11

1.8K 95 3
                                    

Perut Milan membuncit dan dia bersiap melakukan sesi pemotretan dengan suaminya.Dan hasil foto itu sempurna sekali,wajah Milan sangat cantik dan segar lalu Vik juga terlihat tampan.Vik bahagia berada di dekat Milan.Hingga kadang dia lupa,ada bagian yang lain dia tinggalkan jauh di luar ini.

Jam 12 malam ponsel Vik berdering ternyata dari Indria.Lalu dia ganti baju dan bergegas pergi.Tapi Milan tidak mau di tinggal dirumah,dia merajuk.Dia ingin Vik tidak meninggalkannya.Karena Milan berkata sudah seperti merasakan kontraksi.Vik akhirnya memutuskan untuk tetap berada di rumah,padahal Indria menunggu Vik.

Dirumah Indria sangat bingung,karena Vicya demam tinggi sampai mengigil.Dia lalu bergegas mengetuk pintu tetangga depan rumahnya untuk menjaga kedua putranya yang tertidur pulas.

"Mpok titip ya Aya sama Elya tidur didalam"kata Indria pada tetangga yang nggak jauh dari rumahnya.

Dengan kebaikan hati Mpok Euis,dia menjaga anak-anak yang lain.Lalu suaminya mengantarkan Indria kerumah sakit.Indria bingung dan kacau sekali,dia menggendong anaknya masuk kerumah sakit.Indria melihat Vicya kesakitan dan memanggil manggil Ayahnya.Hati Indria terasa sakit saat jarum infus itu mengenai tangan Vicya.

Rasanya sangat iba sekali melihatnya terbaring lemah,dia menjaganya seorang diri.Dan tidak ada tanda-tanda Ayahnya datang.Pagi-pagi Vivek datang kerumah sakit dan semalam tidak mendengar karena ponselnya mati.

"Mah,Ayah...telepon Ayah mah,suruh Ayah pulang"rengek Vicya.

Indria melepon tapi tidak ada jawaban.Lalu Indria menelepon Ishak meminta nomer ponsel Milan.

"Halo selamat pagi ini siapa?"

"Ini Indria,mas Vik ada kan?"

"Telepon aja sendiri,kenapa telpon gue"kata Milan sedikit ketus.

"Udah,tapi nggak bisa.tolong sampaikan kalau Vicya sakit sekarang opname dirumah sakit"

"Oh..butuh duit?iya nanti deh kalau udah bangun gue sampaiin.dia masih tidur,pules banget.Nggak berani bangunin"ucap Milan sambil menutup telepon.

Indria tersungkur lemas,dia menangis di lorong itu.Hatinya gusar karena dia menunggu tapi Vik tidak kunjung datang.Lalu ketika Vicya tidur dia bergantian jaga dengan Vivek.Rencananya mau pulang sebentar,tapi Indria merubah arah.Dia akan menemui Vik dirumahnya.Terserah mau di apain aja,dia berjuang demi anaknya.

Sampailah di rumah bertingkat mewah itu.Didepannya ada kamera,dia meminta ijin untuk bertemu tapi satpam tidak mengijinkan dia masuk.Indria menunggu di depan gerbang itu siapa tahu ada yang keluar.Lalu ada yang  membuka gerbang itu.Indria menerobos masuk,dan tidak perduli ada yang meneriakinya.Dia masih ingat betul bagian dalam ruangan itu.Dia sedikit berlari ketika berteriak memanggil-manggil suaminya.Hingga satpam penjaga menangkapnya.

"Mas...keluar mas...mas!!!!"Indria berteriak seperti kesetanan.Lalu mami Vik datang.

"Ada apa kamu teriak-teriak seperti itu.nggak tahu sopan santun"

"Vicya sakit mi,dirumah sakit.pengen ketemu sama Ayahnya"

Ibu Vik meminta pada asistennya untuk mengambil sesuatu.Lalu dia melemparkan tepat mengenai muka Indria.

"Kamu mau itu kan?ambil!lalu pergi"ucap mami Vik sengit.

"Mi,vicya hanya mau ketemu Ayahnya.Nggak lama,sebentar saja"ucap Indria sembari menyerahkan gepokan uang itu pada ibu Vik.Betapa sombongnya mereka pada Indria,hati Indria teriris-iris.Dia masih ingat perlakuan yang dulu itu.Lalu Indria akan menaiki tangga rumah itu dan mencari kamar Vik.Tapi maminya berteriak untuk memerintahkan pada penjaga.

"Seret dia keluar!"ucap Mami Vik.

"Mas...mas keluar..anak kita sakit..."ucap Indria dengan derai air mata.

"Lepaskan dia,jangan sampai ada yang menyentuhnya seperti itu"

Ternyata ayah Vik yang berbicara.

"Terimakasih pi"suara Indria meracau.

Papi Vik menyuruhnya duduk dan si mbak memanggil Vik kekamarnya.Lalu dia turun dengan Milan.Indria menatapnya dari bawah.

"Anak kita sakit,dirumah sakit,nyari kamu.kamu aku telpon nggak bisa.tolong jenguk dia sebentar.aku pamit"kata Indria dengan menahan getirnya kehidupan ini.Dia berpamitan lalu keluar dengan sedikit tergesa.

"Ibu"ucap Ishak di ambang pintu carport.
Dia melihat Indria menangis keluar dari dalam.Vik mengejarnya dan Indria tidak menghiraukan lagi.Dia merasa ini sudah selesai.

"Berhentilah"teriak Vik.

Indria menghentikan langkahnya dan Vik ingin dia masuk mobil.Tatapan Indria sangat kosong,hanya berlinangan airmata.Dia sangat kecil,dia tidak bisa melakukan apapun selain menerima hinaan itu.Bagaimana perlakuan maminya Vik tadi,yang melempar gepokan uang itu ke mukanya.Dia hanya ingin sosok.yang di sebelahnya ini,bukan uang yang dia miliki.Sesampai dirumah sakit.Indria berlari kecil kekamar anak mereka.Vicya menangis dari tadi karena mencarinya.

"Sudah jangan sedih.Ayah pulang"ucap Indria menenangkan anaknya.
Lalu Vik mendekati anaknya,menciumnya dan Vicya tampak senang sekali melihat ini.Dia tidak membiarkan kedua orangtuanya beranjak dari situ.Dari tadi linangan air mata Indria sama sekali tidak bisa berhenti,dia enggan untuk menatap muka Vik lagi dengan senyuman polosnya.Keluarganya berpikir jika Indria hanya mengincar harta dan harta.Betapa rendahnya dia tadi yang harus tabah untuk di hina dan tidak ada seorang pun menolongnya.Bahkan laki-laki yang selalu dia banggakan dan sebutkan dalam doa,laki-laki yang mereka sematkan sebagai suami.

Indria duduk di luar ruangan,dia tidak ingin berdebat apapun dengan Vik.Dia tahu kini Vik bukanlah Vik yang selalu mencintainya.Dia kini telah berubah menjadi Vik anak orang kaya,lulusan Amerika dan seorang pengusaha muda.Vik yang beristri sepadan,apa jadinya jika orang tahu jika dia adalah istri yang sebenarnya.Seorang Istri yang dilindungi hukum,sah di mata agama dan negara.Tapi apa pentingnya sebuah buku nikah,jika hal itu tidak bisa membeli hati seseorang.

"Aku hanya punya ini,nggak punya apa-apa"ucap Indria pada Vik sembari menyodorkan nasi bungkus dan satu kantong plastik teh.Vik hanya melihat dan tidak segera mengambilnya.Lalu Indria membalikkan badannya dan meletakkan di meja.Dia makan bagiannya menggunakan tangan,dia sadar Vik mengamatinya dari tadi.Dan masih saja dia meneteskan air matanya sembari menikmati sesuap nasi yang sangat sederhana itu.

Lalu suster jaga datang dan Vik berbincang sebentar dengan mereka.Menanyakan tentang pergantian ruangan,dia ingin yang lebih baik.

"Tidak usah,biarkan Vicya tetap ada disini.tidak perlu ganti kamar yang lebih bagus"ucap Indria ada Vik.

"Aku mau di ganti saja,disini nggak nyaman.Biar dia bisa cepat pulih"kata Vik berusaha memberi penjelasan.

"Itu tidak perlu!biarkan dia tetap disini.obatnya sama cuma kamarnya yang berbeda.Aku tidak bisa membayarnya"kata Indria sengit.

"Aku ada,jangan khawatir"

Indria melepaskan gengaman tangan itu.Dan Vik tidak terima dengan hal itu,karena Indria tidak pernah sekalipun melawannya.

"Simpan saja uangmu,aku masih bisa gunakan tabungan dari sisa yang kamu berikan setiap bulan.Tidak perlu mengeluarkan uang lagi"

"Kamu tahu ini kelas berapa??ini kelas 2,dan kamu tahu aku bisa menyewa rumah sakit ini"

"Buat apa jika hal itu hanya bisa menjadikan kamu buta"sergah Indria.

"Dia anakku,dan dia berhak dapatkan apapun yang aku punya"

"Dan dia terlahir dari rahimku.itu kesalahannya memiliki ibu seperti aku"

"Kamu bisa diam!!!!!!"ucap Vik dengan memberi tamparan yang sedikit agak keras pada pipi Indria.

Istri Rahasia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang