"tidak ada yang lebih berharga dari pada menerima kritik dari para pembaca"
~Selamat Membaca~
*---❄️---*
Lyon sudah berada di tempat yang diberitahu oleh Wilona. Namun, dia masih kepikiran dengan tingkah orang-orang yang ia jumpai tadi ketika menanyakan alamat itu. Penuh kebencian dan ketakutan di wajah mereka saat ia mengatakan nama perempuan dingin itu. Mengapa, yah?
"Lyon..."
"Hmm... Apa?"
"Lo yakin nggak salah alamat?" tanya Moa ragu-ragu.
"Yakinlah, kita kan ada bukti lokasinya."
"Lo nggak nyesat 'kan, Lyon?" kali ini Nouval yang bertanya.
"Nggak, lo liat sendiri 'kan orang-orang yang kita lewati tadi? Betul kok ini alamatnya."
"Tapi, Lyon," ujar Tobby sambil menepuk pundak Lyon seperti ingin menunjukkan sesuatu.
"Apa lagi, sih?! Ini memang rumah patung idup tau!"
"Lo liat rumah nya dulu jigong!" seru Tobby kesal.
"Ck! Emang ada apa ama ru.. mah.. nya...?" Lyon langsung lunglai saat membalikkan badan.
Seketika Ia terpukau, di dalam pagar yang menjulang tinggi itu terdapat sebuah rumah mewah berarsitektur barat dilengkapi dengan taman yang luas juga air mancur yang indah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ini rumah apa istana?" dia terperangah dengan apa yang di depan mata.
"Gudang sekolah," ketus Tobby jengah.
"Gile, gue tau si Willy kaya tapi, ini udah kelewat kasta, deh. Lebih kaya dari lo, Yon," goda Nouval.
"Resek lo."
"Udah yok bengongnya mending kita masuk, takutnya entar ada yang salah paham lagi."
"Eh tunggu dulu Mo, rumah kayak gini biasanya ada sistem keamanan, nggak bisa asal masuk"
"Masa? Tapi bisa jadi, sih. Lyon ada tulisan aneh-aneh nggak selain tuh alamat?"
"Nggak ada tuh," jawab Lyon sambil membolak-balikkan kertas itu.
"Yah, terus gimana sekarang?" ucap Moa kecewa, lantaran dia mau ikut Lyon karena penasaran sama keluarga William.
