Pt.11

403 62 8
                                    

🌦Secret

Sepertinya menyenangkan bila mendapatkan sesuatu yang diharapkan. Sesuatu yang bahkan menggoroti isi kepalanya setiap hari. Uang. Untuk sekedar dua lembar kertas bernilai, itu lebih dari cukup. Setidaknya Hoseok tidak mencuri sembarangan hanya untuk mendapatkan kertas ringan, namun berbobot itu.

"Kau tahu kan, apa yang ibu inginkan?"

Satu anggukan ragu mendarat dari refleksnya. Menghembuskan nafas untuk sesalnya yang sudah meluncur. Walaupun sebenarnya tidak ingin mengangguk, namun Hoseok hanya ingin membuat Luna sembuh. Ya, untuk hal kejujuran, inilah faktanya, Hoseok tidak memiliki uang dari sisa tabungannya. Itu ibu yang memberikan uang pada Hoseok dengan syarat tertentu.

"Aku akan memberikannya padamu, bu. Tapi aku mohon jangan beri tahu Luna tentang ini." Serius dan keyakinan bahkan terlihat jelas dari kedua sorot nya yang menyala terang melebihi lampu jalan.

Lantas Hoseok berlalu setelah mendapatkan senyum kecut sekaligus anggukan tidak terlihat mulus dari wanita setengah tua itu. Kembali lagi beradu argumen bersama malaikat dan setan yang berseteru di dalam sana. Antara haruskah atau tidak untuk melakukannya. Namun, bagaimana dengan Luna jika ia tidak melakukan kehendak beliau.

Untung saja, Hoseok bisa mengelabui Luna untuk pergi terlebih dahulu ke sekolah. Walaupun dengan embel-embel berbohong, setidaknya Luna tidak harus tahu menahu terlalu jauh tentang kegiatan masalah yang dilakukan wanita bergaun merah itu.

Hahaha, rasanya ingin tertawa terbahak-bahak sampai hilang.

Jamais Vu

MusicPlay:
Roy Kim—Starlight

"Bukan begitu!"

Hampir saja Jungkook menelan gadis itu hidup-hidup. Bagaimana tidak, aura menyebalkan yang dikeluarkannya sangat membuat Jungkook jengah. Untuk satu rokok, itu masih bisa di biarkan. Namun, lima—bahkan enam batang sigaret miliknya di rampas paksa oleh Luna yang sedari tadi hanya terkekeh senang sekaligus bangga.

"Kau kertas dan aku gunting. Kau kalah Jeon! Terima saja." Luna memasukan ke-enam batang sigaret milik tuan Jungkook ke dalam tasnya. Lalu, ditukarkan dengan enam lolipop miliknya. Diletakkan di samping Jungkook, kemudian ia terkekeh lagi.

"Baik! Aku mau kita bermain lagi. Kali ini permainan siapa cepat dia dapat," Jungkook tersenyum simpul, bahkan kedua alisnya berkedut naik dan turun seperti eskalator. "Aku mau kau menjawab pertanyaanku dengan cepat. Jika kau gagal, maka kembalikan rokokku." Jungkook menjulurkan sebelah tangannya.

"Satu?"

"Terserah!"

Luna menganggukan kepalanya setuju. Menautkan sebelah tangannya pada tangan Jungkook yang sedari tadi menjulur. Keadilan darimana jika hanya satu batang yang di kembalikan, bukankah gadis itu licik? Jungkook benar-benar tidak mengerti. Namun, setidaknya itu dikembalikan kan?

Saling berpegangan dan saling berpandangan satu sama lain, membuat Luna sedikit—ya kau tahu rasanya menatap kedua netra dari seorang pemuda yang bahkan tidak begitu di kenalinya.

"Siapa namamu?"

"Choi Luna."

"Apa yang kau sukai?"

"Ice cream?"

"Satu kata tentang dirimu."

"Cantik?"

Entahlah, Jungkook tidak mengerti sebelah mana hal yang lucu dari ucapan gadis itu. Namun, Jungkook akan tetap mengakui jika memang Luna sangat menggemaskan. Dari cara ia berbicara dan caranya yang begitu percaya diri. Selain gila, ternyata Luna memang kehilangan rasa malunya.

Jamais Vu || Jeon Jungkook Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang