33- Taruhan

497 61 1
                                    

~Selamat Membaca~

*---❄️---*

Kegiatan berkemah telah usai. Para siswa siswi segera membereskan peralatan dan bersiap untuk kembali ke Jakarta.

"Hei." Wendy menegur cowok itu.

"Ehm, napa? kangen?" goda Nouval menaikkan alis sebelah dan kembali dengan kerjaannya.

"Ge'er lo" dia terkekeh kecil. "Makasih yah, kamu udah belain aku," ucapnya malu-malu dan memakai aku-kamu.

"Hm? Ohh.. yang waktu itu, udah nggak usah dipikirin kan udah kewajiban aku," ucapnya juga pakai aku-kamu.

"Tapi aku kaget lho, rupanya kamu bisa gitu. Sekilas kamu mirip Lona kalau marah."

Ia memberhentikan kegiatannya lalu menatap Wendy dengan lekat "Gue marah ama mereka, karena cewek yang nggak pernah gue buat nangis satu tetes pun, dibuat nangis. Gue benci manusia yang buat lo bersedih" Nouval menujukkan sifat tegas yang selama ini ia simpan rapat-rapat.

Ia tersenyum senang mendengar itu dari Nouval.

"Lo tuh nggak cocok mewek, pantesnya bar-bar. Nggak papa dah gue babak belur lo buat asal lo bahagia.. itu udah cukup," ucapnya lalu mengacak-acak rambut Wendy dan tersenyum manis yang membuat gadis itu memerah malu campur senang.

Namun, di samping keuwuu-an yang terjadi antara Wendy dan Nouval, rupanya lho! terdapat pertengkaran menggemaskan antara Wilona dan Lyon.

"Itu kaki seribu, idiot," ucapnya datar--berjongkok di sebelah cowok itu.

"Nggak! ini kelabang" Lyon ngekeh.

"Itu kaki seribu, liat ajah bentuknya"

"Nggak ini kelabang, liat kakinya banyak!"

"Lo bedua ngapain, sih? buruan kita udah mau berangkat"

"Berisik--berisik!" mereka berbarengan membentak Tobby dan melanjutkan perdebatan tak berarti itu.

"Kapan, yah.. gue bisa unyuan gitu ama Willy.." Moa berandai-andai sambil melihat tingkah Wendy dan Wilona yang bikin gigit jari.

*---❄️---*

Berkat omelan wali kelas Lyon, keduanya akhirnya mengalah dan berangkat menyusul yang lain. Rombongan kelas mereka sampai paling terakhir namun disambut oleh hal yang janggal.

Suasana di sekolah terlihat ramai padahal jam menunjukkan tengah melakukan kegiatan belajar mengajar. Orang-orang yang berkerumun itu berbalik, salah satu dari mereka menyapa Lyon yang langsung turun dari motornya dan menatap mereka dingin.

"Yo bro! apa kabar? gimana sekolahnya, menyenangkan?" basa-basi cowok dengan tiga kancing baju atas yang terbuka itu.

Lyon menatap mereka satu per satu. Seragam mereka, tampang dan sikap songongnya, tidak salah lagi mereka adalah siswa Porpora.

"Hei hei hei! kenapa lo diem ketos?! lo ngapa nggak balas tantangan kami? lo takut?" ucapnya sombong yang diiringi dengan tawa mengejek dari yang lain.

Lyon diam dengan tangan terkepal, ia kesal dengan orang ini tapi ada yang lebih ia kesali lagi.

"Eh? ada cewek cantik nih" ia kemudian berjalan mendekati Wilona yang ada di belakang Lyon.

"Beraninya lo.." Wilona berguman dengan muka redup karena melihat sesuatu yang benar-benar membuatnya marah.

"Hm? apa? gue nggak denger, lo bedua kenapa, sih? Ah! gue tau, karena mereka 'kan?! Hahahhah!" ia mendongak paksa kepala Lyon yang tertunduk untuk melihat apa yang telah mereka lakukan pada rombongan kelas 12 lain yang duluan sampai.

LYONNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang