Pt.5

655 86 5
                                    

🌦Know

Untuk kesekian kalinya, Luna hanya mampu berharap lebih banyak untuk baik-baik saja. Berharap untuk tidak berurusan dengan penyakit yang baginya cukup gila, untuk tidak berurusan dengan pil putih atau lainnya yang bisa mengganggu kerongkongan keringnya. Oh ayolah, butuh berapa banyak waktu untuk menjadi biasa saja?

Ia ingin menjadi biasa saja seperti Kang Dami atau Park Jimin yang selalu tertawa sampai menghilang, menjadi Kim Taehyung yang bertingkah alien atau bahkan menjadi Kim Namjoon yang pintar dalam segala hal tapi selalu melupakan hari ulang tahunnya, Luna ingin seperti mereka.

"Kau tidak akan terbangun, nona?"

Seruan itu membuat Luna tergerak untuk bangun dari tidurnya dengan cepat. Membuat kepalanya menjadi pusing karena gerakannya yang tiba-tiba. Mengusap kedua matanya untuk menetralisir cahaya yang memasuki pupilnya. Luna berdehem singkat, "Ini—"

"Dimana? Kau berada di tempat persembunyianku, lebih tepatnya basecamp? Ah tidak juga, mungkin ruangan kumuh dibelakang sekolah." Jungkook memperbaiki posisi topinya, mengacak-acak rambutnya yang sedikit basah. Menyilangkan kedua tangannya, lalu terpejam. Ia bertanya, "Kau tertidur? Pingsan? Mati suri?"

"Tertidur." Datarnya.

Luna meraih tas yang berada tidak jauh darinya. Meletakkannya di kedua pundaknya itu. Melirik malas pada si empu yang mengangguk-anggukan kepalanya berulang kali, sudah mirip patung kucing di dashboard mobil.

Jungkook kembali membuka kedua pandangannya, meraih sebuah pematik api dari saku hoodienya, lalu meraih sebatang sigaret dari saku yang lain. Meletakkan rokok tersebut di ujung bibirnya, menyalakan pematik api untuk membakar abunya. Namun, tidak sempat itu terjadi, Luna mengambil alih dengan paksa kedua benda tersebut, di letakkannya pada sisinya.

Hingga satu buah permen lolipop ia selundupkan secara mengejutkan ke dalam mulut pemuda itu, sampai sedikit tersedak. "Tidak sopan!" Cibir Luna.

Jungkook hanya mendelik malas, melepaskan lollipop tersebut sejenak, lalu kembali mengulumnya lagi. Ia bergerak untuk meraih benda-benda yang sempat di rampas oleh Luna, namun ternyata Luna bukan sembarang gadis biasa. Luna menahan tangan Jungkook, mendorong tubuh pemuda itu sampai punggungnya membentur sandaran bangku.

"Biasakan dirimu untuk menerima lolipop, Kook." Kedua benda tersebut dibawa Luna, dimasukkannya kedalam tas miliknya.

"Kook?"

"Ya, namamu Jungkook, Kook, apa aku salah?"

Kalau katanya gadis menyebalkan itu menarik, tidak bagi Jungkook. Mungkin Jungkook akan senang hati menepis ujaran gila yang katanya gadis menyebalkan itu menarik, menyebalkan tetap saja menyebalkan.

Melihat ekspresi sinis yang di tunjukkan Luna dengan kerlingan pandangan yang mendelik sebal padanya, hampir saja Jungkook menelannya hidup-hidup. Hu.

Luna menarik dirinya untuk bangkit dari sebuah kursi. Menatap enggan pada pemiliknya yang saat ini mendongak melihat Luna. Jungkook lantas berdesis bertanya, "Kau mau ke sekolah?"

Luna mengangguk, "Memangnya aku akan bersedia membolos seperti mu? Tidak, ibu akan marah padaku." Senyum sinis Luna mengakhiri perbincangan. Lekas berlalu pergi melewati Jungkook yang sedang terkekeh.

"Lihat jam, nona!" Seru Jungkook sebelum Luna benar-benar meninggalkannya.

Tepat pada langkah kelima, Luna memutar tubuhnya kembali mendekati Jungkook. Menarik tangan kiri pemuda itu, menelisik tepat pada pergelangan tangannya yang terdapat sebuah jam dengan warna hitam.

Jamais Vu || Jeon Jungkook Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang