"Lo dimana sih, Ta? Gue udah keliling dari tadi tapi ngga nemu-nemu." Aku menggerutu pelan, memindahkan ponsel ke telinga kanan lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan Leta.
Akhir pekan, aku dan Leta memutuskan untuk jalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan terbesar yang ada di Bandung untuk menghilangkan stress akibat pekerjaan yang tiada habisnya. Namun sedari tadi, aku tidak menemukan keberadaan temanku yang bertubuh kecil itu.
"Gue udah di burger king nih, lo kesini aja. Mau gue pesenin ngga?" Jawabnya dari seberang.
"Kayak biasa, ya. Gue otw sana." Ucapku lalu memutus panggilan, memasukkan ponsel ke saku celana jeans dan berjalan cepat menuju tempat yang di maksud Leta.
Lambaian tangan Leta berhasil membuatku menemukan sahabatku itu, segera aku menghampirinya dan duduk tepat di depannya.
"Lo tu ya, gue udah keliling nyari lo dari tadi." Omel ku galak.
Leta yang tengah mengunyah burger cengengesan tidak jelas, mengangkat dua jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf v.
"Tadi gue ada urusan, sorry ya." Sahutnya setelah berhasil menelan semua makanan yang ada di mulutnya.
Aku mendengus, "paling urusan sama pacar lo, iya kan?"
Lagi-lagi Leta cengengesan, membuat jiwa sadis ku bangun. Aku mengambil kentang goreng di depanku lalu melemparkan ke muka Leta, tetapi sahabatku itu berhasil menghindar. "Mentang-mentang punya pacar, gue lo gantung ngga jelas."
"Sorry, Sya. Besok-besok ngga gitu lagi deh." Wajah imut Leta menatapku memohon.
Akhirnya, karena tidak tega melihat Leta merasa begitu bersalah, aku mengangguk pelan sebagi jawaban. Yang dibalas dengan respon berlebihan olehnya, bertepuk tangan girang lalu menggenggam tanganku yang tergeletak di atas meja.
Melihat aksinya yang terlalu berlebihan itu, aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Bingung entah dari mana mendapatkan teman seperti gadis di depan ku itu.
"Ngga usah lebay deh, Ta." Tanganku yang masih berada dalam genggaman Leta ku lepas dengan paksa, mengambil burger yang telah dipesankan Leta untukku lalu memakannya dengan pelan.
"Lo kayak ngga tau gue aja." Sahut Leta santai, tidak terpengaruh meskipun ku bilang lebay.
Suasana mall sangat ramai, banyak pasangan muda-mudi memenuhi counter makanan atau pun hilir mudik kesana-kemari seraya bergandengan tangan. Aku tersenyum kecut, selama hidupku, belum pernah sekalipun aku merasakan yang namanya pacaran. Karena sekali jatuh cinta, aku langsung jatuh begitu dalam sampai tidak menoleh ke arah lain.
Ingatanku membawaku kembali ketika aku dan Arkana berada di dalam ruangannya kemaren. Kata-kata misterius Arkana sukses membuat tidur ku tidak nyenyak tadi malam. Sebenarnya beban apa yang ditanggung pria itu?
"Cincin lo bagus, Ka." Ucapku pelan, tidak tahu kenapa kata-kata itu tiba-tiba saja keluar dari mulutku. Tapi ucapan ku memang benar, cincin berwarna silver yang melingkar di jari manis Arkana tampak begitu elegan.
Dengan mengatakan itu, aku tahu hanya akan menambah asam di atas luka yang telah ku dapat. Tapi diriku tidak bisa menghentikannya, aku ingin tahu bagaimana responnya.
Lelaki yang masih menyandarkan kepalanya di perut ku tetap diam, tetapi bahunya yang semakin tegang dalam genggaman tanganku cukup menjadi pertanda kalau dia mendengar dengan jelas peryataan ku.
"Bagus, ya?" Akhirnya, ia mengeluarkan suara.
Alis mataku bersatu ketika mendengar suaranya yang terdengar lirih, bukankah seharusnya ia merasa bahagia? Ah, lelaki terkadang memang memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan rasa senangnya. Apalagi ini merupakan seorang Arkana, seorang lelaki kaku yang susah berekspresi. Meskipun yeah, aku sering mendapati dia memperlihatkan dengan gamblang ekspresinya kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Stop Loving
Romance(Welcome!!!) Memperjuangkan seseorang itu tidaklah mudah, terlebih jika dia telah mempunyai seseorang di sisinya. Tapi, kenapa rasa ini tidak pernah hilang? Kenapa hati ini tidak bisa berhenti mencintainya? __________________________________________...