Pt.7

510 70 3
                                    

🌦Friend?

Untuk dunia, izinkan siapapun bahagia, izinkan apapun bahagia, sesederhana itu untuk meminta permohonan pada pemilik dunia. Hanya saja, kebahagiaan bukan sekedar ramen yang mudah dibuat, kebahagiaan tidak begitu instant untuk didapatkan, kata Tuhan seperti itu.

Lalu harus bagaimana mendapatkan kebahagiaan? Jika menerima luka dengan baik, jika menerima kesedihan dengan senyuman dan jika menerima pilu dengan tabah, Tuhan tahu dimana seharusnya kebahagiaan diberikan.

Walau sebenarnya mendapatkan kebahagiaan tidak semudah mengedipkan kedua kelopak mata.

Jungkook hanya mendesah malas ketika berisiknya guru Kim memberikan paragraf beruntun dengan nada tingginya yang melebihi delapan oktaf. Fokus itu malah beralih pada presensi gadis disana yang tengah berbincang serius bersama pria setengah tua.

Gadis yang kalau tidak salah mencuri sebatang sigaret dan pematik api silvernya. Haruskah Jungkook mengambil kedua benda miliknya yang dengan sengaja di curi itu? Payah, guru Kim tidak berhenti bergumam.

Kedua sorotnya tidak berhenti menatap, bahkan ketika keduanya berjalan menjauhi lapangan. Melihat gadis itu mengekori guru Kang, perasaanya mengatakan hal yang buruk akan terjadi untuk waktu berikutnya. Entahlah, pemilik perasaan itu bahkan tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Bodoh.

Lantas Jungkook menepuk pundak guru Kim, tersenyum hangat sekaligus meletakkan sebuah permen kecil berperisa jeruk pada telapak tangan guru Kim, "Aku akan kembali. Aku berjanji tidak akan melarikan diri lagi."

"Ya! Jeon Jungkook!"

"Aku mencintaimu!"

Jungkook berteriak sekaligus mengedipkan sebelah kelopak matanya pada guru Kim yang semakin menjauh dari pandangannya. Memberikan kecupan menjijikan yang dilontarkan melalui telapak tangannya yang menyentuh ujung bibir mengerucut itu.

Entah untuk sebuah alasan seperti apa, kedua kakinya padahal tidak perlu bersusah payah mengikuti langkah-langkah dari mereka yang bahkan tidak diketahui Jungkook kemana sebenarnya mereka akan pergi. Hingga pada satu titik, Jungkook berhasil menemukan jawaban dari ketidak tahuannya, sebuah aula. Sedikit janggal, sangat janggal.

Jungkook menghela nafasnya. Ada ragu yang menyelinap masuk secara mengejutkan dan langkah itu bahkan berhenti bergerak, hanya melambatkan perlahan sembari bergelut dengan pikiran kosongnya.

Tetap sebal pada rambutnya yang berantakan hingga membuat topinya bergeser tidak teratur di atas kepalanya itu. Namun, sesampainya pada undakan tangga terakhir, atensinya menemukan bocah cilik dengan sekaleng Coca-Cola dan lamunan anehnya sedang terduduk bersandar pada dinding, Kim Taehyung.

"Pantas saja kau selalu buang angin sembarangan, ternyata minum Coca-Cola dipagi hari."

Jungkook lantas berlari mendekati Taehyung, ikut terduduk disampingnya lalu mengambil alih kaleng soda tersebut, di teguknya sampai setengah. Taehyung hanya berdehem singkat.

"Apa kau melihat seorang gadis dan guru Kang masuk ke dalam aula?"

Sebenarnya Jungkook memutuskan untuk tidak kembali mencampuri urusan gadis yang mencuri sigaret miliknya kemarin. Namun, ia tidak tenang hanya sekedar melihat gadis itu dibawa bersama guru Kang, tanpa tahu alasan seperti apa seorang guru membawa muridnya terlalu jauh seperti itu. Bukankah aneh?

Taehyung menganggukan kepalanya, membuka pembungkus permen lolipop yang ia keluarkan dari dalam sakunya. Tentu, melihat itu Jungkook merasakan sesuatu yang berdesir tidak biasa melewati jantungnya, seperti sebuah degupan, benarkah? Hanya karena melihat lolipop? Apa-apaan itu!

Jamais Vu || Jeon Jungkook Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang