31- Orang Terpilih

487 62 1
                                    

"Hiks hiks.. "

"Udah jangan nangis.. 'kan yang luka kakak kenapa kau yang nangis?"

"Habis.. Hiks kakak terluka karena menangkapku.. hiks aku, aku.. Huahaaaa!!" dia semakin menangis.

"Duuh... William..."

"Loh, ini anak mama kenapa nangis?" ia mengelus kedua pipi tembem yang basah itu.

"Kakak hiks.. Luka, itu salahku hiks hiks..."

"Aku baik-baik saja kok, Willy kau kan lak-laki.. jadi jangan menangis!" ia menyemangati lelaki kecil itu.

"Ya sudah, lain kali mainnya jangan panjat-panjatan.. kita ke dalam, yah? obati kak Wilona."

"Ehm.. hiks"

Wanita itu menggenggam tangan mereka berdua. Lembut, nyaman, dan sangat hangat..

*---❄️---*

Rintik hujan masih terasa, seseorang bangun dari tidurnya dengan perasaan bak seperti bermimpi panjang barusan. Ia melihat tangannya yang tergenggam erat oleh seorang lelaki yang tertidur.

"Yang tadi itu... mimpi?" ia bangkit lalu membangunkan lelaki tersebut.

"Ehm, kenapa? lo ke bangun, yah?" ujarnya seraya mengucek mata.

Ia menggeleng pelan membuat Lyon tidak mengerti kenapa. Kemudian matanya melirik derasnya rintik hujan yang ada di balik jendela.

Lyon yang mengikuti arah pandang Wilona menaikkan alis sebelah dan kemudian mengajaknya untuk digendong.

"Ke mana?"

"Naik ajah dulu," ucapnya yang sudah memasang posisi menggendong.

Wilona yang kakinya belum sembuh betul hanya menurut apa yang Lyon katakan dan ke mana arah yang Lyon tujukan.

Lelaki itu membuka jendela kamar. Wilona yang digendong langsung mengulurkan tangannya dan merasakan dingin air hujan yang mengguyur.

Lyon tersenyum melihat tingkah Wilona, ia kemudian menyanyikan lagu masa kecil yang selalu Wilona nyanyikan dikala hujan turun.

"Kenapa lo bernyanyi?"

"Hanya ngenang masa lalu ajah, lo waktu kecil suka banget nyanyi nih lagu kalo hujan loh?"

"Really?"

"Ehm!" Lyon mengangguk.

Mereka kemudian diam satu sama lain, memerhatikan rintik hujan yang membasahi pepohonan.

"Makasih udah nerima tantangan Anjani, berkat itu gue tau itu lo."

"Maksudnya?" tanya Wilona memiringkan kepalanya dan menatap Lyon.

"Yah.. gitu, lo itu selama ini udah gue cari kemana-mana tau nggak. Gue sampe macarin setiap cewek yang punya kemiripan ama lo, mulai dari sikap, wajah, ampe suara. Tapi pas gue jalanin ternyata salah mulu.. dan akhirnya banyak deh mantan gue."

Wilona masih menyimak dan mendengar saksama perkataan Lyon itu.

"Lalu gue ketemu Anjani, sekilas kalian agak mirip.. tapi pas gue amati lagi, malah jauh abis. Gue sempat berpikir kalau lo udah nggak ada di Indonesia sanking nyerahnya," imbuh dia berpura-pura lesu.

"Lalu?" Wilona meminta melanjutkan cerita.

"Dan akhirnya lo muncul. Dari iris mata lo, cara lo berkedip, warna rambut, dan harum surai lo.. gue tau bahwa itu lo!" ucapnya bersemangat.

LYONNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang