🌦Jamais Vu
Terkuak sudah semua duri yang menghancurkan sebuah kehidupan. Membuat harapan baru di kemudian, lalu menerima pelajaran luka yang lalu. Berpikir sejenak bahwa sebenarnya memperlakukan seseorang tidak harus buruk. Apalagi sampai tidak menahu tentang perasaan yang sedang dirasakannya, dan mengacuhkannya. Semua orang mampu tersenyum, namun belum tentu semua orang mampu menahan rasa dukanya dengan senyuman.
12 bulan berlalu, tepat pada musim sebelumnya, Jungkook bertemu untuk pertama kalinya dengan Luna. Hari ini, musim yang sama. Jungkook tersenyum memandangi penjuru sungai Han yang indah, sembari bersembunyi dibalik hoodie hitamnya.
"Jeon, untukmu."
Pandangannya beralih memandang pada yang menyeru, Jungkook menyunggingkan senyumnya. "Terima kasih, hyung." Katanya, meraih sebungkus kantung cokelat, seperti berisikan berbagai macam makanan ringan dan berat.
"Kau harus makan yang banyak, aku tidak mau kau tidak makan, Jeon."
Yoongi menepuk kepala Jungkook hangat. Jungkook sendiri hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi apa yang diucapkan Yoongi kepadanya. Mereka bertingkah seolah sedang bermain sebuah rahasia, karena selama setahun ini Jungkook menjadi buronan pagar besi. Padahal, Jungkook tidak sepenuhnya salah dalam kasus ini, memang saja dunia sedang tidak adil.
"Aku pulang dulu, hyung. Jaga dirimu baik-baik." Ujar Jungkook, menarik diri untuk menepuk pundak Yoongi. Yang dibalas dengan anggukan kepala oleh sang empu.
Pemuda itu segera melangkah menjauh, menutupi diri dibalik hoodie hitamnya sembari menjingjing kantung cokelat yang disodorkan Yoongi kepadanya tadi. Jungkook memutuskan untuk tidak tinggal bersama Yoongi, memilih untuk hidup berbeda atap. Alasannya mungkin akan sangat banyak, namun satu-satunya alasan saat ini hanya karena Jungkook tidak mau menyeret Yoongi ke dalam masalahnya, biarkan Jungkook menyelesaikan urusannya sendiri.
Setelah ia sampai di tujuannya, Jungkook mengadah sejenak menatap bangunan menjulang tinggi tidak terlalu mewah. Sebuah apartment sederhana, kini ditinggali oleh Jungkook. Terkadang diam-diam Yoongi membiayai hidup Jungkook, walau sebenarnya Jungkook menolak, namun Yoongi juga keras kepala dan tidak mau kalah dalam persaingan mempertahankan kehidupan.
Jungkook memasuki bangunan tersebut, melangkah menaiki tangga karena katanya lift di dalam apartement sedang mengalami gangguan. Siapa peduli, Jungkook juga sudah lama tidak berolahraga. Untung saja lantainya tidak begitu jauh, hingga ia segera menggapainya.
Jungkook memutar gagang pintu tersebut, dan melenggang masuk ke dalamnya. Senyum Jungkook terukir hangat ketika tat kala ia menyeludupkan diri memasuki ruangan kamarnya yang berhias cokelat muda. "Hai, aku membawa sesuatu untukmu." Ujarnya terlihat senang, lalu kemudian mendorong diri untuk ikut terduduk di sisi tempat tidur bersama seorang gadis cantik yang tersenyum memandang Jungkook.
"Ini makanan, Yoongi hyung yang memberikannya." Katanya lagi sembari membuka semua isi di dalam kantung cokelat tersebut. Diiringi respon senang dari gadis itu.
Namun, saat hampir saja Jungkook membuka kotak makan dihadapannya, ia melirik cepat pada kedua tangan gadis yang saat ini ikut terdiam. "Kau melukai dirimu sendiri lagi?" Tanya Jungkook, menarik kedua tangan gadis itu, menatap silih berganti pada yang terluka dan empunya.
Gadis itu malah menggelengkan kepalanya menatap Jungkook. "Aku tidak tahu, Kook." Jawabnya lirih, Jungkook menghela nafasnya sesal.
Jungkook menarik tubuh itu untuk direngkuh nya hangat, bagai tidak membiarkan terlepas lagi untuk kesekian kali. Jungkook tahu, entah ini sebuah pilihan yang benar atau bahkan pilihan yang salah terhadap apa yang sudah ia lakukan. Menyembunyikan tersangka yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jamais Vu || Jeon Jungkook Fanfiction ✔
Fiksi Penggemar(END) Sempoyong hembusan angin sejuk, dimana sahutan perkenalan akan sebuah nama terlontar, menjadi pemicu pertama sebuah rasa yang tiba-tiba muncul di dalam benak kecilnya. Sederhana, "Aku mulai menyukainya." Lalu kemudian, perasaan itu semakin mem...