Special Part: Arkana POV

4.7K 218 5
                                    

Bagian ini hanya terdapat narasi. Enjoy:)

***

Dr. Helen Fisher, seorang ahli dalam hal hubungan dan percintaan, menyatakan bahwa laki-laki lebih cepat merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Sebab, laki-laki itu kebanyakan sangat pintar menilai seseorang terutama perempuan. At the least, secara visual.

Berbeda dengan perempuan yang lebih menilai menggunakan perasaan, lelaki lebih ke apa yang tampak di depan mata. Meskipun tidak selamanya kami, kaum lelaki mencari pasangan dengan melihat visual terlebih dahulu.

Tapi yeah, pendapat dr. Helen Fisher menurutku benar. Karena apa? I experienced it myself.

Wait, jangan berpikir aku lelaki bucin yang gampang untuk merasakan nikmatnya jatuh cinta. Salah besar. Karena sebelum mengenal yang namanya cinta, yang ku lakukan hanyalah melakukan berbagai cara agar orang tuaku bangga dan merasa bersyukur memiliki aku sebagai anak. Cinta itu tidak penting untukku.

Well, sebenarnya aku bukanlah anak penurut, awalnya. Sebelum satu rahasia terkuak dan berhasil mengubahku menjadi manusia yang baru. Menjadi Arkana pendiam dan selalu mengikuti apa yang di katakan mama dan papa. Okay, ignore the frivolous story.

Namanya Sasya Aulia Azhar. Gadis manis anak perempuan Mr. Azhar yang merupakan pemilik perusahaan TI terbesar di Indonesia, bahkan bisnisnya telah merambah ke mancanegara. Yeah, dialah cinta pertamaku. Orang yang membuatku percaya akan namanya love at first sight.

Berbeda dengan kebanyakan lelaki lain yang jatuh cinta akan parasnya yang tidak diragukan lagi kecantikannya, aku malah jatuh cinta pada musiknya. She is very extraordinary, especially when playing the piano.

Saat itu, hari terakhir MOS. Kami disuruh menampilkan bakat per kelompok. Dan perlu diketahui, aku sangat malas dengan acara tidak penting seperti itu. Jadi yang ku lakukan adalah duduk di barisan tengah dan menangkupkan wajah ke atas lutut.

Suasana yang cukup ribut itu berhasil meloloskan ku dari teguran senior. Mereka sibuk memarahi anak-anak yang mengobrol. Aku tidak menyalahkan anak-anak lain yang tidak berminat menonton penampilan bakat itu, karena memang tidak ada yang menarik. Penampilan mereka terlalu biasa dan membosankan.

Tapi, suasana yang kurang kondusif itu tiba-tiba saja hening kala denting piano menggema di seantero aula. Merasakan hal aneh, aku mendongak dan terpaku.

Disana, di atas panggung yang bisa dikatakan cukup mewah, seorang anak gadis duduk di depan sebuah piano. Jemarinya bergerak lincah di atas keyboard. Senyum tipis terpantri di bibirnya, rambut kepang duanya yang dihiasi plastic bag warna-warni yang telah dipotong rapi melambai-lambai mengikuti pergerakan tubuhnya. Kalungnya yang terbuat dari berbagai rasa bungkus permen pun bergerak. Gadis itu tampak sangat menikmati apa yang dilakukannya.

Suara piano yang dihasilkan jemari lentik itu begitu indah dan menggetarkan hati. Bibirku yang sangat jarang sekali melengkungkan senyum terangkat. Rasa damai menghangatkan hati perlahan menyusup.

Aku sangat bingung kala itu, tentang apa yang tengah terjadi. Mataku tidak bisa berpaling barang sedetik pun. Jantungku berdebar-debar tidak karuan dengan wajah menghangat. I'm falling in love with her and her music.

Itulah kali pertama aku mengenal Sasya, gadis manis yang berhasil meluluh lantakkan dunia tenang ku.

Setelahnya, aku mendapati diriku dan Sasya satu kelas. Tentu saja rasa bahagia membuncah memenuhi dadaku. Namun aku terlalu pengecut untuk mengajaknya kenalan. Yang bisa ku lakukan hanyalah memperhatikannya diam-diam.

Can't Stop LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang