Chapter 23

3.2K 149 5
                                    

Setiap kali ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, cara terbaik untuk melupakannya adalah dengan menyesap segelas teh hangat lalu tidur dengan lelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap kali ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, cara terbaik untuk melupakannya adalah dengan menyesap segelas teh hangat lalu tidur dengan lelap. Teh hangat memang selalu berhasil merilekskan pikiran dan membuatku mengantuk, terlebih teh dari seduhan bunga chamomile.

Teh chamomile tidak mengandung kafein namun tinggi akan kandungan apigenin yang berfungsi untuk memengaruhi reseptor di otak untuk mengurangi rasa cemas. Menurut penelitian dari Universitas Michigan tahun 2011, konsumsi 270 mg ekstrak chamomile selama 28 hari, bisa mengurangi risiko terbangun di tengah malam.

Namun kali ini cara itu tidak mempan sama sekali. Sudah hampir empat gelas teh chamomile hangat yang ku habiskan, namun mataku tetap saja terbuka dengan lebar, tidak ada tanda-tanda ingin beristirahat sedikit pun. Terlebih, sekelebat kejadian hari ini selalu menghantuiku, termasuk Arkana yang tidak bisa dihubungi hingga sekarang. Bahkan lelaki yang dijadwalkan kembali ke Bandung hari ini itu benar-benar hilang seperti ditelan bumi.

Aku menengguk sisa tehku yang tinggal sedikit hingga kandas lalu meletakkan gelasnya ke atas meja bar dengan pandangan menerawang. Perkataan Tante Lusi waktu itu terus terngiang-ngiang di kepalaku.

"Jauhi Arkana, saya tau kalian punya hubungan lebih dari sekedar sahabat."

Kata-kata itulah yang menyambutku kala mendudukkan diri tepat di depan Tante Lusi. Aku merasa bingung sekaligus takut. Bingung kenapa Tante Lusi bisa mengetahui hubunganku dengan Arkana dan takut jika beliau berbuat sesuatu untuk menjauhkan Arkana dariku. Lelaki itu telah memiliki tunangan, gadis yang dipilih langsung oleh keluarga Mahaprana untuk dijadikan menantu. Tentu saja Tante Lusi akan berusaha memisahkan ku dari Arkana kan?

Sebenarnya, aku ingin sekali menjawab perkataan Tante Lusi dengan segala kalimat yang telah terajut di benakku, tapi tentu aku tidak akan melakukannya jika ingin hubunganku dengan Arkana baik-baik saja. Walau bagaimana pun, wanita yang duduk di depanku ini merupakan wanita yang telah melahirkan orang yang teramat ku cintai. Jadi aku lebih memilih untuk berdiam diri dan menjadi pendengar yang baik sebagai bentuk hormatku kepada beliau.

"Kalo hubungan kalian sampai ke telinga suami saya, kita ngga akan tau apa yang akan dia perbuat buat misahin kalian. Saya mencemaskan anak saya, jadi tolong jauhi Arkana." Tante Lusi menatapku tajam, tangannya yang sedikit keriput ia letakkan di atas meja. Ekspresi wajahnya datar dan sulit untuk menebak apa yang tengah dipikirkannya saat ini.

"Tapi Arkana sama Kyra ngga setuju sama perjodohan itu, Tante." Akhirnya, aku sudah tidak bisa lagi menahan mulutku untuk berucap.

Tante Lusi berdecih, matanya yang berwarna cokelat terang menatapku remeh."Tau apa kamu?" Sahutnya dengan nada yang sedikit tinggi. "Meskipun anak saya tersiksa di awal, itu semua sebanding dengan apa yang bakalan didapatkannya di masa depan."

Can't Stop LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang