau baik-baik saja?" Yoongi tidak tahu apa yang sudah ia loloskan dari bibirnya. Suaranya yang berat dan mungkin bermakna penuh hangat, tetap saja tidak dihadiahi dengan senang oleh Jungkook. Anak itu tetap tidak menatapnya, namun ia mengangguk.

"Kemarin kau tidak pulang kerumah. Kau kemana? Ibu mengkhawatirkanmu."

Jungkook tersenyum miring menanggapi ujaran Yoongi. Pandangannya hanya beralih pada kedua kaki yang bermain-main dengan tanah dibawah sana. Tetap bungkam dan enggan untuk bersuara.

"Jungkook-ssi, jawab pertanyaanku!" Tegas Yoongi yang tiba-tiba bangkit dari posisi duduknya. Ia menatap lekat bagai Jungkook adalah buronan yang harus di interogasi.

"Aku tidur dirumah Jimin. Aku tidak mau pulang, hyung."

Sebenarnya Yoongi sudah menduga itu, karena terkadang sejak dulu jika Jungkook sedang marah, ia akan berakhir tidak pulang dan tertidur dirumah Jimin atau Namjoon atau bahkan Taehyung. Mungkin tebakannya juga pasti benar, mengapa Jungkook tidak mau pulang, mungkin ia memang sedang marah.

Benar, semalam Jungkook tidak pulang kerumah setelah mengantar Luna. Ia bahkan mematikan ponselnya hanya agar semua orang tidak mencarinya, termasuk Yoongi dan ibunya. Ia hanya perlu berpikir sejenak untuk beberapa waktu.

"Aku tahu, kau marah pada—"

"Aku tidak marah, hyung. Aku tidak pulang karena aku takut. Aku takut pada hal yang akan menyakitiku dan sekaligus menyakiti perasaanku."

Jungkook juga ikut menarik bokongnya dari kursi ayunan. Melihat Yoongi dengan tatapan yang mengatakan bahwa ia sedang membutuhkan suatu perlindungan. Mereka saling memandang satu sama lain, mencari apapun yang mampu mereka temukan dibalik pandangan itu. Yang jelas, Yoongi tahu jika Jungkook sedang ketakutan setengah mati.

"Apa yang kau takutkan, Jungkook?"

"Ibu."

Jamais Vu

Waktu memang berlalu begitu cepat. Bel sekolah dengan riang juga bergumam, menyeru siswa-siswinya untuk segera kembali pulang dengan selamat.

Sebenarnya Luna sedang tidak mau kembali ke kelas lagi. Ia hanya ingin menenangkan diri dibalik dinding toilet yang dingin, namun tiba-tiba Namjoon hadir dan menemuinya karena guru Kim yang membuat Namjoon harus mengikuti Luna. Ya, mau tidak mau juga Luna harus kembali ke kelas dan memikirkan semuanya saat mata pelajaran berlangsung.

Jamais Vu || Jeon Jungkook Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang