Dua puluh empat hari, selama itu aku belum bertemu Arkana sama sekali. Setelah menyelesaikan masalah monopoli toko di Surabaya, Arkana langsung terbang ke Malang. Aku membujuknya untuk jangan ke Bandung dulu karena takut dia akan semakin kelelahan dan tentu saja aku berhasil.
Dua hari di Malang, Arkana terbang lagi ke Jakarta untuk meeting bersama Hartono Corp. dan melakukan kunjungan di Mall Jakarta dan gedung apartemen. Setelahnya ia tidak berhenti mengunjungi kota-kota lainnya.
Tempat terakhir yang harus dikunjungi Arkana adalah Kuala Lumpur, mengecek perkembangan proyek yang telah berlangsung sekitar empat bulan. Dan hari ini, lelaki itu kembali ke tanah air.
Aku tidak bisa mendeskripsikan bagaimana tidak sabarnya aku bertemu dengannya. Namun tentu saja aku tidak bisa menjemputnya ke bandara karena akan ada Mas Bian dan beberapa orang lainnya yang menemani Arkana. Untuk saat ini, aku tidak ingin hubunganku dengan Arkana diketahui, tidak ingin Arkana dicap sebagai lelaki brengsek karena dia sudah punya tunangan.
Akhirnya, aku memutuskan menunggu Arkana di apartemennya tanpa sepengetahuan Arkana. Beberapa hidangan telah aku siapkan dari dua jam lalu untuk menyambut pujaan hatiku itu.
Bunyi suara pintu dibuka mengalihkan ku dari acara lawak di televisi. Aku segera berdiri dan tersenyum lebar kepada seseorang yang tampak cengo menyadari kehadiranku di kediamannya.
Aku segera berlari dan menghambur kedalam pelukan Arkana. Menyalurkan kerinduan yang membuncah. Oh ya ampun, aku sangat merindukan pria ini! Wanginya, senyumnya, semuanya! Aku merindukan semua yang ada pada dirinya.
Arkana membalas pelukanku tak kalah erat. Ia mengangkat tubuhku, aku segera melingkarkan kaki di sepanjang pinggangnya dan memeluk lehernya kian erat.
"I miss you so bad, babe." Ucapnya pelan di telingaku.
"Me too." Balasku menahan tangis.
Ngga boleh cengeng! Jadi, sekuat yang aku mampu, aku berusaha tidak menitikkan air mata.
Lalu, Arkana membawaku ke sofa dan mendudukkan dirinya di sana dengan aku yang berada di pangkuannya. Ia meregangkan pelukan kami dan menatapku dalam. Tangannya terangkat, membelai wajahku lembut lalu bibirnya bersarang di bibirku, melumatnya dengan tergesa.
Dia baru melepaskan tautan bibir kami ketika aku memukul bahunya pelan. Aku mengambil napas sebanyak-banyaknya dengan mata menatap Arkana jengkel, dia tidak mengizinkan ku mengambil napas barang sejenak dan berhasil membuatku sesak napas.
Lelaki itu terkekeh lalu mengecup sudut bibirku singkat. "Tadi aku ke apartemen kamu." Beri tahunya.
"Ngapain?" Tanyaku heran.
Lagi, Arkana mencium bibirku dan menghisapnya kuat sebelum melepaskannya. "Buat ketemu kamu lah. Udah gedor-gedor tapi ngga ada yang buka, padahal udah ngga sabar buat nyium kamu."
"Pikiran kamu ngga bisa jauh-jauh dari sana, ya!" Ucapku sinis.
Kekehan Arkana terdengar. "Aku kan lelaki normal, wajar dong."
"Itu sih bukan wajar, tapi mesum." Sanggah ku tidak setuju.
"Tapi kamu seneng-seneng aja tuh aku mesumin." Kedua alis Arkana turun naik, senyum menggoda terpantri di bibirnya.
Pipiku sontak merona. "Ka....!" Pekikku malu. Arkana memang seberani itu, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Dan hal itu berhasil membuatku terkaget-kaget, awalnya.
Mata Arkana berkilat geli. "Kenapa? Aku bener kan?"
"Terserah!" Arkana mode menyebalkan telah aktif dan sungguh, aku selalu mati menahan kesal ketika dia sudah berulah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Stop Loving
Romance(Welcome!!!) Memperjuangkan seseorang itu tidaklah mudah, terlebih jika dia telah mempunyai seseorang di sisinya. Tapi, kenapa rasa ini tidak pernah hilang? Kenapa hati ini tidak bisa berhenti mencintainya? __________________________________________...