Chapter 9

5.8K 273 2
                                    

"Not! You promised, right? We'll handle it together!"

Aku melepaskan pelukan Arkana lalu berusaha bangkit dari atas pangkuannya. Namun lelaki itu tidak mengizinkanku beranjak, ia memegang pinggangku erat dan menatapku memohon.

Setelah sarapan kesiangan tadi, aku dan Arkana memutuskan menghabiskan waktu di apartemenku. Mengganti waktu yang telah terlewat begitu lama. Yeah, tidak akan sepadan, namun momen seperti ini tidak boleh dilewatkan.

Suasana yang begitu damai tiba-tiba saja berubah menjadi begitu menyebalkan ketika Arkana mengangkat topik orang tuanya. Dia ingin menyelesaikan masalah orang tuanya sendiri, tanpa bantuan ku karena dia menganggap dia masih mampu mengatasinya. Dan tentu saja aku tidak setuju!

"Sya, please... Listen, aku ngga mau kamu berurusan sama orang tua aku. Mereka bukan tandingan kamu."

Bukan tandingan ku? Lalu aku harus membiarkan dia melawan orang tuanya sendiri? Tentu saja aku tidak akan setuju! Semua ini tentang kami berdua, demi kelangsungan hubungan kami, lalu kenapa dia ingin berusaha sendiri padahal ada aku disini?

"Tapi aku nggak ma—" Ucapanku terhenti karena Arkana melayangkan satu kecupan singkat di bibirku.

Tangannya membelai pipiku lembut lalu senyum menenangkan terbit di bibirnya. "Sya, We'll handle everything together, but orang tua aku itu biar jadi urusan aku, okay? Aku ngga pengen kamu kenapa-kenapa kalo ikut campur dan kamu tenang aja, mereka ngga akan nyakitin aku karna aku anaknya. Hmm?"

Aku menghela napas, melingkarkan kedua tangan di lehernya lalu menatap Arkana pasrah. "Okay, tapi aku harus apa? Apa yang bisa aku bantu?"

"Stay with me, that's all i need."

Bibirku berkedut, berusaha menahan senyum yang ingin terbit. "Sejak kapan kamu bisa ngomong manis kek gitu?"

"Sejak kenal kamu." Arkana mengedipkan matanya seraya tersenyum manis.

Dasar genit!

"Udah berapa cewek yang kamu gombalin?" Aku menatap Arkana galak.

Sepanjang aku mengenal Arkana, aku belum pernah mendengarnya merayu seperti itu. Apa di belakangku dia sering berkata manis ke perempuan lain? Okay, aku dan segala pemikiran buruk ku memang sangat susah dipisahkan.

"Banyak." Ucapnya santai.

Aku langsung melotot, memukul-mukul bahunya brutal. "Berapa?"

Lalu tawa Arkana pecah, ia mengacak-acak rambutku setelah mengunci kedua tanganku dengan satu tangannya.

Apanya yang lucu? Bibirku mengerucut, menatap Arkana tajam dan berusaha membebaskan tanganku darinya. Sepertinya, masih banyak yang tidak ku ketahui tentang Arkana. Salah satu contohnya adalah sifat menyebalkan yang membuatku ingin sekali menendangnya hingga ke Mars ini. Dan oh, jangan lupakan mulut manisnya!

"Ngga lucu." Ucapku ketus.

Tawa Arkana terhenti, meninggalkan senyuman geli di wajah tampannya. Dia melepaskan tanganku lalu merapikan rambutku yang diacak-acaknya.

Aku hanya diam, tidak mau menatapnya. Wajahku masih cemberut, benar-benar kesal mendengarnya tertawa. Aku tahu kalau dia berbohong. Mana mungkin Arkana si lelaki minim ekspresi di depan banyak orang itu merayu seorang gadis, itu sangat tidak masuk akal. Tapi tetap saja aku kesal mendengar dia mengucapkannya. Ugh, entah kenapa aku merasa seperti ABG baru merasakan cinta. Menyebalkan!

"Sayang...."

Apa? Aku tidak salah dengarkan? Oh my! Arkana sangat pintar merayu! Pipiku langsung merona, namun aku berusaha mempertahankan wajah cemberut ku dan tidak mau menatapnya. Tapi ini sulit sekali, bibirku berkedut menahan senyum.

Can't Stop LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang