39- Kumpul

435 51 3
                                    

~Selamat Membaca~

*---❄️---*

Hari-hari berikutnya semua berjalan dengan normal. Tak ada ancaman atau tanda-tanda dari Arina dan kawan-kawan.

Siang itu, suasana kediaman Voltia sangat berbeda. Penuh warna dan begitu cerah. Kehidupan di sana seakan diisi dengan pelangi warna-warni dan tak ada satupun awan mendung yang menutupi.

Alasan dari itu semua karena berkat permintaan Lyon. Dia yang ketinggalan banyak pelajaran karena rawat inap di rumah sakit, harus mengejar ketertinggalan nilainya itu dengan belajar mati-matian.

Dan satu-satunya orang yang sanggup mengajarinya tanpa menyebabkan darah tinggi hanya Wilona seorang. Wilona pun mau tak mau harus mengikuti persyaratan Lyon, selain tanggung jawabnya sebagai rekan satu hukuman, hal itu juga dikarenakan atas rasa bersalahnya akibat cedera yang dialami lelaki tersebut.

Namun, walau niat Lyon baik tapi tetap saja tidak bisa membuat gadis itu mengerti dan malah makin kebingungan. Dalam batinnya ia terus berpikir, sebenarnya apa yang hilang dari Wilona sampai ia benar-benar tidak tahu rasa bahagia ini?

Tak!

Gadis itu memukul kepalanya karena melamun sembari melihatnya.

"Belajar, bukan bengong."

"Aduh.. sakit tau, lo mukul kagak nahan diri apa?!" omel Lyon mengelus-elus puncak kepalanya.

"Nahan kok, itu tadi ajah nggak nyampai seperempat kekuatan gue," ucapnya datar dan santai.

"Gue yakin nih anak bukan makhluk bumi, seberapa kuat sih nih cewek?" Lyon menelan saliva dengan khawatir.

Ia geleng-geleng tak habis pikir lalu kembali melanjutkan soal yang diberikan Wilona.

"Lo, kidal, yah?" spontan Wilona bertanya karena baru menyadari kalau tangan Lyon yang patah itu di sebelah kanan.

Ia menoleh terkejut "Kejam! Hampir tujuh bulan gue privat ama lo dan lo baru nyadar?!"

Wilona menjawabnya dengan sekali anggukan dan ekspresi yang datar.

"Gila, jadi cueknya kagak berubah. Padahal gue ama dia.. tunggu--" lagi-lagi ia melamun dan memandang Wilona lekat.

"Gue dan dia yah.. Tujuh bulan, nggak kerasa, yah.." ia kemudian membayangkan semua peristiwa yang dia alami bersama Wilona.

"Udah selama itu, yah. Lona... kira-kira, waktu selama itu, apa yang dia pikirin tentang gue?" ia membatin penasaran sambil curi-curi pandang pada gadis itu.

*---❄️---*

Sementara di lantai bawah, terdapat banyak keasyikan yang menerpa. Salah satunya percakapan antar dua wibu yang tak dimengerti oleh yang lain sama sekali.

"Maji kayo!? nara ba zannen ne?"

"Daijoubu. Go shinpai naku, mada manga ga takusan arukara!"

"Naruhodo! Sugoi na anta wa!"

Mereka berdua tertawa dengan asyiknya, berbeda dengan kedua orang satu lagi yang pada kebingungan dan berfikir keras.

"Heh.. langsung akrab gitu, yah" Moa terkekeh dengan dahi mengkerut mendengar percakapan mereka.

"Yah, gitu deh kalau wibu ketemu wibu," ucap William yang sama bingungnya kayak Moa.

LYONNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang