12- Lullaby

601 78 5
                                    

~Selamat Membaca~

*---❄️---*

"Mama..! Maafkan aku.. Hiks kumohon...., kumohon jangan pergi.. Hiks.. Mama..!! "

"Arrrgghhhh..!! Ha.. ha.. ha.. ha..." Wilona terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin dan napas yang terengah-engah.

Tidak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba ia menangis emosional dan membenamkan wajah di telengkup lututnya.

Kakak keduanya-Alvin, yang memang sedang ke kamarnya terkejut panik saat mendengar jeritan Wilona dan langsung masuk ke kamar gadis tersebut.

"Na! Lo ngapa?! Lo baik-baik ajah?!" reaksi lelaki itu panik lalu mengangkat wajah yang sembab tersebut dan membenarkan rambut-rambut yang menghalanginya.

Kepalanya benar-benar berdenyut sakit, seolah ditusuk ribuan paku dan memancarkan rasa sakit yang tiada wujud.

Wilona menjawab dengan cara yang membuat prihatin, dengan menahan tangis yang masih senggugukan seraya menggeleng-gelengkan kepala dengan bibir yang tak berhenti gemetar.

Kenapa? Ia tak mengerti.

Alvin tahu, ada yang tidak beres dari Wilona. Berulang kali ia cek suhu tubuhnya namun tidak ada yang salah. Ia juga berusaha untuk membujuk Wilona bercerita lebih tapi gadis itu enggan.

Hingga ia ingat sesuatu yang mungkin saja penyebab mengapa adiknya bertingkah aneh pagi itu.

Ia melirik ke arah nakas.

"Apa karena itu...?" Alvin nampak sedih saat melihat obat tidur yang tak berkurang. Kelihatannya Wilona kembali bermimpi buruk.

Ia turut sedih, "Ya udah... Pagi ini lo nggak usah sekolah, yah. Entar gue izinin," ucap Alvin lembut sambil mengelus puncak kepala Wilona pelan.

Dia mengelap pipi adik perempuannya yang basah itu dengan perhatian lalu pergi. Namun, lengan kemejanya di cegat dengan Wilona tiba-tiba.

"Maaf..," ujarnya serak.

Ia menghela napas pelan. "Gak papa... udah, istirahat gih"

"Ehmm," balas Wilona dengan wajah suram sambil mengangguk.

Alvin lalu menutup pintu kamar dan langsung mendapati William dan Noelle yang berdiri diam menunggu penjelasan darinya.

"Kak Wil kenapa bang?" tanya Noelle hampir menangis.

"Kak Wil nggak papa kok, cuma kurang enak badan ajah"

"Demam lagi, bang?"

"Nggak, badannya nggak panas"

"Lalu, kok kita denger Kak Wil teriak tapi kayak nangis gitu.. Kak Wil beneran nggak papa 'kan bang Al...?!" kini gadis kecil itu benar-benar ingin menangis. Dia takut kalau Wilona kenapa-napa.

"Nggak... Noelle kan tahu.. Kak Wil itu kuat, nggak lemah. Jadi tenang ajah, ok?" ujarnya menenangkan si adik kecil lalu menatap William seakan memberi isyarat tidak perlu khawatir.

William langsung mengerti apa yang dimaksud Alvin, ia berusaha tenang kemudian menggendong Noelle lalu pergi menuju ruang makan.

Alvin masih di lantai atas merenung tentang memori masa lalu--ingatan tentang peristiwa kelam yang memisahkan mereka dengan seorang wanita dan pria yang amat sangat mereka sayangi.

*---❄️---*

Aku bukan boneka mu
Bisa kau suruh suruh
Dengan seenak mau mu

LYONNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang