16

1.7K 84 0
                                    


Indria mengantarkan pesanan dan menata di meja makan mereka.Dia bergegas menata semua peralatan makan di meja yang mewah itu.Tapi sepemilik rumah meminta Indria untuk membantunya menyajikan juga,karena tiba-tiba mbak yang bekerja dirumah itu pusing dan pingsan.Dengan ringan hati Indria menawarkan diri untuk membantu si tuan rumah.

Lagipula tamunya juga tidak banyak,hanya sekitar 8 orang saja.Indria menyajikan minum dan makanan pembuka.

"Pembantu baru ya???"ucapnya

"Hisss bukan,dia pemilik katering ini,yang masak ini semua sekarang bantuin aku.si mbak tadi pingsan"ucap pemilik rumah.

Sayup-sayup Indria mendengar itu,tapi dia tidak mengambil hati apa yang mereka bicarakan.Indria menunggu di dapur dalam,lalu tiba-tiba si pemilik rumah repot sekali.Dengan berat hati Indria keluar dan menunjukkan aktifitasnya diruang itu.

"Ini istriku"ucap suara yang tidak asing.

"Oya ini mbak Indria,yang nyiapin makan siang kita ini.nanti kalau kalian ada acara dirumah bisa pesen ke dia"kata si pemilik rumah,mempromosikan masakan Indria.

Ada salah satu mata yang tidak berani menatapnya,ada mata yang sendu mencuri pandang dari kejauhan.Indria tahu si pemilik mata itu malu jika semua orang di ruangan ini tahu kebenarannya.Indria lalu masuk lagi kedalam,ternyata pemilik rumah ini adalah rekan bisnis suaminya.Indria menunggu acara itu selesai lalu bantu membersihkannya.

Sebenarnya Vik tidak tega melihat Indria harus beres-beres dirumah orang,mencuci piring dan menyajikan makanan seperti itu.Vik tahu jika Indria pasti tidak masalah dengan hal ini karena itu pekerjaannya terdahulu.Indria bersikap profesional dan tidak memancing keributan disana.Setelah selesai,indria pamit pulang.Di luar Vivek sudah menjemputnya dan Indria sedikit kaget.

"Kenapa kak sampai sini??"

"Suamimu neror aku terus,katanya suruh jemput kamu.ada apa sih???"

"Nggak apa-apa cuma tadi ikut bantu-bantu dirumah ini,karena pembantunya tiba-tiba sakit.memangnya ada apa sih??"

"Aku suruh bilangin kamu,jangan kayak gini lagi"

"Memangnya kenapa sih kak?Indria tuh pertama kali ke Jakarta juga jadi pembantu kan nggak pernah jadi menantu"canda Indria yang garing.

Indria meninggalkan ponselnya di rumah,lalu dia melihatnya.Ternyata banyak panggilan masuk dari Vik.Indria menghiraukannya,karena dia tahu hanya akan ada kemarahan yang tumpah saja.

Dering ponsel memecahkan keheningan malam itu.Indria menerimanya dengan menghela nafas berat terlebih dahulu.

"Iya mas,gimana?"

"Di bayar berapa kamu??uang belanja yang aku transfer masih kurang??aku nggak habis pikir mau ngomong apa lagi sama kamu.Kenapa selalu punya keputusan sendiri??"tanya Vik.

"Apa yang salah??aku hanya menyibukkan diri??"jawab Indria.

"Kamu memang seneng ngrendahin harga diriku sebagai laki-lali ya!!!!!"

"Yang salah di bagian mana?"

"Oh jadi kamu ngga tahu??itu rekan bisnisku.mau di taruh di mana mukaku jika tahu hal yang sebenarnya?mau di taruh di mana???kamu tahu sendiri apa pekerjaanku,kamu harusnya sebagai istri tuh paham!"

"Iya aku paham mas,itu sebabnya aku harus menyembunyikan status kita.aku harus merahasiakan jika aku istrimu yang sah,iya kan??tanpa kamu kasih tahu kaya gini,aku sudah tau diri mas"tutup Indria

Hatinya sungguh terkoyak dengan hal-hal seperti ini,tanpa diperjelaspun dia sudah memahami hal apa saja yang harus di lakukan.Bukan Indria yang nggak kepo dengan suaminya.Dia asik sekali melihat-melihat apa yang suaminya lakukan,ibu mertuanya,madunya.Dia seringkali stalking medsos mereka.

"Kamu tuh ndri.udah aku bilangin berkali-kali.nggak usah stalking,yang rugi sendiri tuh hati kamu.lihat mereka liburan,kumpul,ketawa"kata Lala mencoba menasehati dan Indria hanya mengangguk pelan.

"Aku hanya penasaran,sebahagia apa dia disana sampai nggak pernah pulang,komunikasipun cuma kalau pengen marah-marah"

Vik tampak bahagia sekali saat Milan melingkarkan tangan di pinggang suaminya.Ada beberapa kerabatnya disitu,keluarganya dan kakaknya yang dari India pulang ke Jakarta.Mereka seperti menghadiri pesta pernikahan di Bali dan sekaligus liburan.Dia mengenal Vik sangat baik,sehingga tahu jika Vik tampaknya sangat bahagia kembali ke kehidupan asalnya.

Indria tiba-tiba berpikir untuk pulang ke Solo.Dia kangen sekali pada Bapak ibunya dirumah.Dia tidak pernah merasakan kecewa yang luar biasa walaupun mereka hidup serba pas-pasan.Dia tidak mungkin pulang dengan anak-anak tanpa Vik,orangtuanya akan kecewa jika mengetahui bagaimana nasibnya seperti ini.Indria sembunyikan hal ini,dia memilih untuk merahasiakannya.Bahkan selama ini dia tidak pernah diajak liburan,bahkan ke Monas pun tidak pernah.Ada perasaan kecemburuan juga yang membakar hatinya.

Indria mencari kotak di lemari pakaiannya.Dia membuka kotak itu,dia masih menyimpan kenangannya.Ada sebuah boneka monyet kecil disitu,dia mencoba mengingat.Vik memberinya ketika mereka jalan-jalan di sekaten,sekaten itu sejenis pasar malam di solo.Dan banyak foto-foto mereka dan sebuah amplop-amplop yang berisi surat cintanya.Vik sungguh sweet waktu itu,dan dia membelikan apapun yang  dia suka.Kain sari,tas dari india,anting,gelang kaki semua masih ada.Tidak akan benar jika ada yang bilang Vik tidak mencintainya,Vik tidak pernah jatuh cinta padanya.Semua hal itu seharusnya salah,lalu dia pergi tidur.Besok dia harus mengantar pesanan makanan ke pasar kain.

Pagi ini Indria hanya naik angkot untuk mengantar pesanannya,karena kebetulan sim nya sudah habis masa berlaku.Panas yang terik sungguh menguras dahaganya,dia berhenti di seberang jalan untuk membeli minum dan membeli buah segar.Lalu dia masuk ke sebuah toko dan mengantarkan pesanannya,tidak di sangka Vik ada disana pula.Indria bersandiwara seperti tidak mengenalinya,hal ini wajib dia lakukan.Setelah pemesannya membayar dia pulang,dan hanya memandang suaminya sebentar.Selang berapa lama Vik meneleponnya untuk menunggu di parkiran.Indria menunggu di sana dengan setia.Lalu Vik muncul dan melambaikan tangannya.

Suasana di mobil sangat canggung,Indria meremas tangannya yang gundah sekali.

"Kamu sudah makan?"tanya Vik.

"Belum"jawab Indria polos.

Vik mengajak Indria makan ke sebuah restauran india yang lumayan mewah di kota Jakarta.Indria berpakaian sederhana sekali bahkan tanpa make up,hanya memoleskan lipglos tipis di bibirnya.Indria tampak ragu ketika masuk kesana,dia duduk saja dan sama sekali tidak tahu menu apa yang harus di pesan.Vik yang membantunya.Dan mereka makan siang bersama dan harusnya menjadi makan siang romantis setelah bertahun-tahun.

Setelah itu mereka pulang,tapi raut wajah Indria begitu gusar dan pucat.Dia bingung karena berkali-kali teleponnya masuk.Kakaknya mengabarkan jika Bapaknya sakit dan dia harus pulang.

"Kamu dan Vik harus pulang"kata mas Andri,kakak laki-laki Indria.

Vik yang mendengarnya langsung bereaksi,dia mengatakan akan menemaninya pulang.Tangis Indria pecah dan dia menjatuhkan dirinya ke pelukan Vik.Jujur di dalam hatinya paling dalam,dia tidak bisa melihat Indria seperti ini.Mereka berdua mengambil penerbangan pesawat malam ini juga.Sampai di Solo mereka langsung kerumah sakit.Bapaknya sakit jantung dan terbaring lemah,harus memasang ring segera.

"Bapak harus pasang ring,In"kata mas Andri menjelaskan.

Seketika saja Indria bingung,apa yang harus dia lakukan.Karena dia hanya memiliki sedikit uang.

"Ngga apa-apa mas,pasang aja.apa kata dokter kita ikuti.masalah biaya,nanti aku tanggung"ucap Vik.

Mereka menunggu operasi itu dirumah sakit,dan Vik masih menemani Indria.Walaupun sesekali dia harus melihat Vik menelepon Milan.Tanggungjawab Vik begitu besar pada keluarga,Indria memandangi suaminya itu.Setiap Malam mereka pulang kerumah dan tidur diranjang Indria dan sama sekali tidak ada Ac.Vik melepas bajunya karena benar-benar merasa kegerahan.

"Mas!makasih ya"ucap Indria lembut.

Istri Rahasia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang