"Huuh...."
Suara hembusan kasar terdengar jelas di dalam kamar mandi. Aku menatap pantulan diriku di cermin lalu mengacak-acak rambut, merasa frustasi melihat bayanganku yang tampak mengerikan.
Arkana memang tidak pernah main-main dalam memberikan hukuman, tidak kepada karyawan dan tidak juga kepada kekasihnya sendiri. Lihat saja apa yang terjadi pada diriku saat ini. Dari leher, bahu hingga ke dada paling atas, dipenuhi jejak kemerahan dan beberapa ada yang membiru keunguan.
Lelaki itu tidak memberikan sedikit pun celah untukku bisa kabur semalam. Dengan kekuatannya yang luar biasa, ia menahanku di atas kasur hingga tengah malam. Tahu apa yang dilakukannya? Dia menciumku habis-habisan. Memberi tanda di sana-sini, pada tempat-tempat yang tidak tertutupi gaun malam yang aku kenakan. Bahkan bibirku juga jadi sasaran empuk serangan Arkana. Namun meskipun begitu, aku sedikit lega Arkana bisa menahan dirinya untuk tidak berbuat lebih intim dan menenggelamkan kami ke kubangan dosa.
"Sya?"
Ketukan pintu dan suara serak Arkana terdengar bersamaan. Aku menghela napas, berusaha meredam kekesalan yang memuncak. Jika saja tidak mengingat akulah yang salah karena tidak mengindahkan larangan Arkana agar tidak memakai pakaian terbuka, sudah bisa dipastikan saat ini Arkana akan babak belur olehku.
"Sasya? Kamu ngapain di dalem lama banget?"
Dengan perasaan kesal yang masih bercokol di dada, aku membuka pintu dan menemukan Arkana dengan wajah baru bangun tidurnya di depan pintu. Aku mendatarkan wajah dan berlalu dari hadapan Arkana tanpa mengucapkan sepatah kata pun lalu menghampiri koperku yang tergeletak di dekat sudut ruangan, belum sempat aku bereskan. Aku mengambil baju ganti lalu membiarkan koperku terbuka begitu saja kemudian kembali menuju kamar mandi.
Arkana masih terdiam di depan pintu kamar mandi, mengikuti setiap pergerakanku dengan mata elangnya tanpa mengeluarkan suara. Sengaja, aku menyenggol lengan Arkana dan menutup pintu kamar mandi dengan keras. Childish memang, tapi hanya itu satu-satunya cara yang terlintas di pikiranku untuk menunjukkan betapa aku kesal kepada lelaki itu.
Disaat aku selesai melakukan ritual pagiku, Arkana sudah berpindah posisi ke atas kasur, memainkan ponsel sambil rebahan. Lelaki itu mengalihkan pandangannya dari ponsel dan duduk dengan tegak begitu matanya bertemu pandang denganku.
Aku hanya menatap Arkana beberapa detik, tidak ingin raut datar yang sengaja ku buat runtuh begitu saja melihat Arkana memasang wajah seperti anak kecil meminta belas kasih. Tidak, aku tidak akan luluh secepat itu. Oh ya ampun, aku sungguh merasa kesal!
Dari dulu hingga sekarang, Arkana paling takut jika aku mendiamkannya seperti ini, mengabaikan kehadirannya dan tidak membuka mulut sedikitpun. Karena menurutnya, itu lebih menakutkan dari pada aku mengomel sepanjang hari. Sejujurnya, aku juga menakutkan hal yang sama. Namun Arkana bukan tipe orang yang kalau sedang marah memilih diam. Dia orang yang suka berterus terang, menyuarakan isi hatinya hingga tuntas dan aku sungguh bersyukur akan hal itu karena tidak perlu menebak-nebak apa kesalahan yang telah ku perbuat.
"Jangan diem mulu dong, sayang." Tiba-tiba Arkana memelukku dari arah belakang, ia melingkarkan lengan kokohnya di sekitar bahuku. Sebenarnya aku kaget, sangat. Pergerakan Arkana tidak terbaca sebab aku membelakangi ranjang, namun sebisa mungkin aku menutupinya. Tidak lucu kan kalau dalam aksi diamku, aku memekik kaget?
Lagi-lagi aku tersentak, tangan Arkana yang tadinya berada di bahu perlahan turun ke perutku, mengusap dengan gerakan pelan di sana. Terlebih mulutnya yang semalam menghajarku habis-habisan kini bertengger di tengkukku, memberi ciuman-ciuman kecil.
Perbuatan Arkana berhasil membuat jantungku bekerja dua kali lebih cepat. Ingin sekali aku mengumpat dengan keras namun aku tidak ingin terpancing, Arkana sengaja melakukan itu untuk membuatku mengeluarkan suara. Aku sangat tahu bagaimana otak liciknya bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Stop Loving
Romance(Welcome!!!) Memperjuangkan seseorang itu tidaklah mudah, terlebih jika dia telah mempunyai seseorang di sisinya. Tapi, kenapa rasa ini tidak pernah hilang? Kenapa hati ini tidak bisa berhenti mencintainya? __________________________________________...