4

2.5K 108 2
                                    


Pukul 05.00 wib.

Indria memandangi wajah suaminya itu,menciumnya lembut dan Vik semakin erat memeluknya.Hingga Indria harus bergegas karena ada yang mengetuk pintu kamar mereka dengan keras,Indria membenarkan bajunya dan bergegas membuka pintu.

Kakak iparnya datang dan menerobos masuk,membangunkan Vik dengan kasar.Indria sangat ketakutan pada waktu itu,dia pucat pasi karena kakak iparnya sangat marah.

"Bangun kau!jangan membuat malu keluarga.bisa-bisanya kau punya ide gila seperti ini"ucap Vikram kakak Vik.

Dengan sorotan tajam,Hanisha memerintah pada Indria untuk bergegas meninggalkan kamar ini.Tanpa berpamitan pada Vik dia mengambil tasnya lalu pulang.Didepan lobi dia tak sengaja bertemu Milanz yang gelisah mencari Vik.Dengan ucapan yang tajam,dia membentak Indria.

"Lu bisa menang sekarang,ingat ya dia suami gue dan semua keluarganya merestui kami.jadi elu jangan macam-macam"ucapnya dengan menunjuk muka Indria menggunakan jarinya.

Indria hanya diam saja,tak ada perkataan apapun.Dia bergegas keluar dan mencari taksi untuk pulang,sampai di rumah dia langsung memasuki kamarnya.Dia rebahkan dirinya di ranjang itu.Sekarang keadaan sudah berubah,sudah tidak sama seperti kemarin.Dia harus membagi segalanya,dia usapi perutnya.Hidupnya hancur,tak ada lagi yang selalu dia buatkan kopi di pagi hari,tak ada lagi yang selalu menggodanya,menciumi anak punggungnya.

Bebo dan Vivek sudah berdiri di ambang pintu,dia melihat kekosongan Indria.Dia duduk bersimpuh di pinggir ranjangnya dan melihat sinar  matahari dari jendelanya.Rambutnya yang panjang dia biarkan terurai,bahkan dia tidak tahu jika bebo dan Vivek sudah berdiri di belakangnya.Hati bebo teriris ketika dia tahu,Indria melamun dan sempat meneteskan airmatanya.Dia dekap erat album foto pernikahannya,pandangannya kosong.Entahlah apa yang Indria pikirkan,dia seperti menelan lidahnya yang kelu.Sama sekali dia tidak beranjak,seminggu,dua minggu dia seperti itu.

"Aku tidak bisa melihatnya seperti itu ibu"kata Vivek kepada Ibunya.Vivek bergegas mengambil ponselnya,tapi di seberang tidak pernah ada balasan.Vivek naik pitam,dia sangat emosi sekali dengan tingkah saudaranya itu.Lala berusaha menenangkannya.Akhirnya mereka berdua mengendarai motornya,satu-satunya cara adalah kerumah Vik.Ishak membukakan pintu gerbang rumah itu kepada mereka berdua.

Vivek tidak sabar menunggu Vik turun dari lantai atas.Entah masih ada upacara apa di rumahnya.

"Pulanglah Vik,untuk Indria,untuk istrimu,untuk anakmu"kata Vivek dengan meredam amarahnya.

"Aku belum bisa,masih banyak tamu-tamu dan mertuaku berada disini"

"Apa kau bilang?!mertua?!jadi kamu menerimanya!?pikirkan istrimu,keadaannya,dia hamil ,apa kau ingin membunuhnya?!aku tidak bisa melihatnya menderita"ucap Vivek dengan nada meninggi.

"Aku tahu apa yang harus kulakukan.jangan memerintahku seperti itu.kau siapa?Indria istriku dan dia tanggung jawabku.ada apa denganmu??!bahkan aku curiga,apa kau ingin memanfaatkan kesempatan?"

"Apa maksudmu?!kau pikir aku mencintai istri saudaraku sendiri??dulu aku pikir itu gila,tapi lebih baik jika itu benar-benar terjadi.setidaknya dia tidak menderita dan selalu tertawa bersamaku.Daripada dia mati sia-sia karena merasakan ulahmu.dasar kau pengecut"Vivek memborbardir Vik,dan itu membuat Vik sedikit naik pitam.

Mereka berdebat dan akan terlibat baku hantam,lalu Lala masuk ke carport dan melerai mereka.Lala menegaskan kepada Vik jika keadaan Indria sangat memprihatinkan.
Indria tidak mau berbicara,dia tidak mau melakukan apapun,bahkan mandi dan makanpun perlu bantuan.Buang air besar pun di tempat itu,di kamarnya.Pandangannya nanar dan kosong.

Mereka berdua pergi meninggalkan rumah itu,keadaan Indria sangat memprihatikan.Bebo menyisiri rambutnya yang panjang,memandikannya,kadang Lala dan Nania bergantian mengasuh anak-anak mereka.

"Kita harus bawa Indria kedokter"

Vivek dan Lala berpikir bagaimana caranya membawa Indria ke dokter.Keesokannya Lala membuka amplop coklat yang berisi uang.Mereka akhirnya membawa Indria kedokter di antar Ishak menggunakan mobil Vik.

"Ibu Indria Ramchan terkena serangan depresi akut dan harus dirawat dirumah sakit,karena khawatir beresiko dengan kehamilannya".

Dokter memberi penjelasan yang panjang,dan mereka keluar dari ruang itu.Ishak tergerak menelepon bosnya dan mengabarkan keadaan istrinya.Ishak menangis,dia ingat bagaimana baiknya Indria padanya.Lala juga lemas dan memeluk Bebo.

"Dia membuat Indriaku seperti ini,aku benci padanya"ucap Lala dengan berderai airmata.

.....

Vik shock mendengar apa yang Ishak katakan ditelepon.Dia melihat Indria terbaring lemah.Wajahnya pucat pasi dan rambutnya  tidak sehalus biasanya.Dia lalu mengambil jaketnya dan akan menyusul kerumah sakit.Lalu Milanz mengagetkannya.

"Mau kemana??"tanya Milanz

"Ada urusan!"

"Papa mama masih disini.kamu mau kemana??mau menemui dia?!"ucap Milanz sengit.

"Dia butuh aku sekarang"ketus Vik.

Vik tidak perduli Milanz menggerutu dan bagaimana pandangan keluarganya.Dia tidak perduli,dia mengendarai motornya dan pergi kerumah sakit.Dia sedikit berlari tergesa,lalu dari kejauhan dia melihat bebo dan mendekatinya.Lalu bebo menunjukkan tempat Indria dirawat.

Dia pandangi keadaan istrinya,yang kurus dan kering tidak seperti biasanya.Indria tertidur karena dokter memberinya obat.Dia usap rambut itu,dia lihat kantong matanya yang menghitam.Bibirnya sangat kering,dia bukan seperti Indria yang biasanya.Indria yang ceria dan menyejukkan matanya,menggodanya,yang selalu memasak untuknya.

"Aku bersalah"bisik Vik pada Istrinya.Dia elus perut Indria yang membuncit itu.Dia rebahkan kepalanya didekat istrinya dan merasakan sesal yang dalam.Dia genggam tangan Indria,menciuminya.Gadis yang dia bawa dari Solo untuk merubah hidupnya,malah harus terbaring di pesakitan.

Bebo mengagetkan Vik,dia sangat menyayangi anak susunya itu Dia usap kepala Vik mencoba berbicara dari hati ke hati.Tapi Vik tak bisa berkata apapun selain matanya sembab berkaca-kaca,dia merasa bersalah atas semua penderitaan yang Indria rasakan.Indria memang tidak marah,dia tak meluapkan amarah apapun,tapi hanya menyimpannya didalam hatinya sendiri.Hingga dia tidak merasakan derita itu perlahan menghabiskannya dari dalam dirinya sendiri.

"Apakah tidak sebaiknya kita hubungi keluarganya di Solo"kata Nania sembari mengelus kaki Indria.

Vik kaget mendengar ucapan Nania,lalu Bebo menangkap rasa khawatirnya itu.

"Sebaiknya tidak,karena keadaan tidak memungkinkan"ucap Bebo.

"Tapi bu,lihat dia.dia butuh keluarganya"

"Dia lebih butuh suaminya,suaminya harus selalu ada di dekatnya,melindunginya,membahagiakannya bukan malah sebaliknya"

Vik memicingkan matanya seperti busur panah yang siap menyeruak mendengar ucapan mereka.

"Diam kalian,bukan saatnya untuk berdebat seperti ini.Dia akan baik-baik saja,dia anak yang tangguh.kau ingat Vik,ketika dia membantumu saat kau terjatuh?Dia mulai memutar otaknya untuk membantumu,dia sangat mencintaimu.Dia menerimamu dalam keadaan apapun,bahkan ketika kau tidak memiliki apapun.Dukung dia untuk melewati ini,kalian juga anakku.Lakukan yang menurutmu tidak membuat berat sebelah.lakukan itu,untuknya.Lihat raut wajahnya yang tidak berdosa atas hal yang telah orang lain perbuat dalam hidupnya.lihat itu,anakku"kata Bebo dan berjalan keluar meninggalkan didalam ruang itu.

Istri Rahasia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang