Pt.24

331 48 7
                                    

🌦Dark Cloud

Apa yang Jungkook katakan membuat kepala Yoongi berputar terus menerus. Rasanya seperti sebuah tekanan dalam skala yang besar menumpuk di pundaknya, membuatnya harus kembali terdiam di samping rumahnya.

Apa yang sebenarnya Jungkook takuti? Mengapa harus ibu yang Jungkook takuti? Mengapa Yoongi tidak tahu apa-apa dalam lingkungan keluarganya? Apa yang disembunyikan Jungkook dan ibunya? Astaga, bahkan Yoongi benar-benar ingin mengakhiri hidupnya saja jika begini terus menerus.

Mau tidak mau, Yoongi harus mencari tahu hal tersebut sendirian. Ia juga penasaran bagaimana sebuah kebenaran atas dibawanya Jungkook oleh ibunya beberapa tahun lalu. Tidak mungkin hanya karena Jungkook anak yang baik, bukankah itu omong kosong semata?

Kedua kakinya yang lelah dibawa melangkah mendekati gerbang rumahnya. Sambil bertanya berulang kali di dalam hatinya, Yoongi mencoba untuk bersikap biasa saja. Alih-alih hanya untuk berusaha menenangkan pikirannya yang sudah berkeliaran pada hal-hal yang buruk.

"Ibu, aku pulang."

Yoongi membuka pintu kayu jati itu dengan perlahan. Di liriknya sekeliling yang hanya menyisakan udara malam hari. Baiklah, kemana wanita itu? Sangat aneh karena tidak menyambutnya.

"Ibu, aku pulang." Sekali lagi Yoongi berteriak. Namun, tetap tidak ada sautan.

Hingga sejenak terdiam, Yoongi menemukan bercak merah ati yang tergeletak di atas lantai, mungkin seperti—darah? Yoongi membungkukan tubuhnya untuk mencoba meraih bercakan yang berantakan itu. Di sentuhnya perlahan dan dugaannya benar, itu darah.

"Ya! Ibu, kau dimana?"

Semakin membuat pikirannya jauh ke angkasa luar, Yoongi sangat takut setengah mati saat ini. Entah apa yang terjadi pada wanita paruh baya itu, bagaimana pun ia tetap saja khawatir.

Yoongi berlari mengitari sudut ruangan di dalam rumahnya, tetap tidak ada presensi seorang wanita. Hanya satu ruangan yang belum ia pijaki, itu kamar ibunya. Hingga Yoongi memutuskan untuk bergegas memasuki ruangan itu dengan gegabah.

Tubuhnya membeku tat kala melihat presensi lemah tak berdaya yang sedang tergeletak sembarang dengan ringisan mengerikan dan simbahan darah dimana-mana. Wanita itu terus menerus meringkih dengan sesegukan sembari menutupi sebagian perut sampingnya dengan kedua tangan yang memutih.

"Ibu!"

Yoongi berlari mendekati tubuh itu. Di rengkuhnya begitu hati-hati. Yoongi merasakan jantungnya melongos jatuh, mendesaknya hingga membuatnya sangat sakit melihat hal seperti ini dihadapannya kini.

"Ibu, ada apa? Kau baik-baik saja?" Tanya Yoongi dengan khawatirnya yang setengah gila.

Wanita itu hanya mengangguk pelan, "Ibu baik-baik saja, Yoon. Perut ibu hanya terluka sedikit." Tiba-tiba sang ibu bangun dari posisinya yang sedang direngkuh Yoongi. "Bisakah kau ambilkan kotak obat di dalam laci," Ucap wanita itu dengan menunjuk sebuah laci di samping tepat tidurnya.

Yoongi yang mencoba tenang, lantas mendekati laci dan membuka laci tersebut. Diraihnya kotak obat yang mungkin saja di dalamnya berisi obat merah dan sebuah perban. Yoongi membuka kotak obat itu, "Apakah benar ibu baik-baik saja? Bagaimana bisa ibu terluka?"

"Jika ibu mengatakan sebuah kejujuran, apakah kau akan percaya, Yoon?" Gumam sang ibu masih diiringi ringisan yang lolos dari bibirnya.

Yoongi yang sedang mengobrak-abrik isi kotak obat tersebut hanya mengangguk, meyakinkan sang ibu bahwa ia akan sangat percaya dengan apa yang di ucapkan ibunya. "Aku percaya padamu, bu."

Jamais Vu || Jeon Jungkook Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang