Chapter 25

3.3K 164 6
                                    

Sekitar tiga bulan yang lalu, aku iseng mengirimkan rekaman permainan pianoku ke panitia American Protege International Music Competition di New York

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekitar tiga bulan yang lalu, aku iseng mengirimkan rekaman permainan pianoku ke panitia American Protege International Music Competition di New York. Semua itu sungguh hanyalah keisenganku yang belum mau melepas mimpi. Yeah, aku memang sering melakukan hal itu. Tapi dua minggu kemudian, aku diberi kabar bahwa berhasil meraih juara pertama di ajang tersebut. Hadiahnya sudah dikirimkan ke apartemenku tiga hari setelah pengumuman.

Aku pikir setelah itu selesai. Namun ternyata tidak, orang yang baru saja meneleponku mengabarkan bahwa aku di undang untuk tampil di Carnegie Hall, Manhattan, New York bersama pemain instrumen lain yang berhasil memperoleh kemenangan diberbagai ajang musik di AS. Ah, sebenarnya undangan itu sudah mereka kirimkan bersamaan dengan hadiah kemenangan ku. Tapi yeah, karena ku pikir itu hanyalah kartu ucapan selamat, jadi aku tidak tertarik membukanya sama sekali.

Dan sekarang aku sudah tidak punya banyak waktu untuk mempersiapkan penampilanku. Parahnya, mereka menyuruhku memainkan komposisi "Song Of The Sea" karya komposer Indonesia Trisutji Kamal yang belum pernah ku mainkan sama sekali. Selama ini, aku terfokus memainkan komposisi klasik dari luar. Yeah, salahku yang kurang mencintai musik Indonesia.

Oh salah, ada yang lebih parah dari itu semua. Setelah tampil di Carnegie hall, pianis yang berasal dari Indonesia akan tampil membawakan komposisi Nusantara, aransemen Sienny Debora dalam pertunjukkan untuk undangan khusus yang diadakan di Kantor Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) New York.

Aku sungguh menyesal tidak membaca kartu undangan itu. Namun nasi sudah jadi bubur, sebelum buburnya berubah menjadi lebih buruk, yang harus ku lakukan adalah berusaha semampuku. Mulai malam ini, aku akan begadang untuk mempersiapkan penampilanku. Setidaknya, dengan berbagai kesibukan yang ku ambil, aku bisa sedikit melupakan masalah yang tengah menimpaku dan Arkana, sesuai dengan permintaan lelaki itu.

Sebenarnya aku bisa saja beralasan tidak bisa hadir karena suatu hal mendesak, tapi itu kesempatan bagus yang tidak mungkin ku lewatkan. Karena yeah, tekad ku untuk menunjukkan kemampuanku dan mendapatkan pengakuan dari dunia masih begitu besar. Meskipun selama empat tahun ini aku mengubur mimpiku dalam-dalam, tapi saat ini mimpi itu kembali memberontak dan menunjukkan taringnya.

"Lo ngga papa kan?"

Suara bass Keiser sukses membuatku terlonjak kaget. Aku menoleh dan mendapati Keiser tengah berdiri tepat di belakangku. Akhir-akhir ini aku memang sering tidak fokus, jadi sudah bukan hal luar biasa ada orang yang membangunkan ku dari dunia lamunan secara tiba-tiba.

"I'm fine." Aku melempar senyum lalu menyingkir dari pintu masuk pantry. "Lo ketemu ngga sama Kana? Eh, maksud gue Pak Arkana."

Kekehan Keiser terdengar. "Sans aja kalo sama gue, Sya." Ucapnya seraya mengikutiku memasuki ruangan kecil itu. "Gue ngga ketemu sama Pak Arkana, berkasnya gue kasih ke Mas Bian kemaren."

Can't Stop LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang