Chapter 28

3.3K 168 7
                                    

(Carnegie Hall, New York)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Carnegie Hall, New York)

Aku duduk di depan grand piano seraya menatap lembaran partitur dengan serius, berusaha untuk fokus meskipun jantungku berdetak heboh di dalam sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku duduk di depan grand piano seraya menatap lembaran partitur dengan serius, berusaha untuk fokus meskipun jantungku berdetak heboh di dalam sana. Aku mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan pelan, memusatkan pikiran sebelum jemariku menekan tuts piano, lantunan lagu 'Song Of The Sea' menggema di dalam Carnegie Hall.

Lembut, penuh perasaan, tapi tangkas dan terampil. Jemariku menari dengan indah, menjadikan bilah piano laksana lantai dansa. Aku merindukan ini, tampil di depan banyak orang dan membuat mereka terpaku hanya kepada permainan pianoku.

Rasa bangga itu perlahan menyusup masuk ke dalam dada, bangga karena di tengah ribuan orang yang begitu mencintai musik klasik, aku bisa memperkenal salah satu karya bangsa. Memperlihatkan kalau musik Indonesia tidak kalah bagus dari musik dari negara lain.

Setelah empat tahun bekerja sebagai sekretaris, baru kali ini aku merasa berada di tempat yang tepat. Aku tidak menyesal telah melepas mimpi, namun rasanya sangat sayang menyia-nyiakan empat tahunku tanpa bermain piano di atas panggung.

Ah, andai Arkana di sini dan melihatku seperti dia menemani ketika aku mengikuti Sydney International Piano Competition, pasti aku merasa lebih lengkap. Aku memejamkan mata, menekan tuts piano penuh perasaan lalu kembali membukanya begitu suara tepuk tangan menggema. Senyumku terbit, aku menyelesaikan permainanku dengan sempurna.

Memantapkan hati, aku bangkit dari dudukku kemudian berdiri di tengah panggung. Memegang dadaku lalu membungkuk selama beberapa saat sebelum meninggalkan panggung bersamaan dengan suara tepuk tangan dari ribuan orang yang memenuhi bangku-bangku Carnegie Hall.

Dibelakang panggung, aku disambut pelukan hangat Felice Kirana dan George Margono, dua pianis Indonesia yang berasal dari Kota Surabaya.

Felice Kirana, pemain piano klasik kelahiran Jember, Jawa Timur yang masih berusia delapan tahun itu menjadi pembuka konser ini. Di umurnya yang terbilang masih sangat muda, dia berhasil melantunkan komposisi Jazz Waltz Triplet Falls yang merupakan karya musisi Jazz asal Australia, Kerin Bailey dengan begitu sempurna.

Can't Stop LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang