Chapter 6

6.2K 350 3
                                    

"Makasih udah ngantarin gue."

Arkana tidak mengatakan apapun, lelaki yang duduk di sampingku itu tetap diam dengan pandangan lurus ke depan. Sikapnya yang seperti ini sungguh membingungkan, lelaki itu semakin sulit untuk di tebak. Dia seperti memiliki sejuta misteri yang tidak bisa dijangkau.

Melihat keterdiamannya, aku memutuskan untuk segera beranjak dari mobil. Namun, niatku tidak bisa terlaksana karena tepat setelah aku membuka seat belt, Arkana menahan tanganku dalam genggaman tangannya yang besar.

"Lo kenapa?"

Keningku berkerut begitu mendengar pertanyaannya. "Gue ngga kenapa-kenapa."

Helaan napas keluar dari mulut Arkana, dia mengalihkan pandangannya ke arah ku lalu menyorot dengan tatapan lelah. "Lo bohong."

"Gue ngga bohong. Lo kenapa sih, Ka? Emang gue kenapa?" Aku balas menatapnya.

"Dari tadi lo ngga ngeluarin sepatah kata pun, lo marah karna gue maksa ngantar lo pulang? Tapi lo tau kan gue ngelakuin itu karna gue cemas sama lo?"

Wajah tampannya yang terlihat lelah tampak gusar, tangannya semakin erat memegang tanganku. Sebenarnya Arkana kenapa? Sikapnya begitu aneh dari kemaren.

"Gue ngga marah, Kana. Gue cuman capek doang, lo tau kan gue ngga suka banyak omong kalo udah capek." Suaraku melembut, berusaha memberinya pengertian.

"Serius karna itu? Ngga karna yang lain kan?"

Aku menggeleng pelan, "Enggak, ngga ada alasan buat gue marah sama lo."

"Ah syukurlah, gue kira lo marah sama gue. Gue takut banget tau ngga sih, Sya."

Apa yang dilakukan Arkana setelahnya berhasil melemahkan segala fungsi otakku dengan mudah. Aku hanya terdiam kaku ketika merasakan benda kenyal yang dingin menempel di dahi, setelah terlepas, pelukan hangat mengukung tubuhku.

Parfum Guess by Marciano Man yang memiliki perpaduan aroma jahe, jeruk mandarin, dan ice tonic tercium oleh hidungku. Ah, parfum kesukaan Arkana ini berhasil membuatku terlena. Terlebih baunya yang telah bercampur keringat menambah kesan manly.

Pelukan yang tidak diketahui dalam rangka apa ini, berhasil membuat hatiku menghangat. Rasa panas mulai menjalar ke pipi, jantungku berdetak tidak karuan. Ini pertama kalinya Arkana memelukku setelah dia mempunyai pacar. Ah lebih tepatnya, pertama kalinya ku izinkan. Karena aku sadar diri, Arkana sudah ada yang punya, jadi aku tidak bisa memperlakukan Arkana sama seperti sebelum dia mempunyai Kyra disisinya.

Tunangan! Arkana udah punya tunangan, Sya! Sadar diri!

Panik, aku segera mendorong dada Arkana dengan kuat. Namun lelaki itu mempererat pelukannya, mengurung kedua tanganku diantara dadanya dan dadaku, membuatku tidak bisa leluasa mendorong Arkana menjauh.

"Ka, lepasin." Aku berucap lirih, masih tidak mau memberhentikan gerakan tanganku meskipun sulit.

"Sebentar doang, Sya. Gue bener-bener lagi butuh pelukan lo." Ucap Arkana lirih, lalu lelaki itu semakin mempererat pelukannya, membenamkan wajahnya di ceruk leherku seraya beberapa kali mengendusnya.

Tanganku semakin terhimpit dan tidak bisa digerakkan. Aku sangat tahu apa yang ku lakukan dengan Arkana saat ini merupakan kesalahan besar, Arkana telah mempunyai tunangan, tidak seharusnya aku dan dia berada dalam posisi intim seperti ini. Namun mendengar suara lelah yang jarang sekali diperlihatkannya, berhasil membuatku menyampingkan logika.

Aku balas memeluk pinggang Arkana, mengelus-ngelus punggungnya dengan lembut. Pelukan seperti ini tidak sekali dua kali terjadi diantara kami karena Arkana akan selalu mencari ku ketika ia punya masalah. Namun itu dulu, sebelum dia mengenalkan Kyra kepadaku. Aku sadar diri dan segera menarik diri agar tidak terlalu dekat dengan Arkana. Tidak membiarkannya memelukku meskipun masalah berat hinggap di punggungnya.

Can't Stop LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang